PART 1

494 21 8
                                    

Aku mencintaimu meskipun ku tau kau takkan pernah bisa menganggapku lebih dari sekedar  pengganggu

Little_dreamingbear

Hari pertama Belia memasuki SMA, dimana saat saat SMA lah yang akan selalu dirindukan, belia menelusuri lorong sekolah barunya itu, belia masih tidak percaya kalau dia sudah memasuki jenjang Sma yang ada difikirannya adalah ini beneran gue udah Sma kok rada rada sawan ya gue pemikiran terbodoh yang melintas begitu saja di otak cantiknya, tiba tiba dia melihat ke lapangan dan refleks belia teringgat sesuatu bahwa hari ini adalah hari pertama MOS entah setan mana yang membuat dirinya bisa lupa bahwa hari ini adalah hari pertama MOS, tanpa pikir panjang belia langsung lari ke arah lapangan tanpa peduli dia menabrak siapa.

Beliaa baris dibagian paling belakang karena keterlambatannya peluh keringat mengalir disekitar dahinya dan dengan cepat belia mengusapnya dengan punggung tangan, entah kenapa belia merasakan euforia yang membuat dirinya merinding dan pikirnnya dipenuhi dengan hal - hal seperti apa saja yang akan dia lakukan saat masa masa SMA nya, belia berharap masa masa SMA nya tidak akan sama dengan masa masa Sd juga Masa masa Smp.

Belia mengukuti kegiatan MOS hari pertamanya dengan tenang, dia sangat senang karena tidak satu sekolah dengan teman temannya di Sd maupun Smp, Belia menunggu angkutan kota didepan gerbang sekolahnya  cukup lama menunggu tapi tak kunjung datang angkutan kota itu. Sambil menunggu angkutan dia mengeluarkan sebuah buku kecil yang berisi kumpulan puisi yang selalu ia tulis kala bosan atau tidak ada pekerjaan, belia menulis sebuah puisi singkat yang idenya muncul begitu saja diotaknya.

Senja hari ini menjadi saksi untuk kisah ku dan kau.
Saksi atas apa yang terjadi dalam hidup ku.
Kau mengikatku dalam sebuah hubungan.
Tapi kau tinggalkan ku begitu saja di tengah senja yang begitu indah.

Bolehkan aku bilang kalau aku terluka karena mu.
Karena sikap mu selama ini apakah kau tak sadar kalau diriku terluka.
Tapi dengan segenap rasaku ini aku mati matian tak menganggapnya.
Sakit yang kurasa tak kan pernah membuat mu sadar.

Meskipun aku jatuh dihati yang salah aku tak kan menyesal.
Meskipun kau hanya menorehkan luka dalam hatiku.
Kau akan selalu menjadi seseorang yang pernah mengisi hatiku.
Berbahagialah dengan cintamu yang baru
sampai jumpa.

Entah kenapa saat belia membaca puisi itu isinya begitu menyesakkan, kenapa dia membuat puisi seperti itu padahal dirinya sedang berbahagia, ahh mungkin itu hanya ide yang terbesit saja pikirnya.

Angkot yang ditunggu tunggu pun datang, Belia segera menaiki angkot itu sebelum dia harus menunggu angkot lain di dalam angkot itu Belia menduduki bangku yang paling dekat dengan pintu keluar lebih tepatnya bangku tambahan yang sangat riskan untuk diduduki tapi cuma bangku itu saja yang tersisa, cuaca yang begitu panas pada hari ini membuat peluh keringat bercucuran disekitar wajah Belia, Belia menghapus keringatnya dengan punggung tangannya tapi ia bersyukur setidaknya keringat yang bercucuran di wajahnya bukan keringat lelah karena harus berlari larian untuk menghidar dari segerombolan  teman - teman yang menyuruh ina - itu tapi malah ketika dibantu justru memaki makinya, hidup itu begitu kejam tapi tergantung bagaimana kita menerapinya dalam hidup dan demi kesejahteraan hidupnya dia harus keluar dari lingkup seperti itu dan kini ia memulai sesuatu yang baru dalam hidupnya semoga ini pilihan yang tepat.

Belia segera membayar ongkos angkotnya ketika turun, setelah itu ia berjalan lumayan jauh untuk menuju rumahnya, belia membetulkan kerudungnya yang kendur sambil bersiul - siul, meskipun belia itu cewek bukan berarti dia tidak bisa bersiul dulu waktu ia kecil ibu mengajarinya bersiul - siul kecil dan Belia sampai sekarang ia masih senang bersiul - siul, bolehkan belia selalu merasakan ketenangan seperti ini, rasanya dulu sangat sulit merasakan ketenangan seperti ini hari, tunggu rasanya ketenangan seperti ini hanya dapat ia rasakan setengah hari karena selebihnya hidupnya akan gelap lagi. Belia menarik nafas dalam - dalam lalu ia hembuskan dengan sekali hembus, Belia mengetuk pintu rumahnya sembari mengucap salam dan tidak ada jawaban sesuai dengan perkiraannya, memang siapa yang peduli dengan kepulangannya, belia membuka pintu rumahnya dan melepas sepatu lalu pergi berganti baju dengan baju biasa, Belia menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur dan perlahan matanya tertutup seiring kantuk melanda dirinya.

"Beliaaa!!!!"

Belia terbangun karena teriakan itu, astaga Belia yakin Orang itu akan menghardiknya jika dirinya tidak langsung menghampiri Orang itu.

Dengan segera Belia keluar dari kamarnya dengan sigap dia langsunv menghampiri Orang itu.

"Iya, kenapa ma?" Ucap belia dengan takut takut

"Lama banget sih dipanggil, udah tau saya  manggil kamu itu udah dari tadi, kenapa saya teriakin kamu baru nyamperin saya!" Hardik seorang wanita yang merangkap sebagai Mamanya.

Belia saat ini dalam mode ketakutan, lebih tepatnya ketakutan, ketika wanita di depannya ini menghardiknya belia hanya diam dan mode ketakutannya akan aktif begitu saja, belia sangat membenci situasi ini andai wanita di depannya ini bukan mamanya sumpah demi apapun belia akan pergi meninggalkan wanita itu ketika sedang menghardiknya.

"Maaf ma"

Hanya kata itu yang bisa belia ucapkan kepada mamanya, demi tuhan kakinya sudah terasa panas akibat pukulan dari mamanya, bolehkah belia melawan mamanya, belia menepis pemikiran itu bagaimana pun wanita di depannya ini adalah orang yang melahirkannya dan apapun yang dilakukan oleh wanita itu dia akan menerimanya karena wanita itu sudah mau melahirkan dirinya yang begitu menyusahkan ini.

" Sana samperin papa kamu, saya capek denger dia ngeluh ini itu" ucap wanita itu

" Iya ma"

Belia dengan segera langsung menghampiri papanya , ini adalah rutinitas belia, selalu memenuhi keinginan orang tuanya tanpa peduli pada kondisi dirinya sendiri, sebenernya tidak salah membantu orang tuanya tapi terkadang orang tuanya justru memarahinya ketika dia membantu keduanya entah lah bagi Belia apa yang dia lakukan akan menyebabkan masalah dan walaupun begitu orang tuanya akan tetap meminta bantuan dirinya.

Lelah adalah satu kalimat yang mampu menggambarkan keadaannya saat ini, Belia begadang lagi, lagi dan lagi, tiada hari tanpa begadang selalu saja seperti ini, tadi Belia membantu papanya dalam mengerjakan beberapa naskah tapi Belia tidak henti henti dibentak bentak oleh papanya, mengusap dada adalah cara jitu Belia untuk meredam emosinya, papanya menyuruh Belia mengetik tapi Belia harus menulis tanpa melakukan kesalahan sedikit pun jika ada yang salah papanya akan membentaknya. Belia pun berharap keadaan ini akan berhenti dan berganti menjadi keadaan yang begitu menyenangkan seperti bercanda ria dengan orang tuanya, mungkin? Sepertinya itu hanya hayalan semata

SIMPLICITY OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang