Everest dan Matahari

14 0 0
                                    

Author

Sarah yang baru selesai menyiapkan kotak bekalnya langsung meluncur ke arah mobil putih tulangnya. Waktu telah menunjukan pukul 6 dini hari dan ia sudah seterburu itu, baginya waktu amat berharga dan pantang baginya datang terlambat.

Ia menarik seatbeltnya dan mulai menyalakan mesin, perlahan tapi pasti ia mengijak pedal gasnya dan memasang gigi untuk maju, "huh, selamat pagi dunia!" ucapnya dalam hati, pagi yang diawali dengan fikiran positif pasti akan menghadirkan hari yang positif. Itu mottonya.

Tak sampai setengah jam ia melaju, ia telah sampai di kantornya, dengan tas kecil di tangan kanan sambil memegang berkas dan tangan kirinya yang memegang tas makan siangnya.

"Selamat pagi pak Anwar" ucapnya sambil tersenyum sopan pada satpam disana.

"Eh mbak Sarah, selamat pagi mbak" ucap pak Anwar bersahabat.

Ia terus melaju hingga sampai didepan kotak petujuk lift dan menekan lantai yang ia tuju, dan lantai itu terarah pada lift didepannya dan langsung terbuka. Tanpa tunggu lama ia langsung memasuki lift tersebut dan menunggu hingga lantainya terbuka. Ditengah kesendiriannya ia menatap pada lift yang memantulkan wajahnya, perlahan ia tersenyum pada pantulan itu, ia bahagia. Setidaknya untuk saat ini.

Tak lama pintu lift terbuka dan mengahadirkan lantai yang masih kosong. Ia terus melangkah keruangannya dengan bunyi sepatunya yang memantul seisi lantai itu. Ia mendorong perlahan pintunya dan memasuki ruangannya serta bergegas menuju mejanya, ia mulai mengeluarkan kertas jadwal apa yang harus dikerjakannya hari ini dari map yang ia telah taruk di mejanya.

"Okay... Jam 9 meeting, yeah... Jam 1 acara amal kantor... Okay, huh" sepertinya banyak yang akan ku kerjakan hari ini. Ia menaruk kembali berkas itu dan mulai membuka laptopnya,satu persatu berkas dari berbagai email ia pelajari dengan cermat, harus tanpa kesalahan. Si work-a-holic ini masih saja sibuk dengan duniannya sendiri hingga ia tak mendengar langkah kaki yang telah mendekati mejanya.

"Sar..." Sarah yang terlalu berfokus pada laptopnya mulai menenggakan wajahnya dengan perasaan terkejut hingga ia tak mampu menunjukan ekspresi apapun disana. Hanya rasa terperangah yang terpenjara di dalam hatinya.

"Sar? You okay?" actually not, ucap Sarah dalam hatinya. Sosok dihadapannya tersenyum dengan amat manisnya dan mulai menarik kursi di hadapan meja Sarah.

"Sar, aku kesini..."ucap sosok itu perlahan dan melirik takut-takut pada Sarah.

"I know Dav, no need to sorry, i'm okay." ucap Sarah telak.

"Bisa kita mulai dari awal lagi?" Pertanyaan itu,batin Sarah mulai gelisah, namun seperti biasa, sikap tenangnya mengalahkan emosi yang muncul.

Sarah hanya terdiam memandang sosok di hadapannya, menatap lamat-lamat lekukan mata sosok dihadapannya untuk mempertanyakan lagi ke dalam hati kecilnya Maukah kau mengulangi ini?

Sarah menutup laptopnya dan menggesernya ke sisi meja lalu melipat kedua lengannya diatas meja. "Dav..." ucapnya perlahan. "Apa yang harus dimulai ketika tak ada kata mulai dari awal?" ucapan itu telak membuat sosok itu membelalak matanya.

"Sarah, i know you mad for me but please" ucap sosok itu memelas, badannya yang tegap mulai memegang keningnya, ia penat, ia lelah, ia hanya ingin masalahnya dengan Sarah selesai dan mereka bisa seperti dulu, sebelum masalah itu datang. Tapi bagi Sarah,tak pernah ada kata memulai dan dia baik-baik saja, hatinya hancur ya hatinya hanya hancur sedikit dan itu tak masalah untuknya.

"David... Listen to me, kamu, aku, kita gak pernah ada apa-apa. Apa yang harus di mulai? Kamu pergi sama siapapun itu hak mu vid, bukan urusan ku kalau kamu mau menghabiskan malammu dengan siapa, it's not my own bussiness" lama Sarah terdiam menghadapi sosok dihadapannya, ia tak tahan lagi, hal ini harus dihentikan, jika tidak, mungkin saja karena hal ini akan menghancurkan harinya.

Heartless ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang