Angan-angan

119K 2.6K 92
                                    

Tepat didepan meja rias Aisyah sedang bergulat dengan riasan yang akan dibersihkan karna acara telah usai setengah jam lalu. Yah! Acara pernikahan Aisyah dengan Syihab yang notabene anak seorang kyai terkenal di daerah Bandung. Berawal dari lamaran keluarga Syihab secara mendadak yang diterima kedua orangtua Aisyah. Mana mungkin orang tua Aisyah menolak? Sedangkan imam anak semata wayangnya kelak seorang yang mempunyai akhlak baik serta ilmu agama yang baik pula. Sebagai anak yang berbakti Aisyah pun mengiyakan lamaran tersebut.

Dua minggu setelah lamaran diterima pernikahan pun terjadi. Tak disangka usia semuda itu Aisyah harus mengabdikan seluruh hidupnya kepada orang yang belum dikenalnya bahkan dicintaipun tidak. Sekarang usia Aisyah 20 tahun, muda kan? Syihab sendiri berusia 23 tahun.

Disela-selanya Aisyah berfantasi ria akan pernikahannya yang didasari rasa cinta namun Aisyah menelan kenyataan pahit akan kehendak sang pencipta yang mentakdirkan dirinya bersanding dengan Syihab seseorang yang baru dikenalnya dua minggu lalu. Sekarang Aisyah hanya bisa ikhlas akan takdirnya dan berserah diri pada-NYA agar kelak bisa mencintai suaminya. Terdengar jelas dari arah luar langkah kaki seseorang yang hendak menuju ke ruangan Aisyah berada. Aisyah pun memutuskan khayalannya yang tak mungkin terjadi itu.

Cekrek..

Pintu kamar pun terbuka menampakan seseorang masih menggunakan Tuxedo putih gading lengkap dengan dasinya. Siapa lagi kalo bukan suami Aisyah, Syihab anak kyai yang menikahinya tadi pagi.

"Mau ku bantu? Sepertinya kau kesulitan" tawar Syihab melangkah menuju sofa.

"Tak usah. Sebaiknya mas mandi terlebih dahulu, kulihat mas sangat kelelahan" ucap Aisyah.

"Baiklah. Selesaikan pekerjaanmu itu setelahnya mandi dan ambil wudhu kita sholat isya bersama" ucap Syihab beranjak dari sofa menghampiri Aisyah dan mencium keningnya. Aisyah yang masih shock atas perbuatan Syihab hanya diam mengangguk atas ucapan yang dilontarkan Syihab kepadanya.

Dua puluh menit kemudian. Syihab keluar dari kamar mandi sedangkah Aisyah masih bergulat dengan kebayanya. Riasannya? Riasannya sudah selesai dibersihkan Aisyah.

"Sini aku bantu buka resleting kebayamu. Kulihat kau kesusahan" tawar Syihabn.

"Ahh ya mas. Seperti yang kau lihat aku kesusahan sedari tadi melepaskan kebaya ini" tutur Aisyah.

Syihab terkekeh akan jawaban Aisyah, segera menghampiri Aisyah membuka resleting kebayannya.

"Cepat mandi setelahnya ambil wudhu, akan ku siapkan tempat kita sholat" ucap Syihab.

"Sebagai seorang istri harusnya aku yang menyiapkan bukan kamu mas" tutur Aisyah terdengar lemah.

"Tak apa, kali ini saja. Mandilah" kata Syihab.

"Baik mas" ucap Aisyah melenggang kearah kamar mandi.

Setelah selesai Aisyah keluar dari kamar mandi segera memakai mukena yang telah disiapkan Syihab tadi.

"Makasih mas" ucap Aisyah.

"Sama-sama. Sudahkah siap?" Tanya Syihab yang dianggukan oleh Aisyah.

Usai sholat isya dan berdoa Syihab berbalik menghadap Aisyah. Aisyah langsung mencium punggung tangan Syihab. Dilanjutkan Syihab meletakan tangannya diubun-ubun Aisyah dan mendoakannya.

"Allahuma inni asaluka mi khairaha wa khairi ma jabaltaha alaih. Wa a'udzunika min syarriha wa syarri ma fiha wa syarri ma jabaltaha 'alaih"

Syihab langsung mengecup lembut kening Aisyah. Kehangatanlah yang mampu dirasakan Aisyah saat ini.

"Ayo kita lanjutkan sholat sunnah dua rakaat" ucap Syihab yang dianggukan oleh Aisyah.

***

"Bolehkah aku melakukan kewajibanku sekarang?" Tanya Syihab.

"A..aku.. m..mas.. sebe.." ucap Aisyah terpotong oleh pernyataan Syihab.

"Jika kau belum siap, tak masalah bagiku menunggumu siap" ucap lantang Syihab.

"Sungguh aku sudah siap lahir batin atas kewajibanku sebagai seorang istri. Hanya saja aku takut terasa sakit mas" ucap Aisyah.

"Tak usah takut. Aku akan melakukanmu selembut mungkin sehingga kau tak merasa sakit sedikitpun" tutur Syihab.

"Emmm.. baiklah aku siap mas" ucap Aisyah.


Setelahnya Aisyah membereskan tempat sholatnya tadi. Aisyah pun melepaskan jilbab yang membungkus rapat mahkotanya. Terlihat rambut hitam pekat terlilit menjadi satu dengan ikat rambut berwarna hijau. Aisyah segera melepaskan ikat rambut tersebut, tergurai rambut sebahu itu. Jari-jari Aisyah dengan sabar menyisiri rambut itu. Syihab yang melihatnya terpesona akan kecantikan Aisyah. Syihab pun melangkahkan kaki mendekat Aisyah. Aisyah yang terkejut akan Syihab yang tiba-tiba dibelakangnya pun menoleh kearah Syihab.

"Ada apa mas? Kau menginginkan sekarang?" Tanya Aisyah. Syihab yang mendengar pertanyaan Aisyah hanya mengulas senyum dari bibirnya.

"Sungguh kau cantik dengan rambut tergurai seperti ini. Hanya aku kan yang bisa melihat rambut indahmu ini?" Tanya Syihab dengan mengambil alih sisir ditangan Aisyah dan mulai menyisiri rambut Aisyah dengan telaten.

"Mas ini ada-ada aja. Tentu hanya mas yang bisa melihat mahkotaku ini" jawab Aisyah.

"Sudah selesai. Ayo" ucap Syihab mengendong Aisyah secara bridal sontak Aisyah langsung melingkarkan tangannya keleher Syihab.

"Aku suka reaksimu sayang" ucap Syihab setengah menunduk dan mencium pipi kananku.

Syihab meletakan Aisyah di king size miliknya serta mulai mencium seluruh bagian permukaan wajahnya yang membuat Aisyah geli akan kelakuannya. Tangan kekar Syihap mulai membuka satu persatu kancing baju Aisyah. Mereka pun melakukan ibadah sesuai ajaran Rasulullah.saw.

Merasa pinggangya terasa berat Aisyah terbangun dari tidur indahnya. Aisyah sedang mencari penyebab kenapa pinggangnya terasa berat itu. Aisyah mulai meraba, merasakan tangan kekar sedang memeluknya dan semakin mengeratkan pelukannya Aisyah pun berbalik menghadap Syihab yang dengan nyamannya tidur dengan posisi tangan kanannya memeluk pinggang Aisyah dan tangan kirinya sebagai penompang kepala Aisyah atau lebih tepatnya bantal untuk Aisyah.

"Aaaaaa... kamu siapa?" Ucap Aisyah panik.

"Astaga sayang suaramu menganggu tidurku. Bahkan ini belum waktunya subuh, kau membangunkanku. Mau tambah ronde hah?" Ucap Syihab dengan suara khas orang bangun tidur.

"Asthagfirullah haladzim. Aku lupa kalo sudah menikah. Jadi kita sah berpelukan" ucap Aisyah polos.

"Sayang kau lupa akan pernikahan kita? Kau harus dihukum. Jam berapa sekarang?" Tanya Syihab.

"Apa hubungannya jam dan hukuman. Mas ini aneh" ucap Aisyah melirik jam dihandphonenya.

"Jam setengah 3 mas" sambung Aisyah.

"Baiklah. Kita masih punya satu jam setengah sebelum waktu shubuh datang. Ayo kita lanjut ronde berikutnya sebagai hukuman karna kau melupakan pernikahan kita ini" ucap Syihap menyengir.

"Baru kulihat anak kyai semesum dirimu mas" ucap Aisyah tekekeh.

"Karna kau sayang aku semesum ini" ucap Syihab menyusuri permukaan wajahku dengan bibirnya yang menggoda.

Kami melanjutkan ibadah hingga waktu shubuh tiba. Tak terasa melakukan ibadah sangatlah melelahkan.

_____

Tbc

Mencoba hal yang baru :)

Vote, komen jangan lupa!
Terimakasih udah mau baca.

Takdir Yang MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang