bab 4

884 14 1
                                    

Aku baru saja tiba di ruangan kantor, tapi bisa kulihat, suasana di ruanganku ini agak sedikit aneh dibanding hari hari sebelumnya. Terutama yang cewek.

"Ada apa sih? Kok rame begini?" Tanyaku ke Pandu yang sedang asyik main game facebook di mejanya.

"Biasalah cewek cewek centik Sha, mau kedatangan bos baru aja, sibuknya kayak apa " jawabnya tanpa melepaskan pandangannya dari laptop.

"Lo nggak gabung ama mereka?" Tanyanya lagi.

"Gue? " Tanyaku balik. Pandu mengangguk.

"Ihh...malas ah" jawabku sambil berlalu dari Pandu, dan berjalan menuju kubikelku. Kulihat Nina di sebelahku sedang asyik merapikan maskaranya, yang sudah rapi, tapi masih terus aja diliatin, sesuatu yang jarang banget dia lakukan. Aku hanya geleng geleng kepala melihat kelakuannya. Kunyalakan komputerku, mengecek email, dan membuka beberapa akun jejaring sosialku, timeline di twitter jauh lebih menarik daripada suasana pagi diruanganku ini. 

Tiba tiba suasana ruanganku hening, aku menoleh melihat seisi penghuni ruangan ini, yang tadinya berisik jadi hening hanya suara bisik-bisik saja, tatapan mereka semua fokus ke pintu masuk, aku ikut-ikutan melihat pintu dan nggak lama kemudian, sosok yang mereka tunggu-tunggu muncul juga. Kurasakan tangan Nina meremas lenganku, melihat sosok itu, aku memaklumi sikap Nina. Sosok yang kemarin diceritain Nina mungkin sepenuhnya benar. Yup aku nggak usah mendeskripsikan orangnya kayak apa, cukup ingat josh duhamell, nah kalo yang dikantor aku itu josh duhamell versi indonya hahahaha... Aku yang awalnya nggak tertarik, jadi ikut-ikutan.

"Gue benar benar harus lebih berusaha untuk bisa fokus ke kerjaaan kalo kayak gini" keluh Nina. Aku tertawa mendengarnya," ah berlebihan lo.." Candaku.

     ****************************

Setelah heboh tadi pagi, suasana kantor berangsur normal. Semuanya kembali ke pekerjaannya semula. Fokus pada kerjaan masing masing.

 Kuperhatikan Pandu yang sedang presentasi di depan. Yup aku sekarang terjebak di ruang rapat yang sangat sangat membosankan ini. Gimana nggak bosan, jam makan siang hampir tiba, tapi belum ada tanda tanda rapat ini akan berakhir. Kulirik sekilas manajer baru yang duduknya tidak jauh dariku. Ya dia juga ikut di rapat ini. Hmmm dari tempatku, bisa kulihat di tampak sangat serius mengikuti rapat ini. Yah mungkin karena ini adalah rapat perdana dia. Aku sedang asyik memperhatikannya dari belakang ketika tiba tiba dia menoleh dan melihat ke arahku. Aku langsung pura pura membolak balik laporan di hadapanku. Dari ujung mataku, aku bisa melihat dia kembali fokus kedepan. Fiuhhh aku menghela napas lega. Ada sih dengan aku ini, kenapa ikut-ikutan ama Nina juga.

Setengah jam kemudian, rapat ini akhirnya berakhir, aku bisa merasakan peserta rapat yang lain menghela napas lega begitu rapat ini ditutup. Kubereskan segera kertas kertas yang berserakan bekas rapat sebelum keluar.

“Tisha..” aku menoleh begitu ada suara yang memanggil namaku. Kulihat pak Didit yang merupakan salah satu direktur di perusahaan aku berdiri di depan pintu sambil melambai – lambaikan tangannya memanggilku. Aku segera menyusul, di pintu selain ada pak Didit, juga sudah ada Pandu dan manajer baru kami jelmaan Josh Duhamell, Pak Syailendra.

“Perkenalkan Rendra, ini Atisha..dia juga akan bergabung dengan Kamu dan Pandu, untuk mengerjakan Proyek yang tadi kita bicarakan”

Apa??? Aku harus bergabung dengan mereka mengerjakan Proyek yang sebenarnya harus dikerjakan Pandu, bukan aku.

“Maaf ya Tisha, saya tidak membicarakan hal ini terlebih dahulu dengan kamu, tapi saya yakin kamu pasti bisa ikut dalam proyek ini, mengingat kamu sudah cukup pengalaman denga hal seperti ini..” Lanjut Pak Didit lagi.

Unconditional LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang