Four

77 2 0
                                    

Author POV

Rallina sedang berjalan menuju kelasnya. Pada saat sedang berjalan, datang Dryan dari arah berlawanan.

Dryan dan Rallina berpapasan, dan terjadi eye contact diantara mereka.

Mereka berdua sama-sama merasakan ada yang berbeda. Ntah itu apa.

**********

Rallina POV

Nggak nyangka tadi pas papasan, aku kira kak Dryan bakal ngejauh atau ngehindar, tapi kita malah eye contact.

Tadi kenapa bisa eye contact ya? Eye contact kan terjadi karena keduanya saling memperhatikan. Berarti dia merhatiin...

"HELLOW RALLINA! GUE DISINI!," Ujar Lisya sambil menggerak gerakan tangannya didepan wajahku.

"E-eh ke-kenapa? Ada apa? Lo gapapa kan sya?," Aku yang tadinya terbengong tersadar karena Lisya memanggil ku.

Tiba tiba Lisya memegang jidatku "Nggak panas ah, Lo yang kenapa ral? Dari tadi bengong, senyam senyum sendiri, Wah kayaknya ada yang nggak beres nih,"

"Mmm, sya tadi gue papasan sama kak Rey. Terus abis itu kita eye contact. Terus gue baper hihihi," Jawabku sambil senyum unjuk gigi.

"Eh cieee!!! Kayaknya lo udah mulai suka sama kak rey deh sampe baper gitu lonya ral," Pernyataan Lisya yang membuat badanku membeku.

Tanpa sadar sebuah lengkungan senyum terbentuk di bibirku.

Mungkin.

**********

Dryan POV

Saat sedang berpapasan tadi, aku merasa ada yang aneh dengan tatapannya.

Tatapan itu berbeda dari yang lain.

Selama ini memang banyak yang memperhatikanku. Sampai aku hafal siapa saja.

Tapi, dia berbeda.

Ntahlah, tapi aku yakin ia menyukai ku.

**********

Author POV

[1 month ago]

Rallina sedang berdiri di depan koridor Sekolah. Seperti biasa, melihatnya dari kejauhan. Tentang perasaan nya, ia semakin mengakui keberadaan perasaan ini.

Saat sedang memperhatikan Dryan, tiba tiba datang Tifa, dan ia duduk di sebelah Dryan.

Rallina yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa menahan rasa sakit.

Dryan dan Tifa asik mengobrol, tertawa bersama, saling melempar senyum satu sama lain.

Rallina yang melihatnya hanya tersenyum miris.

"Apapun yang membuatmu bahagia, tak apa aku sakit sendiri disini. Semua ini, karena aku ingin melihatmu tersenyum."

**********

Dryan POV

"Iya, tadi dia sosweet gitu Rey!" Seru Tifa sambil tersenyum.

Tifa, ia memang satu satunya perempuan yang dekat denganku. Tapi, bukan berarti kita mempunyai hubungan. Memang, banyak orang yang mengatakan jika aku berpacaran dengannya. Tifa saja sudah mempunyai pacar. Terkadang, aku merasa tidak enak dengan pacar Tifa, tapi ia mengatakan tak apa jika hanya bersahabat.

Aku pernah mempunyai perasaan kepada Tifa, ya mungkin karena sudah terbiasa selalu dengannya. Tetapi, Tifa tidak pernah menyadarinya. Akupun bangkit dan mulai merelakan Tifa. Dan sekarang aku hanya bersikap layaknya kakak yang mendengar curhatan adiknya.

"Sosweet kenapa?" Tanyaku kepada Tifa.

"Tadi kan gue lagi ngambek sama Kak Angga, terus dia gelitikin gue. Padahal gue gak suka digelitikin, Terus abis itu dia langsung meluk gue gitu. Sosweet kan Rey?" Jelas ia panjang lebar. Aku hanya tersenyum. Yang ia curhatkan memang selalu sama sampai aku bosan mendengarnya.

"Eh Rey, lo gak ada gebetan gitu? Dingin bat lo kayak es batu," Aku memang masih ragu yang namanya cinta atau apalah itu. Karena trauma, dan kejadian itu yang selalu berputar di kepalaku. Mereka cinta, dengan kekerasan, dan saling menyakiti satu sama lain. Sampai sekarang, aku belum pernah merasakannya untuk seseorang. Tapi kenapa aku yakin sebentar lagi aku mulai merasa? Apa karena dirinya? Ini yang aku ragukan, selama ini ia selalu memperhatikan ku. Terkadang aku risih dengan sikapnya. Tapi, lama kelamaan aku merasa ia sangat perhatian atau yang anak-anak sekarang katakan "baper".

Yang aku ragukan, apakah dengan seperti itu bisa menumbuhkan perasaan? Menurutku ini lucu, hanya dengan sikapnya aku terkadang luluh. Ya, yang bisa merasakan lelehnya diriku hanya aku. Tapi apa dia sadar?

"Nggak tau gue," Jawabku.

"Hmm, si Rallina dari dulu merhatiin lo mulu loh Rey. Btw, orangnya ada disitu," Tifa melihat ke arah depan. Dan saat aku melihat ke arah depan, Rallina seperti salah tingkah. Tapi, pada saat ia melihat ke arah ku, dari sikapnya ia seperti memendam sesuatu. Apakah ia cemburu karena aku dekat dengan Tifa? Tiba tiba ia bangkit dari tempatnya, dan pergi.

"Tuhkan Rey, dia kabur. Dia tuh dari tadi merhatiin kita. Lo peka gak sih?" Tanya Tifa sambil memelototi ku.

"Peka mah iya aja tif, cuma gue gak yakin,"

"Lo itu, kayak gitu gak yakin? Gue yang jadi cewek bisa ngerasain apa yang dia rasa," Kata Tifa.

"Sebenernya cinta gak butuh sama yang namanya hubungan, tapi buat ngebuat perasaan makin jelas. Makannya, seperti biasa banyak orang yang pacaran. Lo itu tipe orang yang gak mau pacaran, lo gak butuh kayak gitu. Tapi, kepastian itu harus. Karena yang cewek butuhkan kepastian," Tiba tiba Tifa membicarakan hal yang menurut ku tidak nyambung.

"Lah kenapa jadi ngomongin kayak gitu?" Tanyaku heran.

"Ntah kenapa, gue yakin lo bakal ngerasain kayak gitu. Yakin aja gitu kalo lo susah buat ngasih kepastian buat cewek, apalagi dengan sikap lo yang cuek bebek," Kata Tifa.

Akupun hanya geleng geleng kepala dan tersenyum.

Mungkin nanti.

Atau bahkan saat ini, aku sudah mulai merasakan.

**********

Part four.

Hai hai! Ceritanya makin gak jelas, author pusing niih wkwkwk.

Semoga bisa suka ceritanya walaupun tambah nggak jelas!

#MaafkanAuthor

:)












You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang