0.1

301 34 5
                                    

Rai berdecak malas, memang ia tidak sekelompok dengan Isha. Tapi nyatanya Rai harus menerima kenyataan pahit kembali. Ia sekelompok dengan dua perempuan dempul yang hobby bergossip, dua pria yang hobby menggombalinya. Untunglah, duanya lagi normal. Hanya saja, yang satu sangat antusias pada hal berbau sex adult.

"Itu kelompok A! Jangan ngobrol terus!" Bentak pengurus MOS, perempuan dengan muka dempul terus saja mengoceh sembari memegang toa di tangan kanannya.

Jujur saja, ingin rasanya Rai menabok pipi perempuan yang berani membentaknya tadi secara kasar. Namanya Fai, pengurus MOS tadi namanya Fai.

Oh bukan Fai, sepertinya Tai lebih cocok.

Thea dan Putri, queen of gossip di kelompok Rai berhenti berkicau. Mungkin mereka berfikir, diam adalah opsi terbaik saat ini. Meskipun Thea sempat mendesah karena pengetahuannya seputar hot news harus diundur.

Hal yang sama juga terjadi pada Rehan dan antek-anteknya yang berhenti menggombali Rai.

Bagas juga berhenti menceritakan hal vulgar kepada Rian yang hanya meresponnya dengan 'oh' dan dengan raut wajah jijik.

"Sekarang, kita bakal adain games! Yaitu mencari tiga clue berupa kertas warna mencolok di beberapa tempat. Yang melewati batas waktu, akan dikenakan sanksi. Waktu kalian empatpuluhlima menit, dimulai dari.. sekarang!"

Rai bergerak cepat. Memanggil Rehan selaku ketua kelompok untuk bertindak cepat.

Rai celingukkan, mencari sosok Isha yang memeletkan lidahnya, bermaksud mengejek kelompok Rai yang tertinggal di bawah. Sendirian. Alone.

"Han! Gercep kenapa, kelompok kita ketinggalan jauh ini!" Omel Rai, yang mendapat koor setuju dari anggota kelompok.

Rehan mengangguk. "Oke babe. Oi! Buruan kita cari cluenya!" Titah Rehan tak terbantah.

"Najis amat."

×××

Isha menjelajah koridor lantai dua secara menyeluruh. Diikuti dengan para anggotanya. Isha menjadi ketua. Sulit dipercaya akal sehat namun nyata. Saat dilihatnya kertas berwarna merah mencolok dengan tulisan 'A' tergantung di bawah pijaran bohlam lampu tua yang usang, Isha berhenti melangkah. Dibukanya pintu gudang lalu menjelajah masuk.

"Sha, ini clue kelompok A kan?" Tanya Melan, si centil yang hobby banget modusin Gerald, wakil ketua kelompok. Isha mengangguk acuh.

"Rald, coba deh liat. Itu kan ada kertas ngegantung diatas, clue kita bukan?" Tanya sekaligus suruh Isha. Bukan, Isha bukannya sok dewasa. Hanya saja, Isha dan Rai manja dan childish dengan keluarganya saja.

Gerald mengangguk. Dinaikinya meja yang cukup tinggi sebagai pijakan. "Clue kita Sha!" Lapor Gerald. Isha mengangguk mantap, "bagus. Ambil." Perintahnya yang langsung dituruti Gerald.

"Berarti kita tinggal cari satu clue lagi ya?" Tanya Alroy. Yang dibalas anggukan mantap oleh Tasha.

"Kita ke mana lagi?" Tanya Isha, mencoba menerima pendapat dari anggotanya.

"Ruang musik!" Jawab Tera dan Tian. Si kembar yang kerjaannya mengusik.

×××

"Han! Itu cluenya!" Teriak Rian antusias, sambil mencoba masuk kedalam gudang. Kertas berwarna merah tergantung indah di bawah naungan bohlam lampu yang padam. Dengan segera, Rian meraihnya. Memberikan kepada Rai selaku pemegang clue.

"Kita mesti cari satu lagi ya?" Tanya Thea malas.

Bagas mengangguk. "Oi! Ini udah empatpuluh menit!" Lapor Bagas gusar.

"Berarti tinggal lima menit lagi." Tambah Keenan, antek-antek Rehan dengan santai. Yang dibalas dengan anggukan dari kelompok A.

Putri berdeham, "kita ke mana lagi?"

"Gaktau."

Dan pada akhirnya, kelompok A berhasil memngumpulkan ketiga clue dan mendapatkan predikat kelompok terlambat. Awalnya, kelompok A menyerah. Namun Bagas menemukan clue terakhir tergantung di langit-langit toilet. Dan itu tepat pada menit ke limapuluh. Dan sekarang, sudah menit ke limapuluhlima. Selama itu rasanya.

"Kalian terlambat sepuluh menit." Ujar Davian, selaku pengada games. Kelompok A mengangguk. "Kami siap terima hukuman."

"Bagus."

×××

Jakarta, 18 Desember 2015.

552.

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang