Rumah Sakit

45.3K 1.3K 13
                                    

Sesuai janji.. maaf agak berantakan dipart ini

Bang Kevin ganteng banget sih 😄😘

Anggep aja castnya Syihab 😀

_____

Setelah kumpul keluarga dua bulan lalu, inilah tiba waktunya dimana Syihab harus memeriksa kondisi Aisyah. Mereka sedang duduk diruang tunggu untuk pasien sedangkan orangtua mereka sedang ada diperjalanan menuju rumah sakit tempat dimana Syihab dan Aisyah memeriksakan rahim Aisyah. Cukup lama mereka menunggu dan akhirnya nama Aisyah terdengar jelas oleh indra telinga Syihab dan Aisyah, mereka pun langsung bergegas berjalan menuju ruang periksa itu.

"Gimana dok?" Tanya Syihab mengawali pembicaraan.

"Saya tidak menemukan apa-apa. Kondisinya sama seperti pertama kali saya periksa, tidak ada tanda kehidupan di rahim Ny. Aisyah. Maafkan saya atas pendapat saya tempo dulu, gara-gara pendapat saya mungkin kalian jadi berharap lebih. Sekali lagi saya minta maaf pak, bu" ucap dokter penuh sesal.

"Ahh tak apa dokter ganteng, mungkin memang belum waktunya kita mendapat momongan" ucap Aisyah tenang.

"Aisyah kau genit sekali sayang, padahal suami disampingnya masih aja ngatain dokter itu ganteng" ucap Syihab menunjuk sang dokter.

"Astaga kalian tetap saja kaya gini. Dua bulan lalu kalian juga seperti ini, saya tidak akan merebut istrimu bapak Syihab Al-Fahri Wijaya yang terhormat" ucap sang dokter terkekeh.

"Dokter kok bisa tau nama panjang suami aku sih. Aku yang istrinya aja taunya cuma Syihab doang. Ternyata nama kamu panjang juga yak mas" ucap Aisyah melirik Syihab, sedangkan yang dilirik hanya diam membisu sambil melipat kedua tangannya didada.

"Soal itu, karna dulu ayah saya adalah dokter pribadi keluarga Wijaya dan berhubung ayah saya sudah pensiun sekarang digantikan oleh saya" jelas sang dokter. Aisyah hanya manggut-manggut mengerti.

"Udah yang ngomongnya?" ujar Syihab kepada Aisyah. "Ohh ya dokter Fadlan ada yang mau disampaikan lagi?" Sambung Syihab menekan kata Fadlan, sambil menatap intens sang pemilik nama. Seketika tawa Aisyah menyeruak diruang itu.

"Kamu kenapa? Emang ada yang lucu?" Tanya Syihab kepada Aisyah.

"Cemburu kamu lucu mas, udah ahh ayo pulang. Makasih yak dok" ucap Aisyah menarik tangan Syihab dijawab dengan anggukan sang dokter.

Sedangkan diluar tempat untuk menunggu disana sudah duduk orangtua dari Syihab dan Aisyah. Dengan sigap mereka menghampiri Syihab-Aisyah setelah mendengar pintu ruangan terbuka.

"Gimana hab?" Tanya Umi to the point.

"Belum dikasih mi" jawab Aisyah seadanya.

"Yaudah yang sabar yak nak, disyukuri aja" ucap Bunda Aisyah.

"Iya Bund, Aisyah mah gak terlalu mikirin itu bund. Kalo dikasih ya alhamdulillah kalo belum berarti kita belum cukup siap untuk merawat anak itu bund makanya Allah belum ngasih" jawab Aisyah.

"Ahh anak Bunda udah dewasa ternyata" sahut Bunda memeluk Aisyah.

"Hab kok tumben diem" sahut Abi.

"Syihab lagi cemburu yah, biarin aja kaya gitu. Nanti juga balik kaya awal lagi" ucap Aisyah terkekeh.

"Syihab cemburu kenapa Ais?" Tanya Umi.

"Gara-gara aku muji dokter Fadlan Mi" jawab Aisyah tenang.

"Ohh dokter yang dua bulan lalu kamu bilang ganteng itu yak Ais?" Tanya Bundanya.

"Iya Bund, masih ganteng ko tambah ganteng malah. Gak kuat dede Bund" ucap Aisyah gaya ABG labil.

"Kalian ini, sukanya buat Syihab naik darah aja. Udahlah langsung pulang aja ayo" ajak Ayah Aisyah dianggukan semua orang kecuali Syihab yang hanya mengikuti dari belakang.

Sesampainya dirumah Ayah kami pun nonton tv diruang santai sesekali melancarkan lawakan. Ya, tadi sebelum pulang kami bermusyawarah untuk melakukan apa dan dimana karna malam masih lama kalo pulang kerumah masing-masing bosen juga karna Abi, Ayah dan Syihab mengambil libur kekantor karna ingin melihat hasil pemeriksaan Aisyah.

Syihab masih tidak bergeming sama sekali. Dia hanya duduk fokus menonton acara tv, sesekali Aisyah meliriknya.

"Mas kok tumben diem" ujar Aisyah mendekati Syihab.

"Pengin jadi orang pendiem aja" jawab Syihab.

"Kamu gak pantes diem kaya gini mas, ngomong dong" bujuk Aisyah.

"Salah kamu Ais, selalu buat Syihab cemburu. Ayah mau ngerjaiin beberapa urusan kantor dulu" ujar Ayah bangkit dari tempat duduknya kearah ruang tamu diikuti Abi yang mungkin memberi waktu buat mereka bicara.

"Yaudah Umi sama Bunda kedapur dulu yak mau masak makan siang dulu" ujar Bunda berjalan kedapur diikuti Umi.

"Kamu mau lauk apa Ais?" Tanya Umi.

"Ahh umi pengertian. Aku mau udang balado ya bund um yang pedes banget jangan lupa" ucap Aisyah berbinar seakan melihat makanan kesukaannya setelah beberapa tahun.

"Gak boleh makan makanan yang pedes Aisyah" ujar Syihab masih setia menatap televisi didepannya.

"Itu kan lauk kesukaan aku mas, lagian udah beberapa bulan ini gak makan udang balado" ucap Aisyah cemberut.

"Terserah" jawab Syihab singkat.

"Yaudah um bund udang baladonya cancel" ucap Aisyah datar.

"Gapapa kali hab sekali ini aja makan udang balado Aisyah, lagian itu kan makanan kesukaannya" ujar Umi. Syihab tetap tak bergeming diam membisu.

"Gak usah masak udang balado um. Bund, aku mau istirahat dulu. Nanti kalo udah mateng Ais dibangunin yak" ucap Aisyah seraya naik ketangga menuju kamar yang dulu ditempatinya sebelum menikah.

Entah mengapa Syihab jadi merasa bersalah sendiri, dia tidak bisa mengontrol akan emosinya sehingga selalu berucap ketus kepada Aisyah dan keluargannya.

"Mi Aisyah dimana?" Tanya Syihab.

"Ada dikamarlah hab, dia kan tadi bilang mau istirahat" jawab Umi.

"Tau um, maksudnya Syihab kamar Aisyah dimana?" jelas Syihab.

"Kamu naik aja keatas trus belok kanan ntar ada dua kamar, lah kamar Aisyah yang dipojok hab" terang Bunda.

"Makasih bund" ucap Syihab meninggalkan mereka.

Setelah menemukan kamar yang dimaksud, Syihab dengan cepat memutar knop pintu dan terlihat badan mungil diatas tempat tidur sedang meringkuk. Sepertinya Aisyah kedinginan, Syihab mendekati Aisyah dan tidur disampingnya sambil memeluk tubuh mungil itu.

Suara gaduh dari arah ruang keluarga membangunkan tidur siang Aisyah. Aisyah yang baru menyadari bahwa dia tidur bukan sendirian melainkan ada Syihab disampingnya sedang memeluknya sangat erat. Aisyah yang merasa perutnya beratpun segera membangunkan suaminya.

"Mas bangun" ucap Aisyah menepuk pipi Syihab.

"Bentar deh yang, 5 menit lagi" jawab Syihab semakin meneluk erat Aisyah.

"Yaudah aku turun dulu yak mas, aku laper" ujar Aisyah lagi.

"Hah.. laper? Yaudah ayo kita turun" ucapnya bangkit dari tempat tidur dan langsung menarik tangan Aisyah keluar dari kamar. Aisyah hanya mengikuti dibelakangnya tanpa ada protes sekata pun.

Sesampainya di lantai bawah Syihab menghampiri uminya yang sedang bercengkramah dengan mertuanya dengan antusias.

"Mi, udah mateng makan siangnya?" Tanya Syihab kepada Uminya.

"Udah dari tadi kali hab. Kamu sama Aisyah aja yang tidurnya kelamaan" ucap bunda. Aisyah dan Syihab hanya tersenyum menujukan deretan gigi pepsodennya.

_____

Tbc.

Vote, komen yak. Makasih ☺

Takdir Yang MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang