Jasmine POV's
Sudah seminggu pernikahanku dengan kak Ugi, seminggu pula kak Ugi tidak berada di rumah. Namun setiap pagi, siang, sore, pembantu di rumah ini tidak pernah lupa untuk memberikanku makanan serta susu ibu hamil. Tidak seperti drama-drama dimana si pemeran utama akan diam dan tidak mau makan kalau tidak ada suami, aku tentu memakannya. Walaupun terkadang rasa mual menyerangku, aku tetap memaksakan makan, karena aku tidak mau bayi di dalam perutku kelaparan.
Kalau ada yang bertanya bagaimana perasaanku saat ini, jawabannya adalah sangat kacau. Banyak sekali pihak yang tersakiti akibat perbuatanku, dan bayiku yang belum dilahirkan saja sudah menjadi bahan cacian orang-orang sekitarku. Ketika di saat seperti ini memang benar pelarian terakhir adalah Tuhan. Dulu aku selalu bercerita tentang masalahku pada Kak Oliv atau bunda, namun sekarang sepertinya untuk melihatku saja mereka tidak sudi. Pernikahan abangku yang seharusnya diadakan bulan depan, ditunda menjadi 4 bulan kemudian, karena pihak keluarga kecewa dengan sikapku.
Tok tok tok
Kuarahkan pandanganku ke arah pintu, sudah siang, saatnya makan siangku diantar sepertinya.
"Masuk" kataku seraya mencoba berdiri untuk merapihkan bajuku.
"Hei" panggilannya membuat aku kembali melihat ke arah pintu, aku tau jelas itu bukan suara pembantu di rumah ini, dan terbukti dengan kehadirannya di depan pintu kamarku. Iya dia, suamiku.
"Hai" jawabku sambil mencoba untuk tersenyum.
Ka Ugi berjalan ke arahku dengan membawa nampan, dia kemudian duduk di ujung ranjang.
"Sini, kamu bakal cape kalau kamu berdiri terus." Dia tersenyum, senyum tulus seperti saat dulu dia bertemu denganku, dan dikenalkan sebagai kekasih kakak kandungku sendiri.
"E-eh iya kak." Aku duduk disampingnya,dengan jarak sedekat ini aku dapat melihat lingkaran hitam di bawah matanya, serta janggut tipis yang sudah mulai tumbuh di daerah dagunya.
"Kamu gak ngidam apa-apa? Kata orang kalau hamil suka ngidam, kok kamu engga? Atau kamu gak mau ngomong ke kaka?" Dia menatap tepat ke arah mataku saat menanyakan semua hal tersebut. 'Bagaimana mau bicara, pulang ke rumah saja tidak pernah' ucapku dalam hati.
"Hmm sepertinya kaka buat kamu pusing deh, kamu belum makan kan, kamu makan dulu ya, nanti kita lanjutkan ngobrol lagi." Selama ini, sepertinya ini adalah percakapan terpanjang dan ternormal kami sebagai suami istri. Entah mengapa kehilangannya seminggu membuat hatiku tidak tenang, dan keberadaannya sekarang membuatku nyaman. Aku yakin seratus persen ini hanya bawaan bayiku saja, karena mana mungkin aku merindukannya.
Aku makan makananku dengan lahap, sop ayam buatan mba Sari sangat enak dan juga sesuai dengan seleraku. Setelah makan, ka Ugi kembali membersihkan mangkok dan piring bekas makanku, dan membawanya keluar.
Ka Ugi datang kembali, dan dia duduk di sofa depan kasurku.
"Apa kabar?" Tanyanya tiba-tiba.
"Huh?" Kata itu terlontar tiba-tiba dari mulutku karena aku bingung dengan pertanyaannya. Bukan aku tudak mengerti bahasa Indonesia, hanya saja pertanyaannya cukup aneh bagiku.
"Kamu dan dedek apa kabar?" Tanyanya lagi
"Seperti yang kaka lihat, kami baik-baik saja."
"Syukurlah" jawabnya.
Hening cukup lama karena aku juga bingung harus berbicara apa. Hingga kemudian dia kembali berbicara.
"Maafkan kaka seminggu ini tidak menjalankan tugas sebagai suami" belum sempat aku berkomentar dia kembali melanjutkan ucapannya "karena kaka tidak sanggup melihat air mata kamu, kamu sudah kaka anggap sebagai adik kaka sendiri, pertama kali Oliv mengenalkan kamu pada kaka, dari situ kaka juga merasa punya tanggung jawab menjaga kamu. Kejadian ini membuat kaka sangat menyesal, maafkan kaka yang membuat kamu menjadi terjebak untuk hidup sama kaka. Kaka tidak bisa berjanji untuk tidak air mata lagi dalam pernikahan ini, tapi kaka berjanji tidak akan pernah meninggalkan kamu. Anggaplah kaka sama seperti kamu dulu mengangap kaka. Jangan sungkan ok?" Dia kembali menyunggikan senyumnya. Jantungku berdetak lebih cepat, apakah ada yang salah dengan kandunganku? Karena senyum Ka Ugi dapat memberikan efek untukku agar tersenyum juga. Namun ada satu hal yang mengganjal di hatiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelievable Pregnancy
RandomHal yang paling aku takutkan terjadi, dan akulah yang menjadi peran utama dari segala ketakutanku. - Jasmine Talitha Adult Content (18+)