0.0

597 37 7
                                    

"Raii!"

Teriakkan cempreng Isha menggelegar di penjuru koridor sekolah. Membuat Rai berdecak sebal. Ini bukan sekali duakali Isha memanggilnya secara sadis. Kalau terus-terusan seperti ini, bisa-bisa di usianya yang masih tergolong belia, Rai harus menerima kenyataan bahwa telinganya menderita kurang tajamnya pendengaran.

Rai terus berjalan, tanpa memperdulikan Isha yang berteriak nyaring memanggil namanya beserta rentetan sumpah serapah.

"Rai! Raihana! Oi!"

Rai berhenti melangkah, diputar balikkan tubuhnya hanya demi melotot kepada Isha. Isyarat agar terdiam. Tapi yang namanya Isha, sama sekali gak mempan dengan pelototan Rai. Yang ada malah Isha semakin gencar berteriak.

"Suara lo putus gue ketawain! Titik." Ancam Rai, yang membuat Isha berhenti berteriak. Memang, berhenti bertiak, tapi sekarang menjerit.

Merasa putus asa, dengan sikap Isha yang kekanak-kanakkan padahal sudah kelas sepuluh, Rai meninggalkan Isha sendirian.

Oh, jangan lupakan hujaman berbagai tatapan dari orang-orang yang berada di sekitar kawasan.

"Rai! Tungguin ih!"

"Gak, lo bau!" Sahut Rai kencang, lalu berlari menuju papan mading untuk melihat dirinya berada di kelas berapa.

Mungkin banyak senior yang akan membencinya nanti, mengingat di masa MOS-nya, Rai dan Isha malah membuat kekacauan.

Di hari pertama.

Oh, betapa bahagianya memiliki kembaran seperti Isha.

Rai terperangah, ia lupa. Bahwa jadwal pemasukkan kelas baru diumumkan setelah MOS. Artinya seminggu lagi. Selama MOS, para peserta memiliki tenda sesuai pembagian kelompok pengganti kelas.

Sekali lagi, Rai melotot. Segitu banyaknya peminat papan mading? Sampai-sampai harus bergerumul dan berdesak-desakkan? Pastilah, banyak yang berdempet-dempet.

Sebenernya itu sama sekali bukan masalah bagi Rai, hanya saja ia malas menghirup wewangian deodorant yang bercampur dengan keringat para siswa.

Membayangkannya saja membuat Rai mual.

Tapi mau gimana lagi? Daripada ia telat dan dihukum, lebih baik ia bergerumul.

Memejamkan mata sejenak, membaca doa semoga ia tak sekelompok dengan Isha lalu mulai membaca.

Raihana Aphrodita W - A
Raisha Geraldine W - B

Rai tersenyum puas. Doanya terkabul!

"Rai! Gue gak sekelompok sama lo masa!" Teriak Isha lagi, yang tiba-tiba berdiri tepat di samping Rai.

Rai. Frustasi. Menghadapi. Setan. Terkutuk. Seperti. Isha.

***

Jakarta, 18 Desember 2015.

331.

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang