You're Mine

50.4K 1K 38
                                    

Arrogant CEO - 3
.
.
Sara berjalan tak semangat menuju lift khusus karyawan. Semalam ia sudah tak bisa tidur. Kepalanya serasa sangat pening sekarang.
Mimpi sialan. Batin Sara.
Tiba-tiba ada yang menyentuh bahunya.
"Jangan lupa nanti jam 7 malam dimana pesta perayaan diadakan di Hotel Rizt." bisik seseorang dari belakang.
"Bolehkan aku tidur malam ini,Laura? Besok sabtu,oh ayolah." desah Sara.
"Aku akan menjemputmu. Yah yah!" ucap Laura semangat.
Ting!
"Sara.." panggil pelan Laura. Sara menoleh pelan. Laura tak pernah memanggilnya pelan seperti ini.
"Apa?" balas Sara.
"Sebenarnya kemarin ada apa denganmu?" tanya Laura. Sara menarik nafasnya yang terasa berat.
"Akan kuceritakan semua ketika makan siang nanti." balas Sara pelan. Laura menganggam tangan Sara.
Mungkin ini saatnya. Batin Sara.
"Ok." balas Laura.
Laura tau ada sesuatu diantara Sara dan CEO mereka.
.
Jam makan siang..
Sara dan Laura berjalan menuju Cafe seberang jalan depan kantor perusahaan.
Mereka memilih tempat kursi pojok dekat dengan jendela.
"Avocado juice dan milkshake." ucap Laura kepada pelayan cafe yang menghampiri mereka. Ia tau minuman favorit Sara,Avocado juice disiang hari.
"Jadi?" tanya Laura sambil menatap lekat Sara. Sara menarik nafasnya berat.
"Luis,Luis Salom.. Dia.. Dia ciuman pertamaku." lirih Sara. Laura hanya mengerjapkan matanya. Shock?  Sangat. Tapi masalahnya?
"Mungkin kau bingung. Tapi.. Dia dulu kakak kelasku. Aku kelas 2 JHS dan dia kelas 3 SHS. Saat itu pulang sekolah dan dia menarikku paksa dan membawaku kebelakang sekolah. Dia menciumku. Menurutku itu kasar. Aku takut Dan membuatku pindah sekolah. Ciuman itu membuatku trauma dan paling menjauhi lelaki yang berniat mendekatiku.." Sara menghentikan ceritanya ketika pelayan Cafe mengantarkan minumannya.
Sara meminum minumannya. Tenggorkannya sangat kering.
Laura masih setia menunggu lanjutan cerita Sara.
"Aku tak tau kenapa ia menciumku saat itu. Aku sangat takut." lirih Sara.
"Dan kemarin,saat ia naik ke podium. Bayangan  yang kukubur dalam-dalam muncul. Dimana ia menciumku paksa,tatapan yang aneh itu. Membuatku takut hingga tanpa sadar aku mundur dan lari sejauh mungkin. Hingga aku memutuskan keluar dari perusahaan,aku tak mau bertemu dengannya lagi. Lalu selesai dari ruang HRD dan saat akan menuju lift untuk kembali ke ruangan devisi ,aku bertemu dengannya,ia menatapku dengan seringan gilanya aku terpaksa masuk saat pintu lift tertutup ia mengatakan lama tak bertemu denganmu,Sara. Dan detik itupula ia menciumku lagi. Aku sangat takut. Hingga aku hanya diam. Dan sebelum ia pergi ia mengatakan bahwa aku akan menjadi partnernya di ranjangnya." Laura sangat Shock mendengar penjelasan Sara. Jelas bahwa Luis terobsesi pada Sara sejak lama.
"nanti usai makan siang aku akan ke HRD menanyakan suratku." lirih Sara.
"Tapi,Sara.." Laura kini bingung.
"Bagaimana perasaanmu padanya?" bisik Laura.
"Apa kau gila?! Berani bertanya seperti itu?! Seharusnya kau tau! Aku sangat membencinya!" pekik Sara membuat beberapa orang melihat kearah Sara dan Laura.
"Salah aku memastikan? Lagi pula benci dan cinta berbanding lurus." ucap Laura cuek.
"Cepat habiskan minumanmu lalu kita segera kembali. Dan hapus air mata mu itu." ucap Laura.
"Bahkan kau tak memberiku jalan keluar." sungut Sara.
"Percuma,Sara." ucap Laura menjadi lesu.
.
-----------
.
Sara berjalan menuju ruang HRD. Ia akan memastikan hasil resignnya.
Sara mengetuk pintu ruang HRD hingga Mr.Farran menjawab dan menyuruhnya masuk.
"Siang Mr.Farran." sapa Sara basa-basi.
"Siang,Sara.. Apa kau-"
"Ya,aku ingin meminta hasil suratku kemarin." ucap Sara. Mr.Farran terlihat sedikit gelisah.
"Maaf,Sara.. Kau tak boleh resign. Mengingat catatan kinerja kerjamu sangat bagus. Aku tak mau mengambil resiko,Sara." balas Mr.Farran. Sara menggeram pelan.
"Tapi,Mr.Farran.. Aku sangat ingin Resign." Sara memelas.
"Kau boleh meminta tanda tangan CEO langsung,Sara." ucap Mr.Farran lalu memberikan kembali surat resign Sara.
Sara mengambil surat resignnya.
Apa iya aku harus bertemu dengannya lagi? Bagaimana jika ia menciumku lagi? Bagaimana kalau dia bertindak lebih gila? Astaga!
"Kau boleh pergi Sara." ucap Mr Farran.
"Baiklah,permisi." ucap Sara lalu melenggak pergi dari ruangan tersebut.
Mr.Farran bernafas lega. Untung kemarin ia membuatkan surat resign untuk Sara lagi. Karena yang asli sudah di robek oleh Luis.
.
Sara berjalan menuju lift. Haruskah ia pergi ke ruangan CEO gila itu? Jika untuk yang terakhir kali kenapa tidak? Bisik sisi lain hati Sara.
Saat Sara berada di Lift ia memutuskan untuk menuju lantai paling atas di gedung ini.
Sara bertekad,ia harus pergi dari perusahaan ini. Sungguh! Ia tak ingin bertemu Luis lagi. Ia akan melakukan apapun kecuali .. Hal yang harus ia berikan pada suaminya kelak.
.
Sara berjalan kikuk saat memasuki lobi yang menghubungkan keruangan CEO. Diluar ruangan CEO ia melihat seorang pria yang tengah berkutat dengan komputer didepannya. Sara mendekatinya,lalu ia bedehem pelan hingga pria itu menoleh.
"Ada yang bisa kubantu,nona?" tanya pria itu.
"Apakah tuan Luis tengah sibuk? Aku ingin meminta tanda tangan untuk surat resignku." ucap Sara. Pria itu mengangguk lalu meraih gagang telephonenya.
"Sir,ada?"
"Sara Xavier." ucap Sara cepat.
"Sara Xavier,ia ingin menemui anda." ucap pria itu. Pria itu mengangguk pelan lalu menutup telephonenya.
"Silahkan masuk." ucap pria itu lalu Sara mengangguk dan berjalan menuju pintu besar. Pintu yang dibuat dari kayu jati asli berumur ratusan tahun itu terlihat sangat kokoh dan angkuh seperti pemilik perusahaan ini.
Sara mengetuk pelan lalu ada sahutan untuk masuk.
Dada sara bergemuruh. Perutnya terasa perih. Pria itu berdiri menghadap jendela yang menampilkan pemandangan kota Madrid.
Sinar matahari musim semi menerpa tubuh Luis.
Sangat indah. Batin Sara.
Sara langsung menggelengkan wajahnya.
"Ada yang bisa kubantu,Sara?" tanya Luis lalu menoleh kearah Sara.
Entahlah kemana sikap angkuh dan dingin Sara berada. Ketika berhadapan dengan Luis semuanya hilang.
Sara mendekati meja Luis dan meletakkan surat resignnya.
"Saya ingin anda menanda tangani surat resign saya." ucap Sara Formal.
Luis tertawa sinis.
Mencoba lari dariku? Batin Luis.
"Aku akan menandatanganinya nanti. Mungkin senin kau bisa mengambilnya." ucap Luis bohong. Sara sempat kesal hingga tanpa sadar ia menggigit bibirnya. Dan Luis yang melihat itu menggeram kesal.
Itu bibirnya! Dan Sara memainkannya? Shit! Batin Luis.
Dengan langkah lebar Luis mendekati Sara. Sara yang melihat itu bersiap melarikan diri namun ia terlambat!
Luis menarik lengannya. Menghilangkan jarak antara dirinya dan Sara. Bibir Luis melumat bibir Sara dengan agresif.
Luis menyesap bibir Sara lalu menggigitnya dan membuat Sara membuka mulutnya. Luis memasukkan lidahnya dan memancing lidah Sara untuk juga bermain.
Lama-lama Sara membalas ciuman Luis walau sedikit ragu. Dalam hati luis tersenyum. Sedangkan didalam hati Sara ia berharap Luis mau menanda tangani surat resignnya dengan suapan ini.
Luis menarik tubuh Sara untuk ia peluk. Pelukan Luis sangat erat dan possesif dan pas lalu Luis memundurkan tubuh mereka hingga Luis duduk di Sofa dan Sara di atas pangkuannya.
Sara sudah terbuai dan terjebak dalam permainannya hingga ia hampir kehabisan nafas. Sara menarik wajahnya dari Luis dan menarik nafas. Pandangannya sayu. Tangan Luis masih memeluk pinggang Sara. Pandangan Luis tertuju ke bibir Sara yang terbuka dan sedikit bengkak karena ciuman mereka dan dimata Luis itu sangat sexy.
Luis melumat bibir Sara lagi namun jauh lebih lembut. Tanpa sadar tangan Sara memeluk leher Luis dan membalas ciuman Luis.
Luis hampir kehilangan kontrolnya. Ini belum saatnya! Batin Luis.
Ia menyudahi ciumannya. Sara sedikit terengah. Luis tersenyum dan tangan kanannya mengusap pelan bibir Sara. Sara memejamkan matanya bibirnya yang disentuh Luis sedikit bergetar.
"Kau harus menandatanganinya!" ucap Sara masih terpejam. Tangan kiri Luis semakin mengeratkan pelukannya dipinggang Sara.
"Apa balasan ciuman tadi sebuah suapan?" bisik Luis serak. Demi tuhan dimata Luis Sara sangat menggairahkan sekarang.
"Cukup tanda tangani itu!" ucap Sara tajam kini matanya menatap Luis.
"Kau melanggar kontrakmu,Sara!' ucap Luis lalu menyelipkan wajahnya di leher Sara. Menghirup aroma Sara dan kini menjadi candunya.
"Akh-aku tak pedulihh" ucap Sara sedikit merasakan geli di lehernya ketika Luis menciumi lehernya dan menghembuskan nafasnya disana.
"Cu-cukup Luis!" bentak Sara. Luis menyeringai.
Sara melepaskan pelukan Luis lalu turun dari pangkuan Luis. Lalu Sara berjalan menuju meja Luis dan mengambil surat resignnya dan berjalan kearah Luis lagi dan meletakkannya ke meja didepan Luis.
"Tanda tangani itu,kumohon." ucap Sara. Luis menghembuskan nafas berat. Ia mengambil surat tersebut membacanya lalu merobeknya dan membuat Sara membelak.
"Apa yang... Kau merobeknya?!" pekik Sara. Luis berdiri didepan Sara.
"Dengar Sara! Jika aku menandatanganinya,sama saja aku melepasmu!" ucap Luis frustasi.
"Aku memang ingin lepas darimu,brengsek!" pekik Sara.
"Sampai matipun aku tak akan melepasmu,Sara Xavier! Apa kau tak bisa mengerti maksud semuanya?!" geram Luis.
"Aku tak mengerti dan tak mau mengerti! Jadi kumohon lepaskan aku! Tak ada untungnya jika kau memilikiku juga!" Sara makin emosi. Apa mau pria ini?!
"Belum saatnya kau tau apa keuntungan yang kudapatkan ketika bersamamu! Dan yang jelas kau adalah milikku! Dari 10 tahun yang lalu sekarang dan selamanya!" ucap Luis lalu berdiri dan berjalan menuju kaca besar yang menampilkan kota Madrid.
"Kau boleh keluar. Dan ingat,kau masih pegawai di sini." ucap Luis tanpa menoleh ke Sara dan suaranya berubah menjadi arrogant.
Sara memandang kesal Luis. Pria itu mengklaim dirinya milik pria itu. Baiklah apapun caranya Sara bertekad untuk lepas dari Luis. Dan ciuman itu.. Ah persetan. Batin Sara.
.
.
.
.
Laura memandang geli kearah Sara yang tengah menyisir rambutnya. Saat Laura datang ia langsung disuguhi oleh cerita Sara tentang peristiwa di ruangan Luis siang tadi. Dan Laura tak bisa berhenti tertawa karena kebodohan Sara.
"Berhentilah memandangiku seperti itu!" geram Sara saat ia memandang Laura dari kaca.
"Kau tau? Itu sebuah suapan paling bodoh! Jika kau memang ingin pergi dari Luis,sebuah balasan ciuman pun tak kan ampuh untuk menyuap seorang Luis Salom,kau tau? Bahkan harta raja spanyol-pun ia tolak jika menyangkut dirimu,Sara." ucap Laura.
"Lalu aku harus bagaimana? Dia dengan seenaknya mengatakan bahwa aku ini miliknya!" ucap Sara.
"Buktikan bahwa kau bukanlah miliknya. Kita sebentar lagi kepesta bukan? Dan banyak pria disana. Pilihlah Pria yang ada disana dan aku harap kau serius dengan pria itu. Karena harapanku adalah pria itu akan melindungimu dari Luis,Sara." ucap Laura.
Sara terdiam. Ia kini setuju dengan Laura.
"Baiklah,ayo berangkat!" ucap Sara.
.
.
.
Hotel Rizt,Madrid 07.12 PM
.
Sara berjalan dengan Laura. Ia sedikit canggung karena ini pertama kalinya ia ikut pesta. Apalagi dihotel termewah di Madrid. Bahkan tadi Laura sempat mengatakan bahwa pemilik hotel Rizt adalah Luis. Dan Sara hanya bisa sumpah serapah.
"Kau mau minum?" tanya Laura. Sara menoleh dan mengangguk.
"Diam disini, aku tak mau mencarimu gara-gara kau tersesat. Ok?" Sara tersenyum dan Laura pergi mengambil minuman untuk mereka. Tentu saja non alkohol untuk Sara.
Saat Sara mengedarkan pandangannya tanpa sengaja ia melihat Luis bersama seorang wanita.
Bukankah itu salah satu model Victoria Secret? Sungguh?! Pekik Sara dalam hati.
Wanita itu menggaet lengan Luis dengan manja seakan-akan ialah ratu Luis didepan kolega-kolega dan tamu undangan.
Saat Sara masih menatap Luis dan wanita itu tiba-tiba ada seseorang menyentuh lengannya dan membuatnya terkejut.
"Kau sendiri?" tanya seseorang itu. Seorang pria dengan alis tebal,mata tajam rahang kokoh dan bibir tebal namun terkesan seksi.
"Aku bersama temanku. Namun ia tak kunjung kembali." ucap Sara. Pria itu mengangguk.
"Mau berdansa denganku?" tawar pria itu. Mungkin ini saatnya. Batin Sara.
Sara mengangguk. Pria itu menganggam tangan kanan Sara dan membawanya ke tempat dansa yang tak jauh dari posisi semula.
Sara sedikit gugup. Ini pertama kalinya ia bersikap hangat kepada pria. Sebelumnya jangan pernah tanyakan.
Tangan pria itu menuntun kedua tangan Sara agar melingkar di leher pria itu dan kini tangan pria itu melingkar di pinggang Sara.
"Namamu?" tanya Pria itu.
"Sara,Sara Xavier. Dan kau?" tanya Sara.
"Marc,Marc Marquez. Aku dari Barcelona. Aku mendapatkan undangan dari perusahaan Luis Jaime Salom Horrach karena kami pernah kerja sama. Dan kau?"
"Aku hanya karyawan disini dan diwajibkan datang." balas Sara.
"Aku senang bertemu dengamu. Kulihat hanya kau yang berpenampilan natural." ucap Marc.
"Sungguh? Aku hanya memoleskan sedikit make up." ucap Sara.
Alunan Musik masih berlanjut. Kini lagu dari Ed Sheeran Thinking of Loud berputar dengan romantisnya.
Saat itu juga tak sengaja Sara melihat Luis menatapnya tajam. Sara menoleh kearah lain. Ia menyeringai kecil.
"Boleh aku memelukmu?" tanya Sara.
"Kenapa tidak?" Marc membalasnya hangat. Lalu Sara memeluk Marc sambil menari pelan. Dan tak lupa Marc memeluk Sara. Sangat serasi.
Ada rasa hangat ketika Sara memeluk Marc. Marc merasakan hatinya sangat tenang dan damai. Gadis ini membuatnya merasakan hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Tak lama terdengar ada bunyi pecahan kaca. Lagu dansa otomatis berhenti. Sunyi. Semua orang terdiam termasuk Sara dan Marc. Kini semua mata tertuju kearah Luis yang menatap Sara dan Marc.
Luis melepaskan tangan wanita bernama Ana dengan kasar.
Luis berjalan menuju Saraa dan Marc. Rahangnya kini mengeras. Sorot mata yang sangat tajam.
Luis kini ada didepan Sara dan Marc. Tanpa berkata lagi Luis menarik lengan Sara dengan kasar.
"Apa yang kau lakukan?!" bentak Marc.
"Dia milikku!" ucap Luis. Lalu menyeret Sara yang meronta meminta dilepaskan. Dan Marc hanya memandanginya. Namun Marc berjanji akan mendapatkan Sara bagaimanapun caranya.
"Brengsek! Lepaskan aku!" teriak Sara namun Luis tak menggubris teriakan Sara. Dan masih menyeret Sara menuju Lift.
Kini mereka ada di lift. Luis memojokkan Sara dan mulai mencium Sara dengan kasar. Seakan-akan meluapkan semua amarahnya didalam ciuman tersebut hingga bibir Sara terluka karena gigitan kasar Luis. Sara menangis diam.
Luis merasakan air mata Sara dan menghentikan ciumannya.
Tubuh Sara terasa lemas. Luis memandang Sara. Ia menyesal.
Luis memeluk Sara.
"Maafkan aku." ucap Luis. Sara masih terdiam dan masih menangis. Sakit. Sara merasakan Sakit di hatinya ketika Luis mengkasarinya.
"Aku tak mau kau disentuh pria lain." bisik Luis.
"Kau milikku Sara! Kau milikku!" ucap Luis. Sara makin terisak.
"Aku mencintaimu Sara.." lirih Luis. 3 kata itu berhasil membuat dunia Sara gelap dan ia mulai tak sadarkan diri.
.
.
.
.
.
TBC :D :v
Maaf baru update :D karena mood ku kumat hilang. Tapi abis nyetalk Luis mah mood balik semua :D
Btw,yang di media itu Sara yang lagi liat Luis sama Model VS. Thanks buat temen sarapku yang ngasi inspirasi sama cast buat Sara :D anymous aja :v
Maaf kalo garing,absurd nggak jelas. :3 thanks for reading.. :*
Kutunggu Vote dan komennya.. :D

Arrogant CEO (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang