Beginning
"Kamu sendiri, mau ke pesta itu...bareng sama siapa?" tanya Seanna. Kalau Arland bebas menanyai tentang siapa partnernya di pesta resepsi Ervan, mestinya dia juga berhak tahu siapa partner Arland nanti.
"Ada...teman."
"Oo."
Beberapa saat mereka sama-sama terdiam, sampai kemudian Arland terlebih dulu bersuara.
"Kamu sudah siap menghadapi pesta itu? Aku masih ingat kalau kamu pernah bilang, nggak yakin akan datang ke pesta itu."
Seanna tidak menyangka Arland akan bertanya sampai segitunya.
"Aku harus tetap datang. Gimanapun, aku udah ngerelain Kak Ervan."
Pandangan Seanna menerawang. Kalau tidak rela, dia tidak akan mengiyakan permintaan Ervan untuk mengurus pesta resepsinya. Dia masih ingat bagaimana Ervan sangat mengharapkan sentuhan tangannya untuk momen bersejarah itu. Ervan tidak pernah peka dengan perasaannya.
Bukan salah Ervan sih. Sama sekali bukan.
"Kamu segitu sukanya sama si Ervan itu." Arland tidak tertawa kali ini.
"Dia...baik. Punya materi suami dan ayah yang baik. Ah, sayang banget, aku nggak berjodoh sama dia." Seanna masih menyisakan perasaan sedih ketika mengucapkannya.
Tapi jangan lagi ada "curhatan dengan orang asing" jilid 2. Dia tidak pernah tahu akan berakhir seperti apa nantinya dengan Arland, yang kini menganggapnya sebagai teman.
"Kamu nggak pernah nyoba memulai hubungan yang baru? Oh ya. Adit itu setelah, atau sebelum pacar kamu yang mana?"
Seanna merengut. "Adit itu mantan pacarku yang terakhir."
"Oo."
"Kamu sendiri? Pasti punya banyak mantan pacar ya?"
"Nggak juga. Tapi aku lupa berapa." Arland memang tidak berniat menghitung kembali.
"Hmm." Seanna mengangguk. Dia mengarahkan Arland untuk berbelok ke salah satu ruas jalan ketika mendengar Arland bingung dengan rute menuju rumahnya.
Arland itu...laki-laki asing tapi baik. Setidaknya untuk saat ini. Terlepas dari awal perkenalan mereka yang nggak banget itu.
Dia mulai berpikir bagaimana jika kelak Arland serius dengan seorang perempuan. Kisah mereka hanya akan menjadi kenangan yang akan mengingatkan betapa bodohnya dirinya.
Ketika mobil berhenti di depan pagar rumah Seanna, Arland memintanya menunggu sebentar.
"Aku bisa jadi pasangan kamu ke undangan itu."
"Mmm..."Seanna berpikir-pikir. Dia memang belum menghubungi Rio.
"Nanti kuhubungi lagi."
"Oke." Seanna menahan napas ketika mengucapkannya.
Arland pasti sudah terbiasa mengucapkan ajakan seperti itu dan perempuan manapun akan mengiyakan dengan sukarela. Seperti ada faktor "X" dalam diri cowok itu yang memunculkan aura menyenangkan.
Ya, mungkin juga karena Arland memang benar-benar baik.
Erika pasti tidak akan percaya dengan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With Benefits (Terbit Namina Books)
RomancePertemuan tidak terduga antara Arland dan Seanna membawa mereka kepada sebuah hubungan yang sulit terdefinisikan. Aneh, jika bisa dibilang begitu. Hanya mereka yang mampu menerjemahkan perasaan masing-masing. Apakah pernikahan mereka hanya soal manf...