Three||Naya

75 9 0
                                    

NAYA POV

Sepulang sekolah aku benar-benar badmood. Bagaimana bisa aku bertemu lagi dengan seorang Daffa?

Ini lebih buruk dibanding nilai ulangan ku yang jelek. Aku merebahkan tubuhku dikasur sambil memandangi langit-langit kamarku.

Tidak sengaja aku teringat kejadian itu lagi. Errrrr itu membuat ku muak sendiri karna terus dihantui bayangannya.

Aku mengacak rambut ku kasar lalu beranjak mengambil ponsel ku ditas. Dan berniat mengirimkan chat kepada Lala.

To: Lalemot

LALA JALANNNN YOKKK!!!!

Sent

Karena hari ini aku merasa sangat-amat badmood tidak ada salahnya kan mengajak sahabat jalan-jalan.

From: Lalemot

Selo aja Nay, iya deh tunggu 15 menit gue sampe rumah lo.

Aku tersenyum membaca chatnya. Lala memang benar-benar sahabat yang baik.

Tok tok tok

Tuhkan Lala emang moodbooster gue banget. Batinku

Aku langsung membuka pintu kamar ku dan yang kudapati dihadapan ku ini seorang Lala dengan senyum lebarnya.

Nggak biasanya nih anak. Batinku lagi.

"NAYAAAA IHHHH KOK BENGONG SIH TUNGGU APALAGI AYOOO!!!" serunya bersemangat.

Aku menutup pintu kamarku terlebih dahulu. "Yuk La pamit dulu sama nyokap ya." Ucapku lalu menuruni tangga disusul dengan Lala.

"Rumah lo sekarang sepi ya Nay." Ucap Lala.

"Ya lo kan tau sendiri La kakak kembar gue hak asuhnya sama bokap dan mereka pindah keluar negri." jujur saja aku sedih bila disinggung tentang hal ini.

"Sorry Nay gue nggak maksud buat lo keingat kejadian buruk itu lagi." Ucap Lala menyesal.

Bahkan sampai saat ini gue terus keingat kejadian buruk itu terus. Batinku sambil menghembuskan nafas kasar. Terlalu banyak masalah ku saat ini hhh.

Aku dan Lala langsung pergi kearah taman karna pasti disanalah bunda sedang berkutat dengan laptopnya. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya untuk menghidupiku.

"Bun." Panggilku. Bundaku menoleh, "Kenapa Nay? Bunda lagi sibuk." Katanya lalu kembali berkutat dengan laptopnya.

Aku mendengus sebal, selalu saja begini batinku. "Naya sama Lala mau jalan Bun bo--" belum sempat aku menyelasaikan bunda sudah lebih dulu memotong pembicaraanku, "Yaudah sana pergi kalo kamu pulang pas bunda nggak ada, kamu nginep aja dirumah Lala." ucapnya tanpa melihat kearah kami. Ya dia terlalu sibuk.

"Kenapa masih diam disini? Udah sana pergi, bunda sibuk." Ucapnya lagi ketus. Hm entahlah dia ini masih bisa disebut bundaku atau tidak? Sifatnya tidak seperti seorang ibu kepada anaknya.

Lalu aku menarik Lala untuk segera meninggalkan taman belakang rumahku. Menuju pintu utama untuk keluar lalu masuk kedalam mobil dengan Lala yang mengendarainya.

"Nay gue rasa lo lebih baik ikut bokap lo deh." Ucap Lala.

Aku juga dulu sempat berpikir seperti itu. Tapi saat aku meminta ijin pada bunda untuk ikut dengan ayah, bunda malah memarahiku. "Dulu gue maunya juga gitu La, tapi gue nggak bisa melawan alur hidup gue yang menyedihkan ini dan penuh drama." ucapku sambil mengusap air mataku yang entah kapan sudah terjatuh begitu saja.
Hidup tak selamanya menyedihkan. Kata itu seperti penyemangat hidupku.

"Emm Nay ada yang mau gue bilang ke lo sebelum semuanya terlambat dan lo benci gue terus hidup lo makin menyedihkan gara-gara nggak punya temen selain gue maka dari itu gue mau ngasih tau kalo--" ucap Lala menggantung dia seperti belum siap mengatakannya. Dan aku masih setia menunggunya bicara. "Gue sama Daffa itu saudara Nay, saudara kembar." Ucap Lala sambil terkekeh dengan wajah tanpa dosanya.

A n d

B O O O O M M M M

Aku salah dengar mungkin? Bahkan mereka berdua tidak cocok dikatakan kembar. Dimana kemiripannya? Aku tidak menyadari padahal aku selalu sekelas dengan mereka berdua dan Lala selalu menjadi teman sebangku. "La gue salah denger kan?" ucapku heboh. Lala memberhentikan mobilnya ditepi jalan. "Gue nggak bohong Nay, apa lo nggak sadar dengan nama belakang gue yang jelas-jelas sama kek Daffa heh?" ucapnya.

Daffa Ardianata Nugraha.

Nabila Ardiana Nugraha.

Oh iya! Bisa-bisanya aku tidak sadar dengan nama mereka berdua yang terbilang memang mirip. "Lo nggak marah kan Nay?" Ucap Lala hati-hati.

Aku menghembuskan nafas ku pelan lalu menatap Lala. "Seperti lo bilang tadi ini belum terlambat dan gue nggak marah ini satu fakta yang menyenangkan bagi gue La!" Ucapku antusias.

"Menyenangkan?" Tanya Lala bingung. Aku mengangguk. "Lo pikir aja sendiri La, gimana bisa perasaan gue berubah sedangkan Daffa makin ganteng gitu." Ucapku.

Lala melotot kaget lalu kembali menyetir mobilnya. "Fix lo aneh Nay gue kira lo bakal marah terus mencak-mencak, terus lo nggak mau temenan sama gue terus lo--"

"Oh jadi lo udah bosen nih temenan sama gue?" Ucap Naya cepat memotong pembicaraan sahabatnya lagi.

"Bukan gitu maksudnya dodol gue cuma kek merasa wow aja punya temen seaneh lo eh kerumah gue aja yuk sekalian lo nginep." Ucap Lala itu sukses membuat mata terbelak kaget. kalau aku nginep dirumah Lala itu berarti aku bertemu dengan Daffa? Membayangkannya membuat aku tersenyum geli.

"Udahan sih nggak lo nggak bang Daffa senyum-senyun gaje gitu."

"SERIUSAN LO LA? AH PASTI DAFFA NGEBAYANGIN GUE TUH SECARA KAN GUE CANTIK SEKARANG KETIMBANG DULU." ucapku dengan penuh percaya diri.

"Najis Nay pede amat lo hii." ucap Lala bergidik ngeri.

"Eh Nay kalo lo bedua sama-sama suka--?"

"GUE SAMA DAFFA AKAN PACARAN LALU MENIKAH DAN MEMPUNYAI ANAK TERUS HIDUP BAHAGIA." ucapku lagi dengan toa.

"Gue ngeri aja kalo sampe lo jadi ipar gue." Ucap Lala sambil tertawa.

Entahlah keduanya sangat bahagia hari ini.

▶▶▶▶

sikap aneh seseorang itu langka, dan membuat siapapun yang bertemu dengannya akan merasa istimewa karena bertemu dengan orang yang langka.




Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang