"Woy ral," Lisya mengagetkan Rallina yang sedang membaca novel.
"Udah gue bilang, gue ga suka dikagetin," Rallina menatap tajam kearah Lisya.
"Hehehe maaf Raaal, gue pingin bilang sesuatu soalnya,"
Rallina mendecih, "Mau bilang apaan lo?"
"Tian ngajak balikan," Rallina sudah menduga bahwa Tian akan melakukan hal itu kepada Lisya.
"Ya terus?" Rallina hanya membaca novelnya cuek.
Sebenarnya Rallina tau apa maksud dari Tian yang meminta Lisya kembali.
"Ih nanya lagi bocah, ya terima atau nggak?"
Rallina mengalihkan pandangannya ke arah Lisya.
"Lo masih sayang sama Tian? Lo gak bakal nyesel kalo lo balikan dan hal itu terjadi lagi? Gue tau semua bisa berubah, tapi apa lo yakin Tian bakal berubah?" Jelas Rallina.
"Iya gue tau Tian emang brengsek, ya di sisi lain, gue masih sayang sama Tian,"
Rallina mendesah, "Yaudah terserah lo sya, semua konsekuensi nya kan ada di lo, gue ga berhak ikut campur urusan lo sama si Tian, tapi kalo kata gue, jangan terima dia lagi,"
"Tapi gue masih sayang sama Tian ral,"
"Yakan gue udah bilang, semuanya terserah di lo, lo mau balikan sama dia atau nggak," Rallina beranjak dari tempat duduknya lalu pergi.
Lisya terheran, "Rallina kenapa?"
*****
Dryan memperhatikan Rallina yang sedang melamun dari kejauhan.
Dryan membatin, kenapa Rallina keliatan murung hari ini?
"Woy bro, liatin siapa lu?" Suara Gio mengagetkan Dryan.
"Gak ngeliatin siapa siapa," Jawab Dryan.
"Alah kipak lu, coba gua liat," Gio mencari objek yang Dryan lihat tadi.
"Oooohh lu liatin tu bocah ya," Gio menunjuk ke arah Rallina.
"Apaansi nggak,"
"Alah ngeles macem bajaj lu, udah jujur aja, kayak lu gak pernah ngomong ama gua aja si," Ujar Gio sambil menepuk punggung Dryan.
"Aduh sakit bego, ya yaudah kalo gua liatin dia kenapa?" Dryan terus menatap ke arah Rallina.
"Ekhm, kayaknya lu utang cerita banyak sama gua Rey, lu ngenyembunyiin sesuatu ya dari gua?!"
"Gua gak ngenyembunyiin sesatu jir,"
"Ih tukan ngeles lagi sekarang lu kayak kopaja,"
Dryan langsung menempeleng kepala Gio, "Bego, kopaja nggak ngeles, yaudah iya gua jelasin, tapi lu gausah banyak bacot,"
"Iye elah selo, apaan apaan?"
"Sebenernya dari awal gua ketemu dia, dia kayak ada yang beda gitu, hal yang beda itu buat gua penasaran Gi," Kata Dryan.
"Dari cara dia mendang gua, tingkah laku dia di dekat gua, walaupun dia gak pernah ngomong sama gua, cuma di chat sih, gua tau kalo dia merhatiin gua," Lanjut Dyan. Tiba-tiba Gio terbahak.
"Kok lu ketawa? Gak ada yang lucu," Kata Dryan menatap Gio heran.
"Ngarep bege lu," Ucapan Gio membuat Dryan terdiam.
"Galah gua bercanda Rey, EH TAPI SERIUS DEMI APA?! LO GAK BOONG KAN REY?! LO BOONG, GUE GOROK GAMAU TAU," Gio langsung histeris bukan main.
"Brisik lu kayak dijah yellow, ngapain juga gua boong sama urusan beginian," Tatapan Dryan beralih ke Rallina yang sedang memperhatikannya.
Rallina yang kepergok sedang melihat kearah Dryan, salah tingkah.
"Ekhm, bakal jadi next target nih Rey,"
"Apaansih lu, lu kira gua ngincer apaan tau make next target segala,"
Gio melihat ke arah Rallina yang sedang memperhatikan Dryan.
"Lo emang gak boong Rey, dia ngeliatin lu mulu, nah udah nih kalo kayak gini, langsung aja Rey,"
"Lu tau gak segampang itu," Gio tau apa maksud dibalik pernyataan Dryan.
"Jangan lihat masalah mereka Rey, ini tentang lo bukan tentang mereka, buka pintu hati lu, gua yakin kalo lu mau buka pintu hati lu itu, ini bakal jadi cerita terindah di hidup lu,"
Dryan tertawa, "Kocak lu kalo lagi kayak gini, efek si Tiara nih,"
"Eh gua serius dongo, denger penjelasan lu tadi yang lu bilang kalo itu bocah keliatan beda di pandangan lu ngebuat gua yakin kalo kalian bakal punya kesan yang berbeda dari yang lain," Jelas Gio.
Dryan terlihat berpikir keras.
"Liat aja nanti Gi, eh gua balik yak, ntar dicariin nyokap,"
"Yaudah lu pikirin dulu aja, tapi kalo sampe lu gak mau gua gorok lu beneran, yaudeh sono, oh ya salam buat tante Liana sama abang lu yak, ntar bilang lain kali gua bakal ke rumah tante Liana kalo tante Liana bikinin kue buat gua,"
"Dih apeng bocah, tenang aja gak bakal gua bilangin," Dryan langsung berjalan menuju parkiran untuk pulang.
"KAMPRET LU REY,"
*****
"Bi, mama kemana?" Tanya Rallina kepada Bi Fatimah.
"Tadi ibu keluar mau ketemuan sama temannya dek," Jelas Bi Fatimah.
"Oh yaudah bi aku ke kamar dulu," Rallina pun langsung berjalan menuju kamarnya.
Rallina membuka pintu dan mengganti bajunya.
Tiba-tiba handphone Rallina berbunyi.
*You have 1 line notification*
Rallina pun mulai mengecek.
Tian : gua ada di depan rumah lu.
Rallina menggeram kesal. Ia langsung membuka pintu kamarnya dan menuju ke bawah. Lalu ia membuka pintu.
"Lo ngapain kesini sih? Ganggu aja,"
"Gua pingin ngomong sama lu tentang Lisya," Ujar Tian.
"Ke taman belakang," Rallina dan Tian pun berjalan ke taman belakang.
"Mau bahas apa lagi?"
"Gua ga mau tau Lisya harus jadi milik gua lagi,"
Rallina tersenyum sinis, "Gila, gua gak bakal mau Lisya balik ke tangan lo lagi, apa lagi lo cuma ngepermainin dia, dan lo harus tau Lisya emang sayang banget sama lo, tapi gue gak sudi kalo dia balikan sama cowok brengsek kayak lo gini,"
"Gua tau gua brengsek ral, gua hanya ngepermainin hati perempuan, tapi gua pingin dia,"
"Maksud lo apa?"
"Gua mau ngambil 'harta yang paling berharga' dari dia,"
Rallina langsung menampar Tian, "Dasar cowok brengsek! Gue gak bakal ngebiarin lo ngambil Lisya!"
Tian hanya tertawa, "Sebentar lagi dia ada di tangan gua," Tian pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi.
Rallina mengepalkan tangannya, "Brengsek,"
*****
Part Six.
Hope you like it guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
You & Me
Teen FictionIni adalah awal dari cerita kita. Just you and me who understand what the purpose behind this. -Rallina & Dryan-