Mereka ngapain?

97 2 0
                                    

AZA POV
Cahaya matahari menembus kamar gue, mata ini yang masih ingin terpejam terpaksa terbuka secara perlahan. Kepala gue terasa begitu berat pagi ini.

Gue bangkit dari tempat tidur untuk merapatkan horden, hingga tak ada cahaya matahari yang masuk. Setelah tertutup dengan rapih, gue kembali merebahkan diri di atas tempat tidur.

Baru ingin memejamkan mata, terdengar ketukan pintu yang mengganggu. Tak memperdulikan ketukan tersebut, gue mencoba untuk tidur kembali.

Kali ini ketukan pintu semakin kencang, dibarengi oleh teriakan yang cukup ampuh mebangunkan satu kelurahan, gue serius. "Aza, bangun sekolah."

Gue makin merapatkan selimut dan menutup kedua kuping dengan bantal. Memang suara teriakannya tak lagi terdengar. Tapi, gue merasakan cahaya matahari kembali masuk melalui celah selimut yang gue kenakan.

Gue mencoba membuka mata perlahan, dari balik selimut gue melihat keluar, ternyata Kak Rania yang membuka tirai, mata ini menyesuaikan cahaya yang masuk, "ka apa-apaan sih?"

Gue berjalan menutup horden, lalu kembali berbaring diatas tempat tidur,"gue masih ngantuk tau."

Tak berapa lama Ka Rania menarik selimut yang gue kenakan secara perlahan, tumben.

Kaya ada yang aneh.

Biasanya dia kasar kalo bangunin gue, kaya nge-cek musuh bubuyutan buat mastiin dia udah K.O atau belum.

"Bangun dulu za."

"Ini kan hari sabtu ka, gue libur. Ah gue masih ngantuk."

"Sabtu lo libur ya?"

"hm. Sono ah ka, gue masih ngantuk tau." gue mengibaskan tangan ke udara.

Kak Rania diam beberapa saat, setelah itu menangis dengan suara perlahan. Gue dapat merasakan bahwa tubuhnya bergetar.

Gue membuka mata sedikit, Ka Rania menangis. Gue mendudukan tubuh diatas tempat tidur, menatap Ka Rania beberapa kali untuk memastikan bahwa dia serius. Ternyata dia memang benar menangis, setelah mengetahui itu rasa kantuk yang sedaritadi gue alami, musnah begitu saja.

Gue mendekatkan diri kearah kak Rania dan memeluknya, sesekali mengelus punggungnya agar tangisnya mereda, setelah itu baru gue ingin menanyakan pertanyaan hal apa yang bikin dia nangis kaya gini.

Ka Rania bukan tipikal cewe yang mellow, dia termasuk dalam kategori cewe ceria yang jarang banget nangis. Jarang banget. Biasanya dia nangis karena emang ada yang bener-bener bikin hati dia sakit.

"ka lo gapapa?" tanya gue perlahan.

Ka Rania hanya menjawab dengan gelengan.

Gue paling nggak suka liat Ka Rania nangis, ya walaupun gue suka berantem, dia juga sering rese. Tapi gue nggak suka liat dia sedih. Itu bikin hati gue sakit juga.

"lo diputusin?"

Kak Rania menatap gue sebentar setelah itu kembali memeluk gue, "punya pacar aja belom za."

Gue menggaruk kepala gue yang tak gatal, "o-iya, gue lupa kita kan samaan."

Kak Rania semakin terisak.

Gue terus mengelus punggung Kak Rania, bingung harus melakukan apa. Gue nggak tau masalahnya apa yang ngebuat Kak Rania nangis kaya gini, "lo lagi pms ya, makanya mellow gini?"

Kak Rania kembali menggelengkan kepalanya.

Gue menggaruk tengkuk yang tak gatal, "lah terus?"

"Hari ini temenin gue shopping, please."

GOLDEN FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang