PROLOG

30K 782 65
                                    

Wanita itu memandang karangan bunga gerbera itu dengan penuh sukacita. Melalui kaca rias ia melihat pantulan dirinya yang tersenyum seolah yang dipandangi adalah orang lain. Orang lain yang berbahagia, orang yang jatuh cinta dan tak dapat menahan letupan-letupan kebahagiaan dalam dirinya. Sosok di balik cermin itu pun seperti memandanginya balik dan berkomentar "Kau perempuan beruntung. Setelah sendirian selama bertahun-tahun kini seseorang memandangmu sebagai wanita dan menginginkan keberadaanmu di dekatnya. Dan seseorang itu datang khusus untuk menemuimu. Menjadikanmu bintang di hatinya. Look how lucky you are!"

Lagi, pipinya memerah membayangkan betapa sangat tepat apa yang dipikirkannya dan apa yang ada dalam pikiran sosok yang memberikan buket gerbera ini untuknya.

Ah, saat ini dirinya sedang bekerja tapi suasana hatinya justru terlalu mewah untuk berkonsentrasi penuh pada pekerjaannya. Sebentar lagi panggung dibuka, ia tidak mau fokusnya terpecah gara-gara sebuah karangan bunga. Ini adalah pertunjukan akhir pekan. Pengunjung memadati kawasan Broadway dari New Amsterdam Theatre adalah untuk menyaksikan pertunjukan kelas dunia yang selalu dibangga-banggakan.

Tirai akan dibuka dan saat itu hasil pekerjaannya akan diuji dan dinilai oleh setidaknya 1200 kursi yang membayar tiket seharga $69 hingga $200. Ini bukan saatnya untuk berbunga-bunga.

"You look awfully happy. Is there something good happened?"

Delia Foster, salah satu aktris utama yang saat ini tengah memakai gaun rancangannya. Gaun dengan rok lebar ala era victoria itu membutuhkan perhatian khusus saat dipakaikan di tubuh sang aktris. Dengan hati-hati, ia mengetatkan ikatan tali di punggung si aktris untuk memberikan kesan ketat dan seksi. Delia tidak tahan untuk mengomentari raut wajah wanita yang sibuk membuat gaun ini layak dipakai sembari tersenyum-senyum.

Namun ia setengah mati mencoba menyembunyikannya dan hanya menggelengkan kepala. "Nothing. Aku cuma teringat sesuatu yang menarik," jawabnya.

"Sesuatu yang menarik berkaitan dengan bunga gerbera dan daisy di meja riasku?" Kembali si aktris bertanya dengan nada menyelidik.

Mendengar itu, wanita yang merias Delia Foster buru-buru mengambil buket bunga dan berniat menyingkirkan ke meja lain yang kosong.

"Hei, hei... kenapa kau repot-repot memindahkannya? Aku cuma bertanya karena kau terlihat luar biasa bahagia. Sampai-sampai membuatku iri... kenapa seorang costum designer mendapatkan buket bunga sebesar itu sementara aku yang aktris utama cuma dapat karangan bunga dari sponsor?"

Delia mencegah wanita itu memindahkan bunganya. Ia pun tidak jadi mengambil buket itu dan kembali membiarkan rangkaian bunga berwarna merah itu menjadi latar sempurna untuk pencahayaan yang mendukung pekerjaannya dalam merias aktris, selain menjadi penata busana di panggung teater ini.

"Buket itu... dari tunanganku," jawabnya dengan ekspresi menahan malu. Namun hanya raut wajahnya saja yang berubah dan tidak dengan kecekatan tangannya memberikan sentuhan kesempurnaan yang menonjolkan kecantikan klasik Delia Foster yang malam ini memerankan karakter Christine Daae dalam produksi Phantom of the Opera.

"Really? Kau sudah bertunangan? Aaahh... aku iri sekali. Apa dia orang Asia sepertimu?"

Yang dimaksud orang Asia menurut Delia mungkin orang Indonesia seperti dirinya. Hanya saja Delia mungkin terlalu malas menebak-nebak asal negara orang yang hanya diajaknya bicara saat momen merias seperti ini. Dan dirinya pun tidak akan repot-repot menampik sebutan itu. Sambil sesekali menyapukan eye shadow keperakan di kelopak mata sang aktris, ia menjawab pertanyaan yang dilontarkan untuknya.

"Tidak. Dia orang Amerika. Seorang arsitek galeri."

"Wow, Gea... that's great. Apa dia duda?"

Lagi, wanita yang bernama Gea itu menggeleng. "Bukan juga. Dia single sama sepertiku."

MARRIAGE WITH BENEFITSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang