Winter Story

91 6 3
                                    

Aku berjalan dengan membawa buket bunga di tangan kananku sedangkan tangan kiriku mengenggam tangan kecil. Milik Hanbyul, adik Hanbin. Hanbyul masih terisak karena melihat Hanbin terpeleset di panggung tadi. Eomma yang menitipkannya kepadaku karena dia sedang mengangkat telepon. Hanbyul benar - benar menggemaskan, dia menangis dengan keras ketika melihat Hanbin 'hampir' terpeleset dipanggung tadi dan meminta untuk membawanya ketemoat dimana Hanbin berada. Alhasil, eomma menitipkan Hanbyul denganku.

Aku kemudian mensejajarkan tinggiku dengan gadis berumur empat tahun ini. Aku mengulurkan tanganku lalu menghapus air matanya. "Hanbyul-a, janji pada eonni ini terakhir kalinya kau menangis?"

Dia mengangguk dengan lucu. Aku membawanya kedalam gendonganku. Tangannya melingkar pada leherku. Setelah berjalan selama 10 menit, kami sampai di depan ruangan yang masih dalam keadaan ramai. Beberapa fans yang mendapat kartu khusus bisa melihat mereka secara langsung di ruang ganti. Begitu Hanbin meminum airnya dan tidak ada yang mendatanginya, aku menurunkan Hanbyul lalu menunjuk Hanbin. Hanbyul dengan segera berlari.

"Oppa!" Hanbin sedikit tersedak begitu seseorang memeluk kakinya. Hanbin menurunkan tubuhnya lalu menggendong kesayangannya itu. "Kau menangis? Ada apa tuan putri?"
Aku berjalan menuju mereka lalu mengusap punggung Hanbyul yang tengan menyandarkan kepalanya pada bahu oppa-nya.

"Ada apa dengannya?"

Aku tersenyum lalu mencubit pipi Hanbin dengan pelan "dia takut melihatmu terpeleset tadi, eomma memberikannya kepadaku agar bisa langsung membawanya kepadamu. Bukankah dia menggemaskan?" ujarku. Hanbin dengan segera memasang ekspresi bahwa ia terharu.

"Benarkah? Kau takut melihat oppa jatuh tadi? Hm?" Hanbin sedikit menggoyangkan gendongannya pada Hanbyul. Gadis kecil itu mengangguk dengan isakkan pelan yang terdengar. Hanbin terkekeh geli lau mencium pipi gembulnya beberapa kali. "Arraseo mian, lain kali oppa akan hati - hati," Hanbin menatapku dengan tersenyum. Aku menggigit bibirku dan tersenyum manis. Tanganku masih tetap mengelus punggung Hanbyul.

"Dia tidur?" tanyaku. Hanbin mengangguk. "Omong - omong, bagaimana keadaanmu?" Aku dengan segera mengeluh "aku masih pusing, dokter bilang aku belum boleh beraktivitas. Tapi kau tau bukan aku tidak bisa berdiam diri?" Aku mengenggam tangannya, menautkan jari - jari kami. Aku menempelkan punggung tangannya pada keningku. "Kau bisa merasakannya? Sepertinya aku akan demam lagi," Hanbin kemudian menurunkan tangannya lalu mengusap punggung tanganku dengan ibu jarinya. "Jaga kesehatanmu,"

Kami terus mengobrol dengan keadaan Hanbyul yang tidur dipelukannya. Sesekali aku mengipasi Hanbyul karena keadaan ruangan yang masih sedikit ramai. Aku berkali - kali tertawa mendengar leluconnya. Hanbin kemudian mendongakkan kepalanya. "Ah tanganku sakit,"

"Mau kugantikan?" Hanbin menggeleng. "Aniya gwenchana aku-" perkataannya terpotong begitu melihat seseorang di belakangku. Ibu Hanbin sedang berada di belakangku bersama Seung Hyun. "Oppa? Kenapa kau bisa berada disini?"

"Aku melihat konsernya, tentu saja. Ya, good job man!" Seung Hyun meninju Hanbin dengan pelan. Hanbin membungkuk dengan senyum salah tingkahnya. Kami mengobrol bersama. Eomma kemudian merentangkan tangannya untuk mengambil Hanbyul dalam gendongan oppanya. Hanbin kemudian dengan pelan memindahkan singa kecil itu.

"Eomma pulang oke? Jaga kesehatanmu. Seung Hyun-a, Hani-ya, eomma pulang!"

Aku dan Seung Hyun membungkuk dengan hormat. "Kalau begitu aku tunggu kau dibawah eoh? Aku mengangguk, sebelum Seung Hyun pergi, dia kembali mendekat kearah kami. "ngomong - ngomong, kalian seperti sudah menikah begitu kau menggendong Hanbyul. Kalian cocok you know?" Seung Hyun tertawa terbahak - bahak begitu melihat ekspresi ku dan Hanbin. Aku memegang kedua pipi ku yang merona.

Seung Hyun pergi. Dia meninggalkan suasana canggung disini. Aku tersentak begitu Hanbin mengeluarkan suaranya "aku juga sudah siap jika kau mengajakku untuk menikah muda," aku merubah ekspresi ku lalu memukulnya dengan buket bunga yang telah kelutekkan di meja disamping kami. Hanbin tertawa dan berusaha melindungi tubuhnya.

Aku kemudian berjalan menjauh darinya dengan rona merah dipipiku. Aku masih bisa mendengar teriakannya untuk menggodaku. Aku hanya tersenyum melihatnya. Setelah sampai di mobil, aku mengeluarkan ponselku lalu mendapatkan pesan dari Hanbin :

Hei cantik, jangan lupa mimpikan aku!

Aku mencibir walaupun senyum terpatri di bibirku. Aku kemudian melihat - lihat foto kami bertiga yang sempat aku ambil, aku menggabungkan dua foto. Dimana aku menggandeng lengan mereka berdua. Diatas, kami bertiga tersenyum bersama, sedangkan yang dibawah kami menunjukkan wajah konyol. Aku terkekeh lalu mengunggahnya di akun SNS ku yang aku kunci, hanya beberapa orang yang kuperbolehkan mengikuti SNS ku. Tidak, aku tidak takut. 'Mereka' telah mengizinkan kami dan beberapa dari mereka sudah mulai menyetujuiku. Apa lagi yang harus aku takutkan? Ya walaupun penggemar masih banyak yang belum bisa menerimanya.

These two are my favorite❤️ let us be together, please..

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang