Chapter 2: The Saviour

924 85 10
                                    

Berjalan ke lantai dua dengan mendengap-endap sampai di kamar David. Aku mengdengar suara isak tangis yang sangat pelan. Saat kubuka pintu kamar itu.

.......

"Dave." Ucapku dengan lirih.

Aku melihat Julia terbaring di kasur dengan bersimbah darah. Selimutnya kotor dan berwarna merah. Julia sangat pucat. Bibirnya membiru. Wajahnya sudah tidak ada lagi rona merah. Rambut dirty blonde-nya tidak terlihat secerah saat ia membuka mata. Aku mendekati David dan memegang pundaknya.

Dia langsung memelukku erat. Menangis dilengkungan leherku. Aku mengusap punggungnya. Lalu memegang wajahnya. Tangaku mengusap air matanya. Wajahnya memerah. Matanya membengkak.

"It's okay." Kataku sambil melepas ke arah jendela.

Aku mengintip keluar jendela. Sialan. Di luar sangat kacau. Mayat hidup semakin banyak. Aku harus pergi dari sini atau menjadi salah satu dari mereka. Kutatap David yang duduk di pinggir kasur.

Aku berjalan ke arah box bayi. Melihat bayi mungil yang sangat mirip dengan Julia. Kuusap pipi bayi itu. David melihatku.

"Apa yang kau pikirkan?" tanyanya.

"Membawanya pergi. Di luar sangat kacau." Ucapku.

David memegang lenganku. Dia menatapku kemudian menatap bayinya. Kutatap mata hijaunya yang sama denganku namun lebih menyiratkan kesedihan.

"Jaga anakku. Akan kucari cara agar kau bisa kabur." Ucapnya.

Dia bergegas pergi mencari sesuatu. Aku hanya diam. Apa maksudnya dengan jaga anakku? Apa dia tidak akan ikut denganku? Dia akan mati di sini atau menjadi mayat hidup yang menjijikkan di luar sana.

David membawakan sebuah tas berukuran sedang berwarna hitam. Memasukkan beberapa helai pakaian dan selimut. Aku turun ke dapur. Mencari sesuatu yang bisa dibawa. Aku berlari ke atas lagi. Membawa soup kaleng dan beberapa buah kaleng.

"Kau tidak akan ikut?" tanyaku.

Dave menatapku lalu menggeleng. Dia mengambil beberapa pakaian bayi dan memasukkannya ke dalam tas lalu merebut makanan kaleng yang kupegang. Masih ada beberapa sisa tempat di tas itu. Aku diam mentap David.

"Pergilah yang jauh. Cari tempat berlindung. Saat kau menemukan supermarket. Kau bisa membeli susu formula dan beberapa obat-obatan." Lalu dia mengambil kunci mobil di vas bunga ia menyerahkannya padaku.

"Keluarlah dari Detroit." Ujarnya.

......

Aku mengemudi dengan berlinangan air mata. David membantuku untuk pergi dari Detroit tapi dia tidak ikut pergi. Aku menangis selama perjalanan tapi anehnya selama aku menangis bayi itu hanya diam saja. Sekarang aku berencana untuk menengok rumahku. Semoga ayah masih ada di rumah.

Kulajukan mobil dengan kecepatan 100km/jam. Rumahku cukup jauh dari kota di daerah perbatasan. Semoga mayat-mayat sialan itu belum menginjakkan kakinya di rumahku.

Satu jam perjalanan aku sampai di depan rumahku. Rumah kecil dari kayu yang sangat nyaman. Aku mengunci mobil dan meninggal bayi itu mobil. Jendela sedikit kubuka agar dia bisa bernafas.

Aku berlari masuk. Pintu tidak terkunci. Menyusuri rumah dan tidak menemukan siapapun. Air mataku kembali keluar. Segera aku bangun dan mengambil kotak obat di dekat lemari pendingin hingga aku mendengar suara geraman.

Okay. Aku takut sekarang namun kupegang erat-erat tongkat baseball-ku. Aku berjalan ke arah mobil dan menemukan satu mayat hidup yang coba memecahkan kaca mobil. Tanpa berpikir dua kali. Aku langsung menerjang mayat hidup itu. Menendang kepalanya dua kali hingga mundur. Lalu ku ayunkan tongkat baseball sekuat mungkin hingga bunyi terdengar bunyi krak.

Kepala mayat hidup itu pecah. Makhluk itu tidak bangkit lagi. Aku segera masuk ke dalam mobil. Hebat sekali bayi ini tidak menangis. Kuinjak gas dan melajukan mobil. Saat melihat spion kulihat ada beberapa mobil melaju ke arah yang sama namun aku tetap tidak menghiraukannya.

Aku harus mencari pom bensin. Mengikuti arus kendaraan membawaku sampai di Fort Wayne. Aku langsung mencari supermarket. Sampai melihat toserba yang ramai dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Toserba itu sudah tidak berbentuk. Kacanya pecah namun tidak menyurutkanku untuk mencari barang-barang yang kubutuhkan. Aku keluar dari mobil dan menguncinya.

Saat masuk banyak orang yang mencuri barang-barang. Aku juga tidak mau kalah. Menarik salah satu troli belanja. Menuju rak yang menyediakan susu formula. Aku mengambil empat kerdus sekaligus. Berlari mencari air mineral, makanan ringan dan makanan kaleng.

Aku sadar tas tidak akan muat dengan barang-barang itu. Lalu aku mengeluarkan beberapa pakaianku. Memasukkan barang-barang itu. Tas berukuran kecil kutemukan. Kumasukkan beberapa kain ke dalam tas itu kemudian memasukkan keponakanku ke dalam tas itu. Aku terlonjak dan mengayunkan tongkatku saat seseorang menyentuh pundakku.

"Wow. Easy, Miss." Ucap orang itu.


27.12.2015

Book 1: The SurvivorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang