“Roxanne Malloty Johnson?” suara milik Justin Bieber menusuk gendang telinga keempat gadis itu dan mereka sontak membelalakan matanya. Terlebih Alexa.
“Siapa? Aku?” Tanya Roxanne, memasang wajah sok cool-nya. Bodoh! Tentu saja aku! Batinnya menyahut.
“Tentu saja kau, Gadis bermata biru kehijauan yang indah.” Justin mencoba merayu Roxanne. Di sisi lain, Emily yang baru saja mendapat kecupan dari kekasihnya itu langsung geram dan menepuk meja keras-keras.
“Kau terlalu banyak basa-basi. Katakan apa maumu.” Ucap Roxanne dingin sambil meniup poni nya.
“Whoah, santai dulu. Kau seharusnya bersikap sopan padaku.” Gadis itu hanya menggedikkan bahunya seraya menyeruput jus apel pesanannya sampai habis.
Justin menarik kursi yang ada di sebelah Roxanne dan menduduki kursi itu, kepalanya ia sandarkan pada kedua tangannya yang bertumpuk, dalam sekejap jarak antara Justin dengan gadis berambut cokelat pasir itu hanya berbatas kepala kursi.
“Oh ya, selama ratusan detik aku kesini, mataku tak sengaja menangkap gerak-gerik mu yang memerhatikan meja kami, erm maksudku mejaku dan kekasihku.” Ujarnya memalingkan wajah ke Emily, sedetik kemudian melambai pada gadis itu.
“Siapa yang tidak akan melihat keberadaan mu disini, Tuan Populer.”
“Kau benar. Namun orang menatap kami dengan pandangan tidak suka dan terlihat sesekali menggerutu itu hanya kau. Well, paling tidak mataku hanya menangkap gerak-gerik yang kau lakukan saja.” Justin berkata sambil merebut soda milik Alexa seraya mengedipkan sebelah matanya.
Alexa, yang kaget mendapatkan anugerah dari Tuhan, tentu saja dalam hati yang paling dalam ia merasa seperti memenangkan nominasi Grammy Awards. Oh ralat, masuk nominasi saja hal tersebut sangat kecil kemungkinannya.
Theressa, yang air jeruknya selamat dari serangan Justin juga merasa lega karena persediaan air minumnya masih stabil.
Kath, yang tidak memiliki persediaan soda hanya mendengus pasrah karena niatnya untuk meminta sedikit soda milik Alexa sudah kandas.
“Aku tidak melakukannya. Hanya firasat seorang Justin Bieber mungkin?” Roxanne mencomot French Fries milik Kath dan membuat temannya itu menghela napas berat.
“Mungkin juga. Tapi kupikir kau ingin mendapatkannya juga.” Ujar Justin mengusap-ngusap bibirnya. Roxanne membelalak. Alexa tercekat. Dalam hati, Alexa ingin sekali menampar Justin dan memiting Roxanne dalam waktu yang bersamaan.
“Mendapatkan apa?!” gertak Roxanne. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Apakah manusia ini akan melakukannya juga padaku?
“Sebuah pertunjukan? Aku rasa kau akan menyukainya.”
“Tidak, terimakasih. Sekarang kau bisa kembali ke mejamu dan mendapatkan makanan utama hari ini.” Ucap Roxanne tak sungkan-sungkan mengarahkan telunjuknya ke arah meja dimana sebelumnya ditempati Justin, lebih tepatnya ia menunjuk Emily yang masih memandang geram kepada mereka berdua dan mata gadis itu seperti timah yang terbakar sekarang.
“Tunggu sebentar.” Ucap Justin mengerutkan dahinya dan memerhatikan Roxanne dari atas sampai bawah. Gerak-geriknya bak desainer yang sedang mengukur fashion yang kini marak diperbincangkan. “Apa kau gadis yang sama yang menolak cintaku waktu aku masih berada di kelas menyanyi tempo hari?”
Roxanne memutar bola matanya. Dia masih ingat rupanya.
“Aku benar kan?” Tanya Justin sekali lagi dengan senyuman mengembang diwajahnya.
“Aku tidak ingat.” Roxanne menjawab dengan nada yang kelewat datar. Justin tertawa sumbang. Apa lagi yang laki-laki ini pikirkan sekarang?