Lips

222 6 0
                                    


Aku membulatkan mataku ketika Hanbin tiba - tiba menyatukan bibir kami. Tidak ada pergerakan, hanya menempel saja. Tapi cukup membuat kaki ku lemas dan detak jantungku menjadi lebih cepat. Sial! Hanbin melepaskan tautan bibir kami lalu menempelkan kening kami berdua.

"Kau.. cantik,"

Aku menghindari tatapannya. Sebelum ia kembali menempelkan bibirnya padaku, aku tersadar bahwa ini adalah tempat umum. Orang - orang bisa saja melihat kami. Aku segera mendorongnya dengan pelan. "Kau sudah gila?!" Tanyaku setengah berbisik. Hanbin memberiku senyum evil nya lalu mengendikkan bahunya. "Kau yang membuat ku gila,"

Aku mencibir lalu menepuk jidatnya membuat ia tertawa. Hanbin mengenggam tanganku lalu memasukkannya dalam saku mantelnya. Aku tersenyum lalu kembali berjalan. Aku sedang berada tidak jauh dari lokasi tempat mereka syuting video klip. Jepang. Aku beralasan pada oppa jika aku ingin jalan - jalan ke jepang sendirian, oke sehari setelah aku tiba, aku memang berbelanja memakai kartu kredit oppa-ku tersayang itu lalu besoknya aku menyusul nya disini. Kami sudah merencanakan hal ini jauh - jauh hari.

Mereka tengah beristirahat. Jadi aku dan Hanbin memilih hilang dengan perlahan - lahan. Aku menendang dengan pelan daun - daun musim gugur yang berada di jalanan ini. "Kapan kau pulang?"

"Besok," jawabku. "Wae?"

Hanbin menggeleng lalu memanyunkan bibirnya seperti anak kecil "kenapa cepat sekaliii?"

Aku sontak tertawa melihatnya bertingkah seperti itu. "Kau lupa jika aku harus mengurus konser kalian nanti?"

Hanbin mengelus tanganku yang berada di genggamannya dengan ibu jarinya. "Apa itu tidak melelahkan?"

"Ani, semua kelelahanku hilang begitu saja ketika aku melihat hasilnya sangat memuaskan,"

Hanbin mengangguk. Kami kemudian kembali terdiam karena tidak tau harus berbicara apa lagi. Seperti ini saja sudah cukup bagiku.

"Kau tau sesuatu?"

Aku menatapnya "mwoga?"

"Kau perempuan kedua yang genggamannya masuk kedalam saku mantelku," Hanbin memberikan senyuman mautnya.

Aku menatapnya dengan tatapan bertanya dan setengah tersenyum. "Yang pertama tentu saja Hanbyul," aku sontak tertawa kecil.

"Bahkan aku pernah menggendongnya di dalam mantelku dan anak itu tertawa dengan kencang,"

Aku mengangguk mengerti "kau.. Sangat menyayangi Hanbyul, ya kan?"

"Tentu saja," jawabnya yakin "menurutku setelah dia lahir, hidupku lebih memiliki makna,"

Kami kembali bercerita dengan seru. Aku berkali - kali tertawa mendengar leluconnya. Dan berkali - kali juga kami bermain kejar - kejaran. Manager nya menghubunginya bahwa scene untuknya akan dimulai 20 menit lagi.

"Aku harus pergi,"

Aku mengangguk "eoh pergilah," aku tersenyum lalu mengusap rambutnya. "Sampai jumpa di Korea!"

Hanbin tetap diam ditempatnya. Aku mengeluh ketika tau apa yang ia inginkan. Aku dengan segera mengecup bibirnya dengan secepat kilat. Hanbin menyengir kepadaku. Aku kemudian memutar tubuhnya. Hanbin kemudian berjalan menjauhi ku lalu berbalik dan berjalan dengan terbalik.

"Hati - hati!" Teriaknya. Aku mengangguk lalu melambaikan tanganku. Ia kemudian berbalik lagi dan melambaikan sesuatu yang berada ditangannya. Aku menajamkan penglihatanku. Dengan segera aku mengentakkan kaki ku dengan kesal. Ck! Dompetku sedang bersamanya! Bagaimana aku bisa pulang jika dompet ku bersamanya?!

"Yaaaa Kim Hannbiinnn!!!"

                               FIN

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang