Pagi ini, Area ruang makan cukup berisik. Walau hanya ada 3 orang saja, namun salah satu dari mereka tidak henti - hentinya berucap permohonan
"Princess, gak usah sekolah yah? Nanti kakak cariin guru private biar kamu bisa belajar di ruang kerja kakak. Kakak temenin deh. Princess, gak usah sekolah yah" Nathan memeluk sang adik semata wayang dengan erat. Entah, ini ucapan yang keberapa kali ia katakan dua hari ini.
Yuki Razunia Kato. Adik satu - satunya Nathan Gevanno Kato
Yuki menyunggingkan senyum tipisnya lalu menepuk - nepuk punggung Nathan lembut
"Gak mau. Yuki pengen sekolah di tempat biasa. Punya temen banyak"Ucap Yuki dengan nada datar--walau senyum tipis masih terbit di bibir mungilnya
"Princess.."
"Kakak kamu bener Princess. Sini deh.."Ucap seorang lelaki paruh baya yang sejak tadi terdiam mulai angkat bicara. Yuki menurut lantas duduk di pangkuan sang Ayah--Adam Kato
"Yuki mau sekolah di tempat biasa. Yuki gak mau homeschooling"Ucap Yuki sembari menatap Adam
"Kamu tau kan? Papa sama Kak Nathan sayang sama kamu. Kami gak mau Princess Papa sama Kak Nathan ini kenapa - napa. Kamu masih bisa ngerubah keputusan buat tetep homeschooling."Ucap Adam lembut.
Yuki menggelengkan kepalanya lantas menatap Adam dengan pandangan memohon baginya--namun, ekspresi datarlah yang keluar dari wajahnya
"Yuki pengen sekolah biasa. Pengen punya temen"
"Emang Papa.. Kak Nathan.. Bi Rum.. Bahkan semua yang ada di rumah ini bukan temen Princess hm?"Tanya Adam lembut sembari mengusap punggung sang anak semata wayangnya tersebut
"Yuki pengen Pa.. Please"Ucap Yuki pelan sembari menundukkan kepalanya
Bola mata coklat milik Yuki menatap kemeja putih, rok sekolah biru garis - garis hitam selutut yang ia gunakan--yang seharusnya menjadi seragam sekolahnya mulai hari ini
"Yuki gak papa kok Pa.. Kak. Kenapa kalian ngelarang Yuki sekolah di tempat biasa?"Ucap Yuki pelan. Tanpa sadar, setetes air mata jatuh membasahi pipi putih pucatnya. Wajah angkuh tersebut--wajah angkuh tersebut menyembunyikan ekspresi sedih Yuki
"Kita gak mau kamu kenapa - napa"Ucap Adam sembari membawa Yuki ke pelukannya. Adam tau--dibalik wajah tanpa ekspresi milik Yuki, gadis itu tengah bersedih. "Tapi kalau itu yang Princess mau.... Papa Izinin"Ucap Adam berat hati--dan mendapat tatapan tidak setuju dari Nathan
"Pa--"
"Terimakasih Papa!"Ucap Yuki sembari menenggelamkan kepalanya di lekukan leher Adam
"Dengan satu syarat"Ucap Adam--mengabaikan tatapan protes Nathan. "Kamu gak boleh pergi ke luar sekolah tanpa izin Papa atau kak Nathan. Handphone kamu harus selalu aktif biar Papa ataupun Kak Nathan bisa hubungin kamu"Ucap Adam lembut
"Ya.. Papa"
"Sekarang sarapan dulu"Ucap Adam sembari menarik kursi disebelahnya untuk Yuki
"Tapi Yuki udah telat"Ucap Yuki datar.
Mungkin, mungkin sebenarnya Yuki adalah gadis yang ekspresif. Tapi.. Entah mengapa gadis itu seakan sulit untuk mengendalikan ekspresinya. Sulit baginya untuk menunjukkan ekspresi senang--sedih--ataupun tertawa miliknya. Yang orang tau, Yuki akan menitikan air mata saat bersedih, akan menyunggingkan senyum tipis saat bahagia--walau itu masih dengan ekspresi datarnya
Namun yang pasti, Yuki tidak terlahir dengan wajah datar tanpa ekspresi seperti itu
"Nanti kak Nathan anter. Gak ada yang boleh marahin Princess Kakak. Sekalipun itu guru"Ucap Nathan sembari melahap roti sandwich di hadapannya