Story of the Persephonie

93 9 0
                                    


Penulis                 : Novitri Eka Afrianti

Story Based on : Goo Goo Dolls  -  Iris

Purnama pertama di tahun ini, Persephonie menatap langit yang jauh lebih terang dari purnama-purnama sebelumnya. Di tangan kirinya tergenggam belati perak bertahtakan batu Strawberry Moon yang dikenal sudah merenggut ribuan nyawa Nephilim sebelumnya, sedangkan di tangan kanannya ada sepucuk bulu hitam yang berkilau diterpa cahaya rembulan. Dua iris matanya tampak kelam, tatapan matanya kosong ke depan penuh dendam. Namun hatinya berdarah-darah, bahkan bernanah. Andai saja takdir tak sekejam itu padanya, namun apa daya, Putri dunia bawah tak akan pernah bisa bersatu dengan hambanya, karena Persephonie hanya milik Hades seorang, mereka sudah terikat sumpah begitu dalamnya, hingga jika salah satu melanggar, sang pelanggar akan menderita sakit seperti ini. Sepasang kurva itu melengkung manis menciptakan kesan dingin yang sebenarnya cukup aneh, mengingat kedua lesung pipi yang tercipta akibat pergerakan kurva itu. Persephonie kini tertawa pelan merutuki nasibnya yang sudah melenceng jauh dari awal kisah semenjak dia dilahirkan kembali ke dunia ini. Oh, percayalah, walau kisah ini merupakan kisah paling romantis sedunia, yakinlah bahwa kalian tak akan mau mengalami kisah cinta yang seperti ini.

***

Malam itu, purnama bersinar dengan terangnya, sementara itu sang bintang bersembunyi malu-malu di balik awan-awan tipis yang menggumpal di sekeliling sang rembulan. Sang rembulan sendiri sedikit kurang ajar karena di bawah sana, satu dari tiga puncak tertinggi gedung Wall Street, sebuah siluet hitam berpendar duduk. Matanya menatap nanar pada kerlap-kerlip lampu jalanan kota. Jika kau memperhatikan sedikit lagi saja, maka kau akan tahu bahwa sosok itu adalah perempuan dengan sayap yang sangat indah. Di lehernya terkalung batu berwarna hitam kelam yang berpendar halus mengikuti cahayanya. Batu itu takkan kau temui di dunia ini, kecuali kau sudah pernah menyebrangi Sungai Styx. Persephonie menghela napas lelah akan takdirnya yang sudah hidup dan mati ribuan kali.

Dia bukannya tak mencintai Hades lagi—oh siapa yang bisa menolak semua pesona juga kesenangan hidup yang di tawarkan Hades pada dunianya—namun masalahnya hati Persephonie sudah tidak untuk Hades lagi semenjak gadis itu mengunjungi ibunya di dunia atas. Ya, Persephonie jatuh cinta dengan pria lain.

Pria itu tampak gagah dengan helm perang yang terbuat dari baja dan sebuah perisai kepala gorgon dan baju besi membalut tubuh kekarnya dengan sempurna. Persephonie terpana, kemudian tersadar, wajar pesonanya begitu besar, bahkan Aphrodite saja tergoda padanya.

Ya, Perseus saat itu baru kembali memenangkan pertempurannya yang kesekian kali melawan bangsa Romawi. Persephonie kala itu hanya bisa menatap Perseus dari balik jendela rumahnya, sementara dalam hatinya penuh perperangan antara otak dan hatinya sendiri.

Persephonie sudah berhenti berdarah semenjak lama, sejak separuh dari dirinya menjadi milik dunia bawah. Bahkan, dunia ini sudah melupakannya sejak lama, kapan terakhir kali Zeus bertatap muka dengannya? Kapan terakhir kali dia merasakan jejak Poseidon di kakinya?

Tapi Persephonie tak peduli, bahkan dengan keadaan yang seperti ini, ia tetap akan mencintai Perseus, walau hatinya sudah terikat sumpah semati dengan Hades di depan Sungai Styx. Kemudian, Persephonie tersentak, matanya tak sengaja bertemu dengan mata Perseus. Kalau saja bisa, Persephonie yakin wajahnya pasti akan memerah sekarang, namun dia sudah mati sejak lama. Matanya tak lagi sebiru lautan Pasifik tempat di mana singgasana Poseidon berada, wajahnya tak lagi seputih pualam yang menghiasi singgasana Athena. Dirinya tak lagi menjadi salah satu saingan Aprhodite. Persephonie tertawa miris dalam hatinya.

Bahkan cintanya sudah kandas sebelum hatinya mulai merasakan hidup lagi. Walau bagaimana dia berusaha untuk menggapai Perseus, pria itu ditakdirkan bukan untuk bersamanya, dunia mereka terlalu berbeda. Dan apa jadinya nanti kalau Hades tahu, kekasih yang dicintainya itu bermain hati dengan mahluk hina setengah dewa dan setengah manusia.
Persephonie merasakan hatinya meruntuh satu persatu, ia berusaha untuk tak menangis, namun bagaimana bisa ia berusaha untuk itu sedangkan airmatanya sudah lama tak mengalir lagi?

Persephonie tersenyum pada mata yang dari tadi tak lepas menatapnya itu, walau ia tahu senyumnya tak bernyawa seperti dulu, lalu tangannya perlahan menutup gorden putih gading itu dan berbalik ke dalam.

Persephonie menyerah akan cinta yang tak pernah tumbuh di hatinya untuk Perseus. Ia merelakan hatinya yang sudah lama tak berdarah untuk berdarah lagi, berharap darah akan membuatnya kembali menjadi manusia, namun apa daya, Perseus hanya berusia 100 tahun dan dia akan abadi selamanya di sini. Karena sekeras apapun, Perseus takkan pernah tahu siapa dirinya yang sebenarnya.

Persephonie menatap jalanan ramai di bawahnya, gadis itu mengeluarkan belati perak bertahtakan batu cantik itu, di bawah sana ada beberapa mahluk berdarah campuran yang membuat onar lagi. Gadis itu tersenyum dingin, jika cintanya kandas maka ia akan membuat semua mahluk merasakan hal yang sama. Kemudian Persephonie berdiri tanpa perlu repot-repot menyeimbangkan diri, gadis itu terjun bebas ke bawah, bersama cinta dan hatinya yang sudah tak bisa berdarah lagi.

Broken ChordWhere stories live. Discover now