0.4

183 24 3
                                    

Alvin melajukan motornya secara gila-gilaan. Takut-takut kost tempat ia dan temannya tinggal sudah ditutup gerbangnya. Saat melewati daerah perumahan sederhana, barulah Alvin sedikit mengurangi kecepatan motornya.

Saat sampai tepat di depan bangunan tua dengan rumah kecil yang berpetak-petak, Alvin memarkirkan motornya lalu berjalan menuju rumah berpetak kecil dengan nomor sepuluh. Tempat ia dan kawan setongkrongannya mengumpul. Saat membuka pintu rumah yang langsung dihubungkan dengan kasur gelar, suara Ryan dan pemandangan berantakan seperti biasa menyambutnya.

"Oi, berantakan amat ini rumah." Gerutu Alvin, kepalanya mendongak sedikit untuk melihat jam dinding yang menggantung tepat serong kanan kulkas.

Alvin menggerutu, "sialan gue kira udah malem." Yang dibalas gerutuan juga oleh Ryan.

"Goblok amat, lo kan pake jam tangan Vin." Alvin terhenyak, dilihatnya pergelangan tangan kanannya yang dililit jam yang menunjukkan pukul enam. "Lupa" balas Alvin santai.

Ryan mematikan dvd playernya, meletakkan botol vodka di genggamannya pada meja nakas. Menatap Alvin secara intens, membuat yang dipandangi mengernyit jijik. Takut-takut pria di hadapannya akan melakukan itu secara tak sadar.

Oleh karena itu, Alvin melempar kaos kaki bekas pakainya ke arah Ryan dengan tangan gemetar. Jujur, Alvin normal kok. Membuat yang dilempar melotot sadis.

"Bujur kuda nil! Lo kata sikil lo wangi?!" Omel Ryan, ia berdiri lalu menghampiri Alvin yang cengenges di sudut kanan pintu. Masih dengan seragam SMAnya. "Tapi Yan, gue gak bilang sikil gue wangi. Percayalah."

Ryan melotot, kesal juga kenapa Alvin masih bisa menjawab skakkannya. Oh, berarti itu bukan skak.

"Sini lu!" Cecar Ryan.

Alvin menggeleng, semakin melangkahkan kakinya ke arah luar.

"Sini gak!" Cecar Ryan lagi.

Alvin bergidik takut, memutar arah pandangnya lalu berlari kencang menuju rumah pengurus kostan yang terletak beberapa petak dari lapaknya

"IBU KOST! TOLONGIN SAYA!"

"GOBS, GUE GAK MAU NGAPA-NGAPAIN LU!"

"BOAM! BU KOST~"

×××

Rai membuka pintu rumahnya secara pelan. Membiarkan pintu dengan cat putih menjeblak lebar. Menampilkan sosok Rai yang menyengir dengan lutut terluka. Rambut panjang Rai yang diikat asal diterpa angin, membuat beberapa helai rambut ikut berterbangan. Aura-aura devil keluar di sekitaran Rai. Bersamaan dengan angin yang membentuk tornado.

"Apa lo?" Tanya Isha tajam, heran juga dengan tangan Rai yang memutar-mutar seolah memberikan isyarat Rai sedang mengumpulkan aura.

Rai melotot. Rusak scene! "Ngumpulin aura!" Balas Rai kesal, dengan langkah di hentak-hentakkan Rai masuk ke dalam rumah. Membuka sepatunya lalu menaruh di rak di dekat pintu.

Isha terdiam beberapa saat, lalu tergelak kencang. "Pala lo bejidat aura! Aur auran ada noh!"

Rai meringis, lalu berjalan menuju tangga yang menghubungkan dengan kamarnya di lantai dua. Sama sekali tak menggubris perkataan bahkan cacian dari Isha.

"Ya baper!" Ledek Isha. Rai menoleh, melotot kepada Isha yang kini tertawa terpingkal-pingkal. "Diem lo, udel ayam."

"Basreng, jambul kudanil."

Rai melengos, pergi meninggalkan Isha dan melangkah menuju tangga yang menghubungkan dengan lantai dua. Kamar Rai, Isha dan abangnya.

Saat sampai di pertengahan tangga, Rai melempar ranselnya ke sembarang arah lalu semakin menambah kecepatan menuju lantai dua.

"Rai, gue abis beli novel tuh!" Lapor Isha, menunjuk tumpukkan buku warna-warni.

Dengan mata berbinar-binar, Rai memutar balik arah. Berlari tergopoh-gopoh ke arah tempat novel. Dengan kecepatan penuh, bahkan tidak memperhatikan langkahnya. Hingga akhirnya, Rai menuruni tangga dua undak sekaligus. Yang membuat Rai oleng dan gelinding. Dengan posisi kaki di atas dan pala di bawah, yang sukses membuat Isha tertawa ngakak.

Merasakan sekujur tubuhnya sedikit perih, Rai memberanikan diri melongok luka di sekujur tubuhnya.

Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik..
Empat detik..
Lima detik..

Krik.. krik..

"BADAN GUE SAKIT SEMUA!"

"BERISIK!"

"BODO AMAT! ADIUH BADAN GUE!"

×××

Jakarta, 25 Desember 2015.

580.

Hai, maaf banget baru bisa lanjut sekarang. Aku kena masalah, yang sumpah bikin aku down. Huft. Pendek juga, masih badmood dan yagitulah.

Special: fukaariv

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang