Aku duduk di kursi taman kampusku. Jam kuliahku sudah selesai sejam yang lalu tapi aku masih belum ingin pulang. Kulirik jam tangan yang menglingkar di tanganku. Sekarang sudah jam lima sore.
Ayah tidak akan khawatir padaku karena aku memang sudah sering pulang terlambat. Aku berencana untuk mampir ke kafe atau toko buku di dekat sini. Kampusku sangat luas dengan banyak mahasiswa yang berlalu lalang di koridor, taman maupun lapangan.
Jalan kaki hingga toko buku tidak membuatku lelah. Aku malah semakin bersemangat karena melihat Rachael mengeleuarkan buku baru. Saat kubuka bau khas kertas yang harum dan kayu-kayu rak buku itu berjajar rapi. Ada meja kasir di dekat pintu masuk. Rachael berdiri ketika lonceng di pintu berbunyi.
"Hai, Paige." Sapanya padaku.
Aku tersenyum padanya, "Apakah ada buku-buku baru untukku?"
"Hanya ada buku membaca untuk anak tk." katanya dengan sarkas.
Aku ikut tertawa. Kemudian aku berjalan menuju rak-rak buku itu untuk melihat-lihat apakah ada buku yang menarik perhatianku. Setelah tigapuluh menit mengelilingi rak-rak itu aku dan mendapatkan tiga novel New York Best Seller.
Setelah membayarnya aku segera berjalan untuk pulang. Jalanan sangat ramai karena banyak orang yang baru pulang tempat kerja atau sekolah. Aku berjalan sambil melihat-lihat etalase toko di pinggir jalan sampai suara ledakan membuatku sangat terkejut. Aku berlari ke arah suara itu. Banyak orang yang ikut mengelilinginya. Aku harus berdesak-desakkan untuk melihat kecelakaan itu.
Aku mengikuti arus orang-orang yang melihat kecelakaan sampai suara ambulans terdengar. Seorang polisi meniupkan pluit dan mendorong para pejalan kaki yang mulai mendekat ke tempat kecelakaan.
Kulihat orang yang di dalam mobil terbakar hangus. Wajahnya sudah tidak dikenali. Dua orang petugas ambulans membawa tandu. Mereka mencoba mengeluarkan korban kecelakaan itu.
Saat korban itu benar-benar keluar. Aku bisa melihat jelas luka bakar disekujur tubuhnya. Dua orang petugas itu mengangkat tubuhnya dan menidurkannya di atas tandu. Sampai suara jeritan terdengar. Petugas yang mengangkat bagian atas korban tersebut digigit lengannya.
Mataku terbelalak. Saat mata korban kecelakaan itu terbuka, seluruh matanya berubah menjadi putih seperti katarak. Ia bangkit dengan jalan terseok-seok. Jeritan terdengar dari kerumunan yang mengelilingi tempat kecelakaan. Semua orang berlari.
Teriakan dan jeritan mulai terdengar dari beberapa tempat. Orang-orang yang panik berlari. Saat aku hanya terpaku di jalan raya tanpa melakukan apapun. Kulihat banyak orang yang berjalan dengan aneh. Mereka berjalan menuju orang-orang yang berlari. Suara geraman terdengar.
Aku benar-benar terkejut. Mereka adalah mayat hidup. Kulit mereka sangat pucat dengan banyak bekas luka. Aku kemudian berlari mengikuti arus. Untung aku membawa ransel kecil hingga tidak menjadi beban.
Aku harus ke mana?
Nafasku mulai terengah-engah. Kembali ke rumah terlalu jauh. Setauku rumah David tidak terlalu jauh. For your information, David adalah kakak laki-lakiku. Dia sudah menikah dengan Julia dan ia sedang hamil. Wait, hamil? Shit.
Aku harus segera menemui mereka. Kulihat makhluk hijau itu sudah tidak mengikutiku. Aku berbelok saat ada perempatan. Berlari secepat mungkin hingga aku sampai di depan rumah David. Rumah dengan dua lantai.
Langsung saja aku mendobrak masuk dan menutup pintu lalu menguncinya. Rumah begitu sepi. Aku jadi sedikit waspada. Mataku mencari sesuatu untuk perlindungan diri. Saat ada tongkat baseball di dalam vas. Kuambil dan berdiri dengan kuda-kuda.
Berjalan ke lantai dua dengan mendengap-endap sampai di kamar David. Aku mengdengar suara isak tangis yang sangat pelan. Saat kubuka pintu kamar itu.
27.12.2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Book 1: The Survivors
Science FictionSerangan dari mayat hidup membuat hidup Paige berubah seratus delapanpuluh derajat. Dia yang hanya mahasiswa harus menanggung beban sebagai ibu untuk keponakannya yang baru saja lahir ditengah-tengah invasi mengerikan ini. Bagaimana kehidupan Paige...