Baper

86 6 0
                                    

"Ini non cokelat panasnya," Mbok Yem meletakan cokelat panas diantara Rasyah dan gue.

"Makasih ya mbok." ucap gue dengan senyum termanis yang gue punya.

"Kalau perlu apa-apa tinggal panggil mbok aja ya non. Mbok ke dapur dulu."

"Siap mbok."

Gue menyeruput cokelat panas yang selalu menjadi favorit gue setiap saat. Begitupun dengan Rasyah, sesekali Ia menyeruput cokelat panas seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling taman rumah yang berada dihadapannya.

"Rumah lo sepi banget deh za. Lo tinggal cuma sendiri?

"Enggak. Nyokap sama bokap emang suka tugas ke luar kota, kalo kak Rania kuliah dan biasanya dia pulang kerumah malem."

Rasyah hanya ber-oh ria mendengar penjelasan gue.

"Pasti Kakak lo cantik kaya lo deh." ucap lelaki itu dengan pandangan menerawang kedepan.

"Hah? Apa syah?" tanya gue.

Sebenarnya gue mendengar apa yang baru saja lelaki itu katakan, hanya saja gue ingin mendengarnya sekali lagi , untuk memperjelas perkataan lelaki itu.

"E-eh itu, pasti cantikan Kakak lo kan daripada lo?" ledek Rasyah itu.

"Enak aja lo, Cantikan gue lah."

"Masa? Buktinya lo masih jomblo."

"Kaka gue juga jomblo, sotoy." jawab gue ketus.

"Tapi keliatan lo ngenesnya." ledek Rasyah.

"Apa kabar sama lo? Heh?"

"Jomblo juga sih. Haha.. "

"Ngaca makanya, mas."

"Yaudah lo kan jomblo gue juga, gimana kalo kita.. "

"Kita apa?" tanya gue, menatap Rasyah intens.

"Kita.. " Rasyah masih menggantungkan kalimatnya.

Gue menaikan kedua alis menunggu perkataan Rasyah.

"Kita jadi- "

"Jadian?" kata-kata itu dengan mudahnya terlontar dari bibir mungil gue.

Sontak gue menutup mulut setelah mengucapkan kata-kata itu.

"Ngarep jadian sama gue lo yaa? Hayo? Ngaku lo! Haha.. " goda Rasyah.

Gue hanya bisa menekuk wajahnya mendengar godaan Rasyah.

Malu? Banget.

Aza lo frontal abis.

Muka lo mau ditaro dimana za? Bagus.

"Tuh kan diem, berarti iya kan? Haha.."

"Apaansi lo, ewh. "

"Aza muna deh." jari telunjuk Rasyah itu memegang dagu Aza.

"Tapi emang bener lo mau ngomong itu kan?" tanya gue ketus.

"Big no! Gue mau ngajak lo jadi partner buat nyari pasangan hidup."

"Partner?" gue membeo.

"Yaps. Partner."

"Maksud lo?"

"Lo tau kan yang waktu itu gue pernah ngasih tau lo kalo akhir-akhir ini gue sering dapet surat?"

"Heeh, so?"

GOLDEN FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang