Chapter 7

108K 8.6K 178
                                    

Forgetting him was like trying to know somebody you never met...

(Red - Taylor Swift)

~~~

Rae baru saja keluar dari kamarnya saat melihat pemandangan itu.

Di sana, di sofa ruang tamu, tampak Jamie dan seorang gadis berambut pirang sedang berciuman. Bukan hanya berciuman. Gadis itu bahkan sudah setengah telanjang karena bagian atas gaunnya sudah melorot sampai ke perutnya.

Tangan Jamie meremas kedua payudara yang tampak penuh itu, sedangkan kedua tangan wanita itu sudah masuk ke dalam celana Jamie. Mereka sangat asyik dengan kegiatan mereka, seolah hanya ada mereka berdua di rumah ini.

Mata Rae memanas. Sambil menahan agar tidak bersuara, dia kembali masuk ke dalam kamarnya. Air matanya tidak tertahan lagi saat dia mencapai kamar mandi. Rae terisak pelan. Dia jatuh terduduk di lantai kamar mandi yang dingin. Sekuat tenaga ditahannya agar isakan itu tidak semakin keras.

Sakit.
Lebih dari sakit. Itu yang dirasakannya sekarang ini.

Selama ini, dia tidak pernah melihat Jamie make out satu kalipun. Jauh di lubuk hatinya, dia berharap Jamie bukan pria seperti itu. Baginya, Jamie adalah pahlawannya. Jamie itu sempurna.

Akan tetapi pemandangan yang tadi disaksikannya membuat hatinya hancur. Jamie bukanlah pria yang dikenalnya selama ini. Jamie bukanlah Jamie-nya yang dulu sangat menyayanginya. Jamie yang sekarang adalah pria dewasa yang sama sekali tidak dia kenal. Pria dengan gaya hidup bebas, yang mungkin saja berganti wanita setiap malam.

Kenapa Jamie membawa wanita itu pulang?
Apa pria itu lupa dia tinggal di sini juga? Atau mungkin itu artinya dia harus mencari tempat tinggal baru sekarang? Rae tidak akan tahan melihat pemandangan 'itu' setiap weekend begini.

Rae menghapus air matanya dan segera bangkit dari duduknya. Ya, dia harus segera mencari tempat tinggal sendiri. Pasti ada flat berbiaya murah yang bisa dia sewa di sekitar sini.

Selesai mencuci muka dan menggosok gigi, Rae bersiap pergi mencari flat yang bisa dia sewa. Semoga saja pasangan mesum itu sudah pergi dari sofa. Rae baru saja memakai bajunya saat ponselnya berbunyi. Dia tersenyum sebelum mengangkat teleponnya.

"Ya, Abs."

"Rae! Kau libur kan hari ini?"

"Ya, aku libur. Ada apa?"

"Bisa ke rumahku ya? Please... aku ingin Shepherd pie buatanmu," Abby memohon di ujung sana.

Rae terdiam. Kalau dia pergi ke rumah Abby, dia pasti tidak akan sempat mencari flat. Dia juga pasti akan bertemu om-om galak bosnya itu. Tetapi jika dia tidak ke sana, apa bosnya yang galaknya melebihi singa lapar itu akan memecatnya?

"Rae, are you still there?"

"Ah, iya, Abs... aku... aku ..."

"Bisa ya? Please ..."

"Baik, Abs. Kirimkan saja alamatmu. Aku akan ke sana."

"Tidak, kakakku yang akan menjemputmu."

"Tidak, Abs. Aku bisa ke sana sendiri, jadi kirim saja alamatmu."

"Tapi ..."

"Atau aku tidak akan pergi ke rumahmu."

Rae tertawa geli mendengar Abby menggerutu. Walaupun baru bertemu satu kali kemarin, Abby benar-benar membuatnya merasa nyaman. Gadis itu, tidak, wanita itu membuatnya merasa menemukan keluarga di tengah kota asing ini.

Selama ini, Rae hanya mengenal ibu dan neneknya. Tidak ada saudara perempuan atau sepupu karena ibu Rae adalah anak tunggal.
Omong-omong, Rae bahkan belum menghubungi ibunya setelah hampir dua minggu dia di sini.

Crush Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang