3

680 27 1
                                    

Kini Thalie sudah berada di ruangan khusus tempatnya melukis. Ia sedang melukis dengan kuas kesayangannya. Anisa dan Bisma sengaja membuat ruangan tersebut untuk putri sulungnya saat mereka tahu kalau Thalie hobi melukis. Seketika Ia menghentikan aktivitasnya itu. Kemudian melangkahkan kakinya menuju jendela dan membukanya. Thalie berniat ingin menikmati udara di sore hari, namun pandangannya tertuju pada dua anak kecil yang sedang berlari-larian di jalan komplek rumahnya yang sepi. Terlihat si adik sedang mengejar sang kakak yang memegang mainannya. Sedangkan si kakak yang terus berlari menghindari adiknya sambil menjulurkan lidahnya pada sang adik.

Baru kali ini Thalie melihat adik dan kakak itu bermain lari-larian diluar rumahnya. Karena sebelumnya Thalie hanya melihat mereka bermain ayunan ataupun pergi ke taman bersama ibunya. Thalie memang sering melihat mereka bermain, namun Ia tidak pernah bermain bersama mereka. Thalie lebih suka menyendiri di dalam kamarnya dan melakukan kegiatan apapun yang Ia suka di dalam kamarnya itu.

Seketika anak perempuan selaku kakak dari adik yang sedang bermain tadi itu menoleh kearah Thalie. Anak itu tersenyum meatap Thalie yang menatapnya datar. Lalu Ia melambaikan tangannya pada Thalie dan mengajaknya untuk bermain bersamanya. Tatapan Thalie tidak berubah. Tetap datar menatap perempuan sebayanya itu. Seketika Thalie tersenyum tipis menatapnya. Sangat tipis sekali. Bahkan hampir tidak terlihat senyum manis dari Thalie itu. Setelah itu Thalie segera menutup jendela tersebut lalu keluar dari ruangan itu.

Anisa sedang bergelut di zona miliknya. Dimana lagi kalau bukan di dapur. Ia sedang memasak untuk makan malam keluarga kecilnya. Anisa lebih memilih memasak di dapur daripada harus di kamar bersama Bisma yang sudah membuatnya kesal dan mengganggu aktivitasnya yang sedang menikmati udara segar tadi. Sedangkan Bisma sendiri sedang bermain bersama si bungsu Nathan di kamarnya.

Anisa hampir selesai memasak. Tak lama setelah itu, Ia melihat Thalie yang berjalan ke depan rumah. Tumben sekali Thalie keluar rumah sore-sore seperti ini. Pikir Anisa.

"Thalie" Langkah Thalie terhenti ketika suara bundanya memanggil namanya. Ia segera menoleh. Mendapati bundanya yang tengah sibuk.

"Thalie mau kemana, sayang?"

Anisa bertanya sambil bolak balik menaruh masakannya di meja makan.

"Thalie mau main" Sahut Thalie singkat, padat dan jelas.

Anisa menghentikan aktivitasnya sejenak. Menyerngitkan dahinya menatap anak sulungnya.

"Bermain sendiri diluar rumah? Perlu bunda temani? Kebetulan bunda sudah selesai memasaknya" Thalie langsung menggeleng cepat. Menolak tawaran bundanya yang ingin menemaninya bermain.

"Tidak usah. Thalie ingin main bersama teman, bunda"

Lagi-lagi Thalie tersenyum tipis menatap Anisa. Setelah itu Ia kembali melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumahnya. Anisa semakin heran pada Thalie. Ada apa dengan Thalie hari ini? Dan sejak kapan Thalie memiliki teman di dekat rumah? Bahkan untuk sekedar melihat-lihat tanaman di halaman rumahnya saja Thalie sering meminta Anisa untuk menemaninya.

Kemudian Anisa membuka celemeknya dan bergegas menyusul Thalie. Dan ternyata yang Ia lihat adalah Thalie hanya bermain ayunan sendirian. Tak ada satu orangpun yang menemaninya. Anisa segera menghampiri Thalie.

"Dimana temanmu, sayang? Tidak jadi bermain dengannya?" Tanya Anisa sambil mengusap pelan rambut Thalie. Thalie mendongakkan kepalanya lalu menggeleng lemah.

"Dia sudah masuk ke dalam rumahnya" Sahut Thalie. Lalu Anisa tersenyum pada si sulung itu. Senyum yang mengandung banyak arti.

"Hari sudah sore. Wajar saja kalau temanmu sudah masuk ke dalam rumah. Besok kan masih bisa bermain lagi" Anisa kini duduk disamping Thalie lalu mencium puncak kepalanya. Thalie langsung menyandarkan kepalanya di bahu Anisa serta melingkarkan tangannya pada pinggang bundanya. Anisa tahu, Thalie kesepian. Thalie sangat ingin memiliki teman yang dapat diajak bermain dan berbicara.

Asperger ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang