Senja yang Magis

10 0 0
                                    

Matahari telah tunduk pada bumi ketika taburan bintang telah menyesakkan langit, Sarah duduk terpengkur menatap taburan bintang di hadapannya dengan secangkir susu coklat hangat.

Bulan dengan terangnya bersinar seperti hari ini ialah hari kejayaannya, tak hentinya berebut peran dengan gemerlap bintang dilangit.

Ia sang raja dengan prajuritnya, seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada, mereka tersohor tapi si patih lebih tersohor dengan ketangkasannya, ntah mengapa seperti itu, tapi melihat Gajah Mada seperti bintang, yang terus bersinar meski rembulan menghalangi.

Sarah selalu berfikir bahwa sosok Gajah Mada lebih unggul dari sang raja, seperti bintang katanya, meski sosok itu hanya satu tapi ia terus berharap jika kelak ia seperti Gajah Mada. Tangkas, kuat dalam menjalani hidup meski dibuang oleh sang raja. Tak apa, seperti udara dilangit, meski zaman terus berganti namun udara tetap ada dan terus ada seperti Gajah Mada, ia pun ingin seperti itu, seperti Gajah Mada, seperti udara.

Tegukan terakhir menyisakan ampas coklat dicangkirnya, ia duduk bersadar di kursinya, mencoba memejamkan mata, merasakan hadirnya udara yang menyelimutinya,nyanyian jangkrik dan kodok yang bersahutan, hembusan angin malam yang menerpa wajahnya dan suara gemerisik dedaunan disekitarnya.

Matanya terbuka ketika sebuah deringan ponsel mengejutkannya. "Halo dav?" "apa?" "oh okay" "iya" klik ia menutup ponselnya dengan sembarang dan beranjak pergi ke arah pintu.

Sarah membuka pintu, mereka berdua saling memandang menunggu salah satu angkat bicara,"Tumben malem kesini dav" heran Sarah karena tidak biasanya David berkunjung di malam hari.

David menatap Sarah dalam, kakinya mulai melangkah mendekati Sarah, Sarah hanya heran dengan tingkah David dan telah siap memegang ganggang pintu, jika David macam-macam habislah wajahnya datar terkena hantam pintu.

"Sar..." ragu David untuk melanjutkan kalimatnya.

"Aku cuma," David mulai menatap Sarah lagi dengan ragu.

Sarah tahu pembicaraan ini akan berujung kemana, sebelum keputusannya berubah lebih baik ia akhiri ini semua " Dav sorry udah malam keknya gua harus tidur, bye" ucap Sarah cepat, namun sebelum Sarah menutup pintunya, David menahannya,

"Sar,tunggu! Kita harus ngomong, bentar Sar ga lama" mohon David, Sarah hanya tersenyum tenang menanggapi David.

"Vid, kita temen kan? Yaudah lah" ucap Sarah santai.

"Gak, gak gitu Sar" ucap David cepat untuk menahan Sarah agar mendengarnya. Masa bodo lah tetangga yang dengar batin David.

"Terus? Udahlah Vid, jangan kek abg, kita udah sama-sama dewasa kan? Ga perlu lah acara gini-ginian. Udah Vid, sorry gua harus tidur" jelas Sarah panjang lebar. David tak mau mendengar penjelasan itu dan mencengkram lengan Sarah.

"Vid stop! Jangan cari onar disini" emosi Sarah makin tersulut ketika David bukan melepas lengan Sarah malah makin menarik Sarah.

"Mau lo apa hah?!" teriak Sarah tak sabar "lepasin gue!" David memandang Sarah emosi.

"Mau gue?! Mau gue , lo denger gue!"

"Bajingan lo! Lepasin gue Vid! Jangan kayak anak kecil gini" teriak Sarah.

David menarik Sarah. "Dengar Sarah! Gua ga pernah memohon buat perempuan kayak lo! Jangan belagu! Jalang kayak lo banyak dipasar" teriak David pas dihadapan wajah Sarah.

Plakkk

Satu tamparan mendarat keras diwajah David "itu buat lo yang ngerusak hati gue"

Plakkk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heartless ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang