Cahaya matahari menelusup paksa ke dalam kamarku. Aku ingin sekali tidur lagi walau hanya semenit.
Aku hampir terjatuh saat mengetahui bahwa ini sudah jam 06.15, 20 menit lagi aku terlambat!
Oh oke, aku keluarkan jurus prepare kilat andalanku. Mandi sekedar membasahi diri dan melumuri tubuh dengan sabun serta menggosok gigi cepat-cepat.
" Rani berangkat. " Ku raih uang saku ku di atas meja makan tanpa mengambil sarapan ataupun meminum susu.
Aku pasti terlambat batinku saat mendapati angkot yang biasa ku tumpangi sudah sesak dan tak meninggalkan sedikitpun kursi bagi ku.
Aku menggenggam jari ku erat-erat. Aku sangat membenci Jakarta di pagi hari.
" Naik, Ran. Bareng gue yuk. "
Aku menoleh saat kaca helm itu sudah terbuka.
Dion, dia datang di waktu yang tepat, dan tak akan ku sia-siakan tawarannya kali ini. Aku mengangguk.
Motor Dion melesat kencang meliuk-liuk di antara kendaraan yang terjebak kemacetan.
***
" Gue langsung masuk ya, gue ada piket. " 5 menit sebelum bel, aku dan Dion sudah masuk ke area parkir motor sekolah.
" Oke. " Dia tersenyum kearahku.
Aku tak sempat berterima kasih padanya dan cepat-cepat.lari ke kelas.
" Berangkat sama Dion? " Wina menarik tanganku saat aku melewati kelasnya, aku tidak tahu kalau dia berdiri di depan pintu. Seperti menunggu seseorang. Oh.. mungkin dia menunggu ku.
" Iya kak. " Aku menjawabnya, sebenarnya aku takut. Memang, Wina berkata tadi dengan nada yang baik-baik saja, tapi tetap terasa dingin saat terdengar di telinga ku.
" Lo berapa lama dekat sama dia? " Datar.
" Kami satu kelas kak. "
" Satu kelas bukan alasan untuk dekat dengan pacar orang ya.." Wina mulai melempar pernyataan yang membuatku semakin merasa aku adalah perusak.
" Tapi kami hanya sebatas teman. " Formal.
" Gue ngga peduli. Karena gue tahu, lo berpotensi sebagai penghancur dalam hubungan gue! " Wina berteriak tepat di depan wajahku. Ia menekankan kata " penghancur " yang seketika membuat siswa lainnya menatap ke arahku.
Aku dipermalukan di depan banyak orang. Ia mendorong tubuhku, dan aku tidak membalasnya. Aku sadar ini salahku, tapi aku hanya naik motor bersama dan tidak yang lain-lain.
" Lo jauhin Dion, atau lo akan dikucilkan satu sekolahan? "
Aku tidak tahu harus berkata apa, aku hanya bisa mengangguk pasrah. Aku menyukai Dion, tapi tidak untuk merebutnya. Wina menyeringai menang di depanku.
" Adik kelas yang baik. Belajar fisika yang tekun, bukan belajar nyolong pacar orang. "
Aku sangat malu dan merasa terhina atas omongan Wina. Mataku terasa panas. Aku menahannya agar tidak menangis di depan Wina. Aku akan terlihat sangat lemah jika menangis.
Aku tak peduli dengan tatapan siswa lain. Aku berlari menuju kelasku dengan pandangan terus ke bawah. Aku malu. Kalian tahu itu.
Sesampainya di kelas, aku sudah tidak perlu untuk bersih-bersih. Karena tim piketku sudah membersihkannya sebelum ku datang.
Aku tidak melihat keberadaan Dion di sini.
" Lo kok baru dateng? " Rima mengagetkanku.
" Iya, tadi ada urusan sebentar. "
Aku tak mungkin mengatakan ' urusan ' yang sebenarnya." Urusan apa pagi-pagi gini? " Rima mulai menyelidik.
" Ada lah pokoknya. "
Bel masuk kelas berbunyi bersamaan dengan datangnya Dion. Aku hanya menatapnya sekilas, tidak biasanya aku seperti ini.
Kau tahu kan, aku sudah dipandu untuk menjauh dari Dion.
***
Aku melihat Dion membersihkan peralatan melukisnya. Ega, Noto, dan Fano mendekat kearahnya, mereka adalah teman dekat Dion.
" Dion. " Aku menoleh ke sumber suara.
Wina berdiri di sana. Di depan pintu kelasku. Dengan ekspresi wajah yang memelas.
" Ngapain lo ke sini? "
Aku kaget mendengar jawaban Dion, kenapa datar?
" Gue ngga mau pisah sama lo. " Wina memohon.
" Gue ngga mau bareng sama lo. " Dion masih santai. Ia selalu begitu dalam keadaan apapun.
" Lo pasti dihasut sama dia! " Wina menunjukku. Aku mendelik sedikit. Hei, aku lagi yang kena.
" Ngapain lo nyalahin orang? Lo yang selingkuh sama Salman, ngga ada hubungannya sama Rani. "
Wina berdiri kaku di sana.
" Gue selingkuh sama Salman karena dia perhatian sama gue, ngga kaya lo. Lo tuh harusnya bisa seperti dia! " poor Wina, kau menjatuhkan harga dirimu sendiri.
Dion tertawa, sangat manis. " Udah selingkuh masih nyolot juga. Lo sama gue udah ngga ada apa-apa, Kak Wina. Mau lo ngemis di depan gue pun gue ngga mau lagi sama lo. "
Wina menahan amarah serta rasa malunya. Ia menampar pipi Dion lalu berlari keluar.
Aku tidak tahu, perpisahan mereka adalah keberuntungan atau kesialan bagiku.
***
" Lo kenal Wina dari mana? " Dion berdiri di sampingku saat aku beres-beres akan pulang.
" Siapa sih yang ngga kenal sama Kak Wina? Pemimpin redaksi sekolah yang cantik kebangetan. " Aku tersenyum sedikit.
" Maksud gue, tadi dia nyalahin lo. Berarti lo kenal kan? "
Aku bingung sebenarnya. Aku harus jawab apa? Ngga mungkin jika aku bercerita insiden tadi pagi.
" Jujur. " Oke, terpaksa.
Aku menceritakan semua insiden tadi pagi. Dion memperhatikanku dengan amat sangat. Sesekali, dia mengumpati Wina.
" Tadi malam waktu gue pulang dari rumah lo, gue dateng ke rumah Wina. Gue lihat dia pelukan sama Salman, sepupu gue. Gue langsung mendekat, tanpa banyak bacot gue langsung bilang putus. Gue ngga peduli sama semua penjelasan Wina, selingkuh tetep aja selingkuh. "
Aku mengangguk. Dapat ku simpulkan, Dion adalah laki-laki yang tidak bisa diajak main-main dalam hubungan. Aku merasa bahwa diriku lah yang cocok dengannya.
" Gue sering lihat lo di lapangan futsal saat gue latihan. "
Aku sedikit menegang. Mampus, gue ketahuan.
" Iya, gue seneng lihat orang main bola. " Ini alasan yang ku temukan.
" Lo suka bola? "
" Iya.." Aku tahu aku akan mendapat kejutan setelah ini.
" Ntar malem nonton bareng yuk, ada Barca lagi main. Di rumah gue gimana? "
Aku membuka sedikit mulutku.
" Eh salah ya? Lo kan cewek masa ke rumah gue, " Dion mengeplak kepalanya sendiri, " Yaudah gue yang kerumah lo. Boleh? "
" Boleh, ntar gue kenalin ke Dika. Dia adik gue, kayanya lo bakal klop. "
Dion tersenyum setelahnya yang ku balas dengam semyuman juga. Malam nanti, adalah malam yang penuh dengan kejutan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting Him
Fiksi Remaja(T N 1) Dion adalah satu-satunya alasan bagi Rani untuk nongkrongin lapangan futsal. Sampai suatu waktu, tanpa dinyana mereka berdua saling dekat. Lalu bagaimana nasib dari penantian Rani kepada Dion selama ini?