Flo[ve]wer

875 9 0
                                        

Cerpen karya : Salsa Elsa Mahera

***

Namanya Kifanny Auditha. Matanya menembus jendela yang dilihatnya. Melihat ke arah bawah, tepatnya di lapangan basket. Kaffa Reinaldi, salah seorang laki-laki yang memiliki julukan most wanted guy itu tengah bermain basket dengan siswa-siswa lain.

Tangan dan kaki lincahnya bergerak berusaha menjauhi lawan, mendribble menuju ring. Dari jauh, Kaffa melempar bolanya ke arah ring.

Masuk.

"aaaaaaa!! Kerenn!!" teriak para siswi-siswi yang duduk menonton pertandingan itu. Mereka selalu ada saat Kaffa bermain basket. Bisa dikatakan mereka adalah fansnya Kaffa.

Ingatan Kifa melayang pada saat dahulu. Sebelum semuanya berubah. Ya berubah karena dirinya.

Dulu, Kifa dan Kaffa saling bersahabat. Kemana-mana pasti selalu berdua. Dimana ada Kifa pasti ada Kaffa. Dan dimana pula ada Kaffa, pasti ada Kifa.

Seperti sepasang manusia yang telah ditakdirkan untuk selalu bersama.

Karena kedekatan mereka, orang lain berpandangan bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih. Ironinya, mereka memang bersahabat, bukanlah berpacaran.

Saat pada suatu hari, Kaffa membenci Kifa. Perkataannyalah yang membuat Kaffa tersinggung. Kata-kata pedas tidak seharusnya keluar dari mulut Kifa.

"Gak usah sentuh-sentuh hasil karya gue! Gara-gara lo, lukisan gue berantakan! Kalau lo gak numpahin cat ke lukisan gue, lukisan gue gak bakalan sehancur ini! Dan lo tadi udah bikin gue malu di hadapan Garda dengan ucapan lo yang ngebuka semua aib gue! Coba aja kalau lo gak ada di kehidupan gue, hidup gue pasti damai. Lo cuma jadi pembawa sial aja!"

Kata-kata menyakitkan itu keluar begitu saja ketika dengan tak sengaja Kaffa menumpahkan sebotol cat hitam ke lukisan Kifa. Padahal, lukisan itu belum selesai sepenuhnya, dan hanya tertumpah sebagiannya saja.

Juga saat Kaffa menceritakan aib yang Kifa benci kepada Garda, gebetan Kifa. Garda malah tidak mempermasalahkan itu. Garda malah melihat Kifa sebagai gadis polos yang lucu. Tidak menghapus ketertarikannya pada Kifa.

Kaffa mencoba menahan emosinya. Ia tidak terima dirinya di sebut-sebut sebagai pembawa sial. Hatinya seperti tergores benda tajam yang lukanya tidak akan pernah hilang.

Mulai saat itu, Kaffa membenci Kifa.

"oke kalo lo maunya gitu. Gue pergi dari kehidupan lo. Kita bukan sahabat lagi. Lo ga bakalan butuh gue kan? Haha" Kaffa tertawa miris.

Sejak kejadian itu, Kifa mencoba untuk tidak bergantung kepada Kaffa. Berusaha keras untuk mencoba hidup tanpa kehadiran Kaffa yang selama ini selalu disampingnya. Mencoba untuk tidak meminta bantuan Kaffa.

Tapi, dia tidak bisa.

Kifa tak mampu bertahan lama dalam keadaan sendiri. Dia selalu merasa sepi. Dia merasa sendiri. Dan itu membuatnya menyesal.

Salah satu orang yang selalu berada di sampingnya, kini telah hilang.

Kifa merasa dirinya tak bersemangat lagi. Merasa sendiri.

Lebih sepi dari orang yang menyendiri.

Kifa menatap sesuatu yang berada ditangannya.

Ballerina's Competition.
Invitation card.

Undangan kompetisi balet. Kifa telah mendaftarkan diri di kompetisi itu. Sesuatu yang sangat diidam-idamkan Kaffa. Kaffa ingin melihat Kifa menari balet di panggung kompetisi.

Cerita Singkat KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang