GURAT DI LAYU KELOPAK MAWAR

39 1 0
                                    

Mahasiswa dan mahasiswi baru telah datang, aku berjalan keluar dari warung sehabis ngutang. Anak-anak baru itu bersemangat mengikuti perkuliahan, aku berjalan di antara riuh lalu-lalangnya. Anak-anak baru itu sudah mau Uas, aku duduk Di Bawah Pohon Rindang menghabiskan hisapan terakhir puntung rokok semalam. Tak terasa mereka mau Kkm, aku tergeletak di kasur lapuk sambil mengerjap-ngerjapkan mata karena sulit tidur semalaman. Anak-anak baru itu membawa iring-iringan keluarganya ke Aula Baru karena mau wisuda, aku memungut setangkai mawar merah yang telah layu di jalan. Mawar merah yang telah layu dan tak berdaya, seperti kelopak mataku yang diam-diam meleleh. Bukan, bukan karena aku ketinggalan wisuda, kuliah tak lulus-lulus dan tak laku kepada perempuan, hanya saja, aku merasa hidup di tempat asing. Letih rasanya bila melulu aku yang memaklumi dunia ini, bila melulu aku yang memaklumi sesama penghuni dunia ini, memaklumi siang dan malam, memaklumi gelap dan terang. Bukankah kita sama-sama terdampar di dunia yang penuh pertanyaan dan tak ada jawaban ini, siapa yang sesungguhnya lupa, bahwasanya aku, pantas diakui sebagai aku yang ini...




TANDA-TANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang