Untitled

79.8K 4.7K 276
                                    


Maap ya, baru nongol lagi :)

Happy Reading!

Kalo mood lancar, lanjutannya malam nanti atau besok :)

Maapin juga chapter hula-hulanya kepending terus :D

__________________________________________________________________________

Arland melongok jam tangannya.

Jam lima kurang tiga menit.

Siang menjelang sore tadi dia baru saja menghadiri meeting di sebuah gerai Starbucks. Ada pembaharuan kerjasama dengan perusahaan web designer yang selama ini menjadi mitra mereka melakukan promosi via website. Berhubung pemilik web designer itu sebayanya, dan untuk urusan web memang tidak harus dibicarakan di kantor, maka mereka sepakat meeting di luar.

Dan sekarang dia bisa pulang lebih awal.

Berarti kalau pulang lebih awal, dia bisa menjemput Seanna. Siapa tahu saja Seanna masih di kantor.

Tanpa buang waktu, telunjuknya disentuhkan ke layar ponsel. Menunggu sampai sambungan terhubung ke nomer Seanna.

Tidak perlu menunggu terlalu lama, suara yang selalu betah didengarkan, sudah siap menjawab di seberang.

"Iya, Ar."

"Na, aku jemput."

"Aku udah di jalan, Ar."

Arland melihat jam tangannya lagi. "Biasanya pulang jam segini?"

"Iya, tapi aku pulang cepat. Baru abis ngecek bunga buat dekor di florist. Bareng Alyssa, sih." Seanna berhenti sejenak.

"Nggak lama kan? Yakin, nggak mau aku jemput?"

"Nggak usah,Ar. Ini nggak lama lagi nyampe rumah. Doain aja nggak macet."

"Iya, didoain dong. Kasian isteriku kejebak macet. Tau gitu, kamu langsung mikir kenapa nggak naik ojek. Iya kan?"

Seanna memperdengarkan gelak tawa khasnya. Singkat dan pelan. "Iya, langsung deh kangen naik ojek."

Arland tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Enak di tukang ojeknya dong, bisa dipeluk-peluk sama Seanna. Dipeluk di pinggang lagi. Huh.

"Kangen boleh, naiknya yang nggak boleh. Eh, nggak boleh kangen. Masak aku saingan sama tukang ojek?"

"Kamu tuh ya. Sama ojek aja cemburu." Seanna masih tertawa. "Ya udah, lagi nyetir ya?"

"Ini lagi di parkiran," jawab Arland singkat. Langkahnya melambat saat sudah berada dekat dengan mobilnya. "Ya udah, Na. Titip hatiku bentar ya. Nanti pulangnya baru kamu balikin lagi ke aku."

"Gombal!"

"Sayang kamu, Na."

"Hmm, ya. Sayang kamu juga. Jangan ngebut. Hati-hati."

"Pasti, Sayang."

Arland menutup percakapan dengan perasaan puas.

Ternyata bahagia itu memang sederhana. Cukup mendengar suara si dia yang dicintai, indahnya nggak abis-abis.

***

Seanna tiba di rumah lima menit sebelum pukul setengah enam sore. Berarti memang tidak begitu macet. Begitu masuk rumah, Seanna langsung meletakkan tas kecilnya begitu saja di sofa ruang TV, langsung tancap gas menuju dapur. Arland yang saat itu berada di dapur, langsung tersenyum bahagia melihat Seanna sudah datang. Isterinya itu langsung mengambil celemek dan memakainya.

Marriage With Benefits (Terbit Namina Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang