Oleh : Peggy Laras PurwatikaStory based on : Gun n' Roses - November Rain
Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling sambil mendecak takjub satu kali lagi. Sampai berapa kali dilihat pun, aku masih tidak bisa berhenti kagum pada sekelilingku. Pada kerja keras kami semua, para panitia yang sudah bersusah payah membangun dari nol semuanya demi malam ini. Jujur, aku tidak menyangka kalau yang ada di sekelilingku sekarang bahkan lebih indah dari konsep asli yang aku usulkan.
Acara malam ini; Malam Seni, adalah malam Pentas Seni anti mainstream ala SMA Nusantara yang bertema; Lovember. Maksud dari temanya adalah bulan November yang penuh cinta.
Tanah lapang kosong di belakang sekolah sudah disulap menjadi pasar malam dadakan yang meriah, tapi tetap elegan. Bianglala, komidi putar, dan berbagai wahana lain yang biasanya ditemui di pasar malam sudah terpasang rapi dan menyebar di arena Malam Seni. Berbagai stand makanan dan aksesoris yang berjajar di tepi kiri dan kanan lapangan juga sudah tertata dengan sempurna tanpa menimbulkan kesan acak-acakkan. Dan oh ya, jangan lupakan sebuah panggung untuk live performance band-band akustik lokal ternama yang telah kami undang, saat ini juga sudah berdiri megah di tengah-tengah lapangan di depan wahana utama; bianglala.
Sepertinya semuanya sudah sempurna. Tinggal menunggu open gate dua jam lagi. Tinggal menunggu hari mulai gelap dan lampu-lampu warna-warni di setiap sudut lapangan akan menyala, menambah meriah suasana. Tinggal menunggu pesta kembang api di akhir acara dan aku akan menyatakan perasaanku yang sebenarnya pada Fiona. Tinggal menunggu sampai acara di mulai pukul tujuh malam nanti.
Ah, benar juga. Di mana ya cewek itu? Susah mencari Fio disaat banyak panitia berbaju sama yang sedang mondar-mandir tidak jelas memastikan entah apa.
Tiba-tiba saja punggungku seperti ditabrak dengan sengaja sampai aku nyaris saja tersungkur dengan gaya yang memalukan. Aku berbalik dan bersiap melemparkan tatapan benci pada apa atau siapa yang barusan menabrakku. Dan ketika menemukan bahwa Fiolah yang sekarang sedang aku tatap, aku langsung melupakan rasa kesalku.
Tapi ternyata tidak dengan Fio. Cewek itu malah tampak semakin emosi ketika tahu kalau orang yang dia tabrak tadi adalah aku.
"Lo tuh ngapain sih, Fadil?"
Padahal kan aku yang jadi korban, kenapa jadi dia yang marah-marah?
"Nggak tau apa gue lagi ribet? Ngapain coba berdiri di tengah-tengah? Sengaja ngalangin gue?"
Hah?
"Yaudah minggir kali." Dengan kasar Fio berjalan sambil sengaja menabrak bahu kananku. Aneh. Padahal kan jalan di kiri dan kananku masih sangat luas.
Aku mengamati Fio yang saat ini tengah berjalan ke arah panggung mini. Cewek itu bertanya sesuatu pada soundman. Keningnya berkerut sebentar mendengar penjelasan salah seorang soundman. Lalu tiba-tiba Fio menyela penjelasan soundman dan langung marah-marah. Sepertinya ada sesuatu yang kurang sempurna.
Fio berbalik meninggalkan panggung, tampak mencari-cari seseorang. Lalu ketika dia menemukan Reno, cewek itu segera menghadangnya dan memberi Reno sederet pertanyaan. Reno yang tidak siap langsung gelagapan. Jelas sekali pasti ada hubungan anatara Reno dengan kelengkapan untuk panggung yang tadi dibicarakan soundman. Fio seperti memberi perintah pada Reno untuk mengambil entah apa dari luar lapangan, karena Reno langsung melesat keluar dari arena Malam Seni, menaiki motornya, dan menghilang di balik belokan.
Sial, gara-gara memperhatikan Reno aku jadi kehilangan Fio. Di mana ya... ah itu dia. Saat ini Fio sedang berbicara dengan salah satu panitia, entah siapa namanya. aku lupa. Fio mendengarkan penjelasan panitia itu dengan baik, lalu kemudian segera berlari ke sisi sebelah kiri lapangan.
YOU ARE READING
Broken Chord
LosoweHello, Sobat KOMA! KOMAwriters proudly present our 3rd project. Project KOMA kali ini adalah hasil dari tulisan-tulisan cerita pendek penulis KOMA yang menggunakan lirik dan alunan lagu sebagai dasar dari ide cerita yang kami tulis. Berbeda dengan s...