Chapter 5: Everything has Changed

769 81 1
                                    

Aku berdiri di pinggir kapal. Bersandar di pembatas sambil melihat ke cakrawala. Aku menunggu hasil tes itu. Salah satu peneliti berkata padaku bahwa hasil akan keluar setelah enam jam penelitian.

Kuhela nafasku. Hari sudah sedikit gelap. Langit berubah menjadi jingga. Kapal ini hanya diam di tempat. Tidak ada tujuan kami akan pergi. Hanya diam menunggu sesuatu yang tidak pasti. Aku tak mengerti kenapa semua ini terjadi.

Aku kehilangan ayah, kakakku – David – dan Julia. Entah bagaimana kabar sanak saudaraku yang lain namun dibalik itu semua aku mendapatkan keponakan. Bayi perempuan yang mungil dan tidak pernah menangis sekalipun saat itu ada salah satu mayat hidup itu hampir memecahkan kaca mobilku. Dia tidak menangis.

Cukup sedih mengingat bagaimana dia harus kehilangan orang tuanya. Tidak sempat bertemu kakeknya dan ayah, tidak sempat melihat cucu pertamanya. Aku menghela nafas lagi.

"Ini sudah dua kali kau menghela nafas." Suara itu membuatku berjengit kaget.

"Apa yang kau lakukan?" jeritku pada Jeremy.

Dia berdiri di sampingku sambil menggendong keponakanku yang hanya diam saja. Aku tidak mengerti padanya. Saat ia lahirpun tidak menangis. Bayi itu benar-benar aneh namun bagaimanapun dia tetap keponakanku.

"Kau tidak ingin memberinya nama?" tanya Jeremy sambil mengelus pipi tembam bayi itu.

Aku menggeleng. "Aku belum memiliki nama yang cocok."

"Bagaimana kalau aku yang memberikan nama?" tanya Jeremy bersemangat.

Aku hanya mengangguk dan memperhatikan Jeremy mengecup pipi bayi itu. Kemudian ia memegang bibirnya yang mungil. Ia tidak terganggu dengan sentuhan Jeremy.

"Silent."

"Apa?" tanyaku.

"Bagaimana dengan Silent?" tanya Jeremy.

"Kenapa?" Aku malah balik bertanya.

"Karena bayi ini selalu diam. Tidak menangis ataupun tersenyum. Menurutku dia akan menjadi gadis yang kuat." Ujar Jeremy.

"Coba ubah sedikit." Pintaku.

Jeremy mengerutkan keningnya seperti berpikir.

"Ubah Silent menjadi Shaelent. Menggunakan Shae bukan Si."

"Welcome to the world, Shaelent." Ucapku padanya. Bibirnya mengangkat sedikit. Dia tersenyum. Aku tahu dia tersenyum.

.....

Di sinilah kami sekarang. Duduk di kursi yang melingkari meja bundar. Hanya ada duapuluh kursi. Aku tak mengerti kenapa aku harus duduk di sini bersama mereka. Jeremy duduk di samping kananku dan di samping kiriku duduk seorang nenek-nenek dengan rambut bob yang rapi. Masih sempatnya dia mengenakan pakaian khas kantor.

Sialannya. Aku sangat kotor. Aku belum mandi dari kemarin. Kausku sudah sobek di sana-sini dan celana jeans-ku yang sudah tidak berbentuk. Aku juga memakai sepatu boot bekas curian. Kenapa ini sangat tidak adil.

"Perhatian untuk semuanya." Seseorang berdiri dari kursinya kemudain setelah mendapat perhatian orang-orang yang ada di ruang rapat ini ia duduk.

Pria itu mengenakan seragam tentara. Kurasa dia juga seorang perwira. Dari wibawanya saja tercium hingga kemari.

"Saya Jenderal Jacob Rathbone. Akan memberikan informasi penting kepada kalian. Setelah hasil uji laboratorium. Darah mayat hidup ini membuktikan banyak hal. Mulai dari keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah makhluk ini tidak bisa keluar saat matahari terbit dan kerugiannya adalah jika terinfeksi, virus akan menyebar dalam waktu tigapuluh menit dan kalian akan langsung berubah.

Sudah saya pikirkan matang-matang dengan petinggi di beberapa daerah lainnya. Kami sepakat untuk membuat dinding pelindung. Membutuhkan banyak pekerja dan perawat. Semua sudah terencana. Target waktunya adalah tiga tahun dan aku harap Nona Paige bisa menjadi kepala perawat."

Kenapa harus aku?




28.12.2015

Book 1: The SurvivorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang