Sepulang sekolah, Dean berniat untuk mengerjakan tugas makalah nya yang belum sempat ia sentuh. Ia memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan untuk mencari bahan yang mungkin bisa membantunya dalam mengerjakan tugas tersebut.
Tadinya Bina berniat menemani dan mencari buku sekalian untuk tugasnya juga, tapi Rio meneleponnya dan mengajak pulang bersama, Bina hanya meminta maaf karena tidak bisa menemani Dean, mungkin pacarnya lebih penting daripada tugas. Hhhh.
Dean menusuri rak rak buku yang menyajikan berbagai buku dengan lengkap, suasana yang bersih dan rapi membuat kebanyakan anak yang senang membaca menghabiskan waktunya disini. Di perpustakaan yang merupakan Spot ternyaman di SMA GARUDA.
Dean menarik salah satu buku tebal yang menampilkan cover sebuah Zat Kimia. Membacanya sekilas lalu membawa buku tersebut untuk melaporkan jika ia hendak meminjam buku ini pada penjaga perputakaan.
Setelah memcatat nama dan buku yang akan ia pinjam, Dean langsung melangkah keluar perpustakaan dan berjalan seorang diri di koridor yang sudah sangat sunyi.
Diujung koridor yang berlawanan, mata Dean dapat melihat seluit tubuh lakilaki itu, lakilaki yang diketahui oleh Dean bernama Devan. Ditangan Devan terdapat sebatang rokok yang mengepulkan asap menyesakkan. Kurang dari sepuluh langkah lagi mereka akan berpapasan.
Dengan gerakan cepat, Dean menutup hidungnya menggunakan telapak tangan, ia sangat sensitif dengan bau asap, apalagi asap rokok.
Saat mereka berpapasan, dengan sengaja, Devan meniupkan asap dari mulutnya kearah Dean, seketika napas Dean sesak tak tertahan, ia menyenderkan tubuhnya di dinding koridor dengan tangan memegangi dada.
Ia behasil menghisap asap mematikan itu, dan ingatkan Dean jika ia mengidap Asma akut.
Devan menatap panik pada gadis yang kini tengah berjongkok lemas dengan napas tersengal sengal. Astaga, jangan bilang jika dia tidak bisa menghirup udara yang terdapat nikotin didalamnya.
Dean mendapat serangan batuk yang hebat, napasnya terdengar “ngik-ngik” dan tersengal- sengal.
Dean hendak berbicara tapi sulit, konsentrasinya sudah pecah.Gadis itu hendak berjalan sedikit tetapi menyebabkan napasnya kembali tersengal-sengal hingga napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat di banding biasanya.
Pundak Dean membungkuk. Lubang hidung mengembang dengan setiap tarikan napas. Daerah leher dan dibawah tulang rusuk melesak ke dalam, bersama tarikan napas. Bayangan gadis ini menjadi abu-abu, kulitnya sedikit membiru, bermula dari daerah sekitar mulut (sianosis).
Tangan Dean sibuk mengobrak abrik tasnya untuk mencari Inhaler, benda yang sering ia gunakan jika dalam keadaan ini. Tapi tak ada! Tak kunjung ketemu. Dengan sekali mengedip tubuh Dean terkulai di lantai koridor, dia pingsan!
Devan segera memasukan barang barang kedalam tas yang tadi isinya dikeluarkan semua oleh gadis itu, meresletingnya dan menggendong tas itu di dada, lalu Devan membawa tubuh Dean dipunggungnya.
Ini semua gara gara Devan, dan ia harus bertanggung jawab.Devan benar benar menyesal.
Maaf.
♥♥♥
Dean sudah sadarkan diri, kini gadis itu menatap Devan dengan tatapan sayunya, yang semakin membuat Devan semakin merasa bersalah.
“Maaf ya, gue gak tau kalo lo bengek,” Devan nyengir dan membuat Dean mendecih, apa katanya tadi? Bengek? Apa tidak ada istilah yang lebih Ilmiah dari Bengek?
“Lo udah boleh pulang kok, mau gue anter?” Devan bangkit dari duduknya, menatap Dean yang masih lemas untuk berdiri.
“Tapi, tadi gue bawa lo kesini naik taksi, jadi motor gue masih disekolah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Deandra
Teen FictionDean yang termasuk anak baik baik dan tidak suka cari masalah harus terlibat affair dengan lakilaki nakal dan urakan macam Devan. Dean merasa tersentuh akan kerja keras Devan untuk dapat mendekatinya, padahal jauh jauh hari Dean sudah menolaknya men...