Apology [2]

79 4 0
                                    

Seung Hyun menunggu Hani dengan gusar, ia kemudian memutar - mutar ponsel yang berada di tangannya. Setelah itu, terdengar suara pintu yang terbuka. Seung Hyun mengangkat pandangannya lalu mlihat Hani berjalan dengan kepala yang tertunduk. Ia seperti mayat hidup.

"Are you okay?"

"Oppa bagaimana ini?" Hani menatap kosong dinding yang berada di balik punggung Seung Hyun. "Bagaimana?" Lirihnya. Air matanya kembali membentuk sungai di wajahnya. Seung Hyun yang mengerti lalu memeluk Hani, Hani terdiam, tidak ada isakkan tetapi air matanya turun terus menerus. "Oppa bagaimana ini?" Ia terus mengulang - ulang ucapan itu.

"Aku menyayanginya, kau tau itu bukan?"

Seung Hyun mengangguk, "aku tau. Aku tidak tau harus mengatakan apa tetapi percaya padaku, semuanya akan baik - baik saja,"

Setelah itu, Hani tidak mau pulang kerumah, maka dari itu Hani tidur di ruang rekaman, ponselnya tergeletak begitu saja di meja di depannya, dia tidak berani membuka ponselnya. Terlalu banyak umpatan, kutukan dan sejenisnya yang masuk kedalam akun-nya. Bahkan ponselnya tidak berhenti berdering, sudah 67 kali Hanbin mencoba menghubunginya, di panggilan ke 71, Hani kemudian menghela nafasnya dan mengangkat panggilang itu. Tidak ada sapaan yang Hani berikan.

"Halo? Hani-ya? Kau mendengarku?"

Hani mengangguk. Berharap Hanbin bisa melihat anggukannya.

"Astaga aku mohon katakan sesuatu, aku benar - benar tidak tau harus bagaimana lagi!" Nadanya terdengar gusar. "A-apa sajangnim memanggilmu tadi?"

Hani menggigit bibirnya, berusaha meredam isakkannya. "Aku sedang dalam perjalanan ke bandara, aku akan segera menyelesaikannya setiba nya aku kesana. Jangan lupa makan dan tidur yang cukup, aku tidak suka melihatmu sakit,"

Ada jeda yang lama di sana sebelum akhirnya terdengar helaan nafas pria itu, "aku menyayangimu," Hani tidak sanggup lagi, ia segera memutuskan panggilan tersebut dan meletakkannya dengan kasar di meja, memeluk kedua lututnya lalu menangis dengan kuat. Tidak peduli apa akan ada yang mendengarnya, dia hanya ingin mengeluarkan rasa sesak yang sedang bersarang di dadanya.

Kenapa semuanya harus seberat ini?

.
.
.

Paginya, mereka berdua kembali dipanggil. YG mengambil keputusan agar secepat mungkin mengirimkan konfirmasi bahwa mereka telah mengakhiri hubungan ini. Hanbin menolak nya dengan keras, dan Hani hanya diam, tidak menolak dan tidak juga menerima nya. Setelah itu, Hani segera keluar dari ruangan, langkahnya berhenti begitu pergelangannya ditarik.

"Sakit Kim Hanbin!" Genggamannya terlalu kuat, Hani yakin pergelangannya akan memerah. Genggaman itu mulai melembut begitu mereka berada di ruang latihan. Hani berusaha menghindari tatapan Hanbin.
"Apa kau ingin menyerah begitu saja huh?!"

Hani diam, tidak tau harus merespon apa. "Kau tau, aku benar - benar kecewa denganmu. Kau dengan gampangnya menerima keputusan yang ia berikan, lalu bagaimana denganku huh? Jawab aku Choi Hani!!"

"Lalu apa?!" Hani mengangkat pandangannya. Mata nya beradu dengan mata Hanbin yang memerah. "Aku tidak berhak untuk menolak keputusannya! Aku tidak sanggup untuk menerima kebencian dari mereka yang menentang hubungan ini!"

"Tapi kita bisa mempertahankannya bersama! Aku sungguh tidak bisa kehi-"

"Ini juga berat untukku!! Aku juga tidak mau kehilanganmu, lalu apa?! Berharap dengan kita yang memohon akan meluluhkan hatinya?"

Hanbin menggeleng dengan tatapan yang sulit diartikan "aku benar - benar kecewa padamu," dia lalu mendengus "setidaknya kita masih berusaha untuk memperjuangkannya, bukan malah pasrah dengan keadaan yang ada,"

Hani menggigit bibirnya dengan keras. Tertohok dengan perkataan Hanbin. Hatinya sakit mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Hanbin. "Kau bilang kau tidak akan meninggalkanku no matter what, and see? Kau yang berjanji dan kau pula yang mengingkarinya,"

"Kau ternyata sama dengan ayah, meninggalkanku tanpa mau memikirkan perasaanku," Hanbin mengangguk lalu tertawa miris. "Ah aku lupa aku memang tidak pantas untuk berada di sampingmu terus,"

"Senang mengenalmu selama 17 tahun ini, aku juga senang telah bisa menjadi Hanbin-nya Hani selama 3 tahun ini,"

Hanbin dengan pelan melangkah menjauh, membuat sebagian jiwa nya juga ikut menjauh. "Satu hal yang perlu kau ketahui, aku sangat sangat sangat menyayangimu," Hanbin kemudian melangkah keluar dan membanting pintu dengan keras. Hani masih terpaku sampai akhirnya ia merosot kebawah, menggigit ibu jarinya berusaha untuk meredam isak tangisnya. Dia kehilangan sahabat kecilnya, ia kehilangan Hanbin-nya.

Tidak ada lagi seseorang yang akan menggoda nya, membuat nya kesal setengah mati, tidak ada lagi yang akan mendengar semua ceritanya, cerita yang tidak bisa ia ceritakan kepada siapapun. Dan tidak akan ada lagi yang akan mencintainya, ia kehilangan semuanya.

Dan itu semua karena kesalahannya.

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang