Something About the Invitation

96.7K 6.2K 60
                                    

Something About The Invitation


"Serah deh. Yang jelas, aku nggak mau mikirin dia lagi."

"Daripada mikirin Adit, kan lebih baik kamu mulai nyari peluang sama Arland. Sayang lho, An. Cowok high quality gitu dianggurin."

Seanna masih mengunyah sambil menyeka sudut bibirnya dari remahan kacang. "Ya kali. Misal nih ya, aku suka sama dia. Memangnya, dia bakal suka sama aku? He's too high to reach, right?"

"Hmm. Iya, iya." Erika menopangkan kedua tangannya di dagu. "Jadi, ceritanya kalian ini udah jadi teman apa gimana?"

"Nggak tau. Dia cuma bilang mau temenan doang sih." Seanna melirik Erika yang masih terlihat berpikir sampai-sampai keningnya mengerut.

"Hmm. Kalo teman, undang aja ke pesta nikahan Kak Ervan."

Kedua mata Seanna nyaris melompat dari bingkainya. "Ngapain juga ngundang dia?"

"Yee...biar kamu ada partnernya. Gitu."

"Nggak mau ah."

"Ih dikasih tau juga." Erika mencubit donat kedua yang diambilnya dari dalam kotak. "Aku tuh cuma nggak mau kamu jadi tambah sedih ngeliat kak Ervan."

"Aku udah move on kali, Er." Seanna mengucapkannya dengan hati yang luka. Move on tidak akan mungkin bisa secepat itu.

Ervan itu pangeran yang tidak akan tergantikan.

Ah, beruntung sekali sih Dinda? Rasanya yang ingin dilakukannya bukan merancang konsep pesta tapi menghancurkannya. Kalau The Grinch saja bisa menebar horor di malam Natal, dia pun bisa menebar horor di pesta pernikahan. Dalam film kan lumayan banyak referensinya?

"Kalo kamu nggak mau ngundang Arland, biar aku yang ngundang. Gimana? Kali aja dia mau jadi gandengan kamu di pesta pernikahannya kak Ervan. Gimana?"

"Nggak usah, Er. Sumpah deh nggak usah."

"Nggak. Aku mau ngundang dia, pokoknya."

***

Erika pasti sudah gila sampai harus memasukkan nama Arland Wiraatmadja dalam daftar undangan. Ya, ya sekalian saja Adit diundang juga.

Dan Adit memang diundang juga. Kecuali ada nama Aditya Anindyo yang lain.

"Er. Kenapa Adit diundang juga sih?"

"Eh, ini nama-nama dikasih langsung sama Kak Ervan. Nggak usah protes deh. Salahmu sendiri, nyari pacar yang punya relasi sama Kak Ervan."

"Dicoret aja, apa susahnya sih?"

"Ya nggak bisa, Seanna. Nanti kalo Kak Ervan ngecek lagi trus dia nggak nemu undangan buat Adit, gimana?"

Seanna memasang tampang manyun. Ervan kan yang punya acara? Dia punya hak apa untuk mengatur-ngatur tentang siapa yang boleh dan tidak boleh diundang.

"Makanya. Saranku, kamu pepetin tuh si Arland biar kamu nggak digangguin sama Adit. Beres kan?"

"Jadi, maksud kamu? Aku beneran harus ngajak Arland buat jadi partnerku di pesta nanti?"

"Tuh ngerti." Erika tersenyum, memasang tampang tidak bersalah. Kalau saja Erika itu bukan sahabat sejatinya sejak masih bayi, Seanna sudah mengikat sahabatnya itu di batang pohon mahoni trus digelitikin pakai kemoceng sampai minta ampun.

Marriage With Benefits (Terbit Namina Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang