Alvaro - Calon Istriku, Dimanakah Engkau?

54K 2.8K 30
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Aku memijat kepalaku yang terasa pusing luar biasa. Rasanya berdenyut-denyut sekali dan tak tertolong meskipun aku sudah minum obat. Tulisan yang ada di depanku sudah buram. Sepertinya aku nggak akan bisa berkonsentrasi lagi.

Aku menutup dokumen yang sebelumnya kubaca. Aku mengambil jas yang kusampirkan di kursiku dan langsung berjalan keluar. Di luar ada sekretaris perempuan yang langsung berdiri begitu melihat aku keluar.

"Tolong cancel semua meeting hari ini. Semuanya dan setelah itu atur ulang lagi jadwalnya. Kepala saya pusing jadi saya mau pulang lebih awal." Kataku dan langsung pergi tanpa mendengar apa jawaban sekretarisku itu. Di halaman kantor sudah ada pak Yunus yang sudah menunggu di dalam mobil.

"Mau kerumah apa ke apartemen, Den?"

"Ke rumah aja, pak. Bangunin saya kalo udah sampe. Saya mau tidur." Kataku tak mau dibantah. Perlahan-lahan mobil mulai berjalan meninggalkan halaman kantorku. Aku menyenderkan kepalaku ke sandaran kursi mobil sambil memejamkan matanya. Rasanya enak sekali. Sepertinya aku benar-benar membutuhkan istirahat yang cukup jika tidak mau terbangun di kamar rumah sakit karena sifat workaholic-ku yang sepertinya sudah kelewatan.

Mungkin inilah efek bekerja terlalu keras tanpa memikirkan kesehatan. Aku hanya berniat memejamkan mata sejenak, dan ternyata aku malah jatuh tertidur. Aku langsung kaget kala pak Yunus mengguncang bahuku untuk membangunkanku.

Dengan setengah hati aku beranjak dari posisi di dalam mobil. Rasanya ingin cepat-cepat masuk rumah, lalu ke kamar, dan tidur. Tapi sayangnya keinginanku itu tidak akan terlaksana untuk beberapa menit ke depan.

Aku mengernyit melihat perempuan di depanku yang sudah menjadi babysitter keponakanku sekitar setengah bulanan keluar dengan menenteng tas. Dia menunduk sopan melihatku.

"Mau kemana kamu?" Tanyaku to the point.

Jangan bilang kalau dia bakal...

"Maaf, Den. Saya udah nggak kuat ngurus Non Tiara. Saya udah izin Ibu dan Ibu setuju."

Rasa lelahku semakin bertambah menjadi berkali-kali lipat. Hufft, Tiara, Tiara. Nggak tau apa susahnya nyari babysitter buat kamu kayak nyari istri buat Om. Pilih-pilih banget, batinku menggerutu.

Aku menghembuskan nafas antara kesal dan bingung. Harus manusia jenis apalagi biar bisa langgeng? Minimal enam bulan atau setahun. Ini mah boro-boro setahun, bisa tahan sebulan saja sudah syukur alhamdulillah.

Aku mengeluarkan dompetku dan menarik beberapa lembar uang ratusan. Aku memberikan itu pada 'mantan' babysitter yang ada di depanku. Perempuan itu sempat menolak, tapi aku memaksa. Tentu saja uang pesangon pantas untuk dia, mengingat bagaimana merepotkannya Tiara selama ini.

"Makasih, Den. Saya permisi." Aku mengangguk dan memandangi punggung mantan babysitter Tiara sebentar. Okay, PR-ku bertambah berkat Tiara. Di dalam kepalaku yang sudah mampet oleh berkas-berkas perusahaan aku menambahkan tugas 'Mencari Babysitter' dengan tebal-tebal.

Aku masuk ke dalam rumah keluargaku. Samar-samar aku mendengar suara teriakan senang dari taman samping rumah yang sengaja dibuat untuk cucu kesayangan keluarga ini. Tentu saja itu Si cucu nakal yang sayangnya sangat disayangi oleh keluargaku.

Aku berteriak mencari keberadaan perempuan yang sudah melahirkanku. Mami langsung menyahut dan aku bergegas ke arah taman samping. Aku lihat Tiara sedang tertawa riang bermain di area bermainnya. Bisa ya dia ketawa padahal dia bikin orang yang ngurusnya stress bukan main, dengusku dalam hati.

RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang