Please baca Author note di ujung chapter ya ;)
##
-------------------------------
Faith. (Pic)
Faith segera mengakhiri doanya ketika pendeta Gabby mengatakan 'Amen' dibelakang podium gereja sebagai tanda berakhirnya doa. Mereka menyanyikan satu lagu terakhir sebagai penutup ibadah mereka sebelum pulang. Faith sangat senang pergi ke gereja setiap hari minggu pagi. Saat ia masih kecil, ibu dan ayahnya akan mengajaknya ke gereja dan untuk suatu alasan gereja selalu membuat hatinya tenang. Faith juga suka dikelilingi oleh orang yang telah berusia lanjut disekitarnya karena mereka mempunyai aura keibuan yang mengingatkan Faith kepada ibunya. Faith tersenyum kepada pendeta Gabby ketika dirinya sedang antri untuk menuju ke depan pintu gereja. Pendeta Gabby adalah seorang lelaki yang sudah berkepala lima. Ia telah kehilangan istri dan anaknya pada sebuah kecelakaan mobil dan sejak kejadian itu, pendeta Gabby memutuskan untuk mengabdikan hidupnya di gereja ini karena ia tidak punya keluarga yang bisa menemaninya.
Hampir setiap hari minggu, Faith berbincang kepada pendeta Gabby di gereja. Pendeta Gabby adalah lelaki yang sangat baik. Ia menyapa semua orang di gereja dan karena itu, banyak orang yang menyukainya, termasuk Faith sendiri."Faith!"
Merasa namanya dipanggil, Faith membalikkan badannya dan melihat pendeta Gabby berjalan cepat menuju Faith dengan alkitab yang terjepit diantara lengan dan tubuhnya. Pendeta Gabby tersenyum pada Faith. Senyum yang membuat ujung matanya berkeriput.
"Selamat pagi, pendeta Gabby." Salam Faith dengan senyum saat pendeta Gabby berada didepannya. Ia bergeser ke samping pintu agar jemaat yang berada di belakangnya bisa lewat dengan tenang.
"Pagi juga, Faith. Ku harap kau tidak bosan pergi ke gereja setiap minggu," katanya dengan senyum lebar dan memindahkan alkitab besarnya ke tangannya yang lain. Kalimat ini adalah kalimat yang didengar Faith hampir setiap minggu dari pendeta Gabby.
"Aku tidak akan pernah bosan pergi ke tempat ini, pendeta Gabby. Tempat ini selalu memberikanku rasa damai dihatiku dan tak pernah sedikitpun terpikirkan olehku untuk berhenti pergi ke tempat ini, lagipula, aku tidak mempunyai banyak kegiatan pada hari minggu," kata Faith dengan jujur. Sejak Faith kehilangan orang tuanya karena sakit parah, tempat ini menjadi keluarga Faith.
"Aku senang kau menemukan kedamaian di tempat ini, Faith. Tapi mungkin diluar sana ada beberapa hal yang akan membuatmu lupa pada tempat ini, seperti iblis atau sesuatu yang lain,"
Faith merasa aneh saat mendengar kata-kata itu karena pendeta Gabby tidak pernah mengucapkan hal seperti itu sebelumnya, dan faith sedikit terkejut karena pendeta Gabby adalah orang yang senang bercanda, bukan orang yang serius seperti ini. Tapi pada akhirnya Faith menganggukkan kepalanya sambil tertawa. Menganggap pendeta Gabby hanya berbaik hati mengingatkannya untuk tidak melupakan gereja.
Tapi disaat Faith berbalik untuk kembali ke rumah kecilnya, Faith segera berhenti saat pendeta Gabby kembali berbicara dengan suara yang lebih kecil.
"Jagalah selalu imanmu kepada Tuhan, Faith. Karena hanya iman yang kuat yang akan menyelamatkanmu." Dan setelah itu, pendeta Gabby meninggalkannya untuk berbicara dengan jemaat lain. Meninggalkan Faith dengan mulutnya yang terbuka lebar, tidak mengerti maksud dari ucapan pendeta Gabby.
***
Sesampainya di Apartment kecilnya yang tak jauh dari gereja, kata-kata pendeta Gabby masih terngiang-ngiang di kepala Faith seperti radio yang telah rusak. Faith sama sekali tidak mengerti maksud dari kata-kata tersebut dan Faith sama sekali tidak punya waktu lagi untuk mengejar pendeta Gabby kedalam gereja karena Faith harus segera berangkat kerja untuk membayar uang sewa apartment-nya dan untuk segala keperluan hidupnya. Ia kemudian memutuskan untuk menanyai pendeta Gabby minggu depan, berharap Faith akan mendapat jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Demon Master
RomanceKael selalu menginginkan budak yang masih perawan, suci dan polos. Namun semua itu belum pernah ia temukan pada semua manusia yang telah ia temui kecuali pada seorang Faith. Dan sejak Kael pertama kali menatap Faith, Kael sama sekali tidak berencana...