Prolog

149 17 3
                                    

Mataku tak lepas dari laki laki berkaca mata yang duduk diseberang mejaku. Sedari tadi ia tampak serius dengan laptop didepannya. Ku pandangi wajah tampannya yang putih,matanya yang tajam dibingkai indah dengan kaca mata, hidung mancung, alis yang tebal terlihat seperti ulat bulu jika dilihat dari jauh, rahangnya yang tegas, dan.. Uh! Bibir nya yang tipis menggoda. Serasa ingin kucipok! Apa ia tidak tau bahwa sejak tadi wanita wanita di cafe ini menatapnya dengan buas?

Kuperhatikan lagi dirinya. Kutelusuti kebawah. Ia sangat tampan dengan kemeja kotak kotak yang digulung sampai siku. Dipadukan dengan celana jeans dan sepatu kets. Ia terlihat emmm.. Sekseh.

Kelihatannya gede. Batinku berbicara.

APANYA YANG GEDEEE??!! Otakku berteriak kaget.

Ototnya bego! Mesum banget sih lo! Jawab batinku.

Kupandangi sekali lagi bibir tipis merahnya nan menggoda itu. Turun kedada bidangnya, lalu ke umm "anu"nya. Membayangkan aku mengelus "anu"nya dan meremasnya pelan. Uh! Gak kuaat.

"Aaahh" tak sadar aku mendesah cukup keras.
Pria itu tiba tiba menoleh kearahku. Ia melepaskan kaca matanya dan menatapku lama. Ia lalu mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum miring kearahku. Aku cuma melongo kaget karena ia pasti mendengar desahanku tadi. Anjrit! Padahal aku tadi cuma membayangkan mengelus "anu"nya(maksudku ototnya) saja aku sudah mupeng. Bagaimana kalau aku ingin ber*teeeeeet* dengannya?

Uh!pergi kau pikiran mesum!

Aku menggigit bibirku dan menunduk malu. Kudengar kekehan pelan dari arah mejanya. Pasti ia sedang menertawakan kebolotanku.
Aku masih saja menunduk dan merasakan kursi dihadapanku berdecit dan seseorang duduk disana. Aku mendongak. Shit! Mau ngapain dia?

"Memikirkanku nona?" tanyanya dengan senyuman yang amat menjengkelkan.

"Ha? PD banget lo!" jawabku nyolot dengan tatapan menantang.

"Haha. Bukannya memang seperti itu?" dia menaikkan sebelah alisnya. Sok keren! Tapi emang keren sih.

Tiba tiba ia mengeluarkan kertas kecil dan pena dari kantung kemejanya dan menuliskan sesuatu. Lalu menyerahkan kertas itu padaku.
Aku hanya diam dan menatapnya dengan pandangan" itu apa?"

"Ini nomor telfonku" jawabnya seolah mengerti.

Aku hanya diam dan memandangnya dengan pandangan "buat apa?"

"Ini ambil. Hubungi aku jika kau rindu padaku. Mana tau kita bisa melakukan hal hal aneh difikiranmu itu" ucapnya dan melenggang pergi kembali ke mejanya. Ia membereskan barang barangnya dan berjalan menuju pintu.

Aku terus memperhatikannya sampai ke pintu dan kaget ketika ia berbalik dan menoleh kearahku. Ia menempelkan tangannya ke telinga,mengisyaratkan "jangan lupa telfon gue ya" tak lupa dengan kedipan sebelah matanya dan senyuman mautnya.
Aku hanya melongo menatapnya sampai ia pergi bersama sedannya.

***

"Kamu bagiku bagaikan 'pagi', alasan kenapa aku bangun setiap hari. Tapi ketika pagiku menghilang, apakah aku masih punya alasan untuk bangun lagi?" - Coffeeya milky strujch.

"Dia bagiku bagaikan 'malam', alasan kenapa aku terlelap dalam nyaman. Tapi aku terlalu nyaman sampai aku terlelap benar benar terlelap" - Dileo Waldinata.

LocodestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang