0.7

280 10 2
                                    

Hai, maaf ya. Baru bisa next. Uwuw, kikuk kikuk. Ntab ****. Dahlah hepi riding!

× × ×

Rai mencebikkan bibir kesal. Bukan sekali dua kali ia menguap di pelajaran biologi. Apalagi sekarang, disebelahnya Alvin membujuk Gian, guru berperawakan tinggi yang bernotabene guru biologi agar mengadakan ujian praktek pada pelajaran biologi bagian reproduksi.

Sarap.

"Pak, kan matematika, ipa, agama ada prakteknya masa reproduksi enggak?" Rayu Alvin sekali lagi. Yang diikuti koor setuju dari kaum adam. Lagi-lagi Gian menggeleng.

"Kamu tuh ngebet banget pengen ena-ena sih? Tuh sekarang aja prakteknya di depan kelas! Biar ditonton sama teman-temanmu." Dengus Gian, seakan mulai jengah dengan tawaran Alvin dan akhirnya memberikan dispensasi.

Alvin tersenyum sumringah, "sama Rai kan?!" tanyanya senang. Membuat Rai mau tak mau mendaratkan pulpen batik hasil betakannya ke kening Alvin.

"Palelu bejidat sama gue!" Alvin terkekeh.

"Tuh calonnya aja gak mau. Masa masih ngebet juga. Malu-maluin." Ejek Gian.

Merasa tak terima Alvin berdiri dari bangku. Maju ke depan papan tulis. Menggambar sel sperma dan sel telur. "Kan sudah istilahnya, sel sperma ngejar sel telur. Mwah."

"Tapi sel sperma lo kosong. Jadi gak ada gunanya." Celetuk Rai kesal.

"Heh!"

× × ×

Pembelajaran biologi memang selesai. Namun tawa Alvin ini tak selesai-selesai. Seakan penderitaan Rai adalah segalanya.

Suara gelak tawa Alvin yang menggelegar di kelas suci yang didiami Rai dan kawan-kawan. Oke, sekarang udah gak suci akibat gelak tawa Alvin yang terlalu termenye-menye.

Rai mencebikkan bibir sebal. Kalau bukan karena kaki kanannya sakit, sudah Rai depak Alvin dari sekolahnya. Ekhem, sekolah ini.

"Diem Pin!" Erang Rai. Kaki kirinya yang semula tidak merasakan sakit seperti kaki kanan kini merasakan. Belibet.

Sekali lagi, Alvin tertawa ngakak. Bahkan sampai memegangi perutnya yang keram. "Dih! Kan niat gue baik! Biar kaki lo merasakan keadilan, sayang." Goda Alvin.

"Cot." Sahut Rai. Lalu bangkit, merapihkan rok dan berjalan angkuh. Menutupi rasa malu yang menjalar sampai ke ujung rambut sekalipun.

× × ×

Suara gelak tawa Isha di penjuru koridor membuat bibir Rai semakin maju beberapa centimeter. Kalau kakinya sembuh nanti, Rai akan menendang bokong Isha. Tepat dibelahan. Ingatkan Rai nanti. Atau kalau bisa, menggebok Isha menggunakan bola kasti. Tepat di hidung. Oh, di bagian depan juga ide yang not bad. Siapa tau bisa besar sebelah.

"Diem." Peringat Rai sekali lagi. Mata elangnya menatap Isha tajam. Seakan akan Rai menganggap dirinya sebagai ghost rider yang bisa membunuh orang melalui tatapan. Atau medusa yang bisa mengubah orang menjadi batu melalui tatapan nyalang?

Isha terdiam. Sembari meninggalkan Rai dibelakang dan melenggok meninggalkan Rai yang terdiam di koridor menuju kantin.

"Isha!"

Isha sama sekali tak menggubris. Bukan karena Isha sombong tapi ini permintaan hati. Hati yang lelah mengharapkan sosok yang mana sosok yang diharapkan sendiri mengharapkan orang lain.

Untuk apa Isha mengharapkan kehadirannya yang mana diibaratkan tertawa saat Isha menangis meraung.

Kini Isha tau, mengharapkan sosoknya datang sama saja mengharapkan palu godam menghantam kepalanya.

I can hide this feeling. But I cant fake this feeling.

Tak lama sosok Alvin muncul dari belakang. Menepuk pundak Rai, sembari memberikan sebotol minyak tawon untuk memudarkan sedikitnya rasa sakit di kaki kanan dan kiri Rai.

Bersamaan dengan kata-kata Alvin, punggung Isha menghilang. Ditelan oleh pekatnya orang di kantin yang berlalu lalang. Tapi tetap saja, Rai mampu. Mampu melihat senyum luka di bibir Isha.

"Ayo, gue obatin. Kita ke UKS."

× × ×

Apdeet lagi! Maafkeun ngegantungin kalian lama. Intinya, mulai chapther ini gue buat kemajuan. Mwah :*.

Vommentnya.

Ohya lupa. Watty gue suka error. Kalo adq apa apa, line aja.

LINE: Ginagin.a

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang