0.0

7.6K 688 210
                                    

Author

Ditariknya tirai jendela berwarna putih susu itu ke arah yang berlawanan, sehingga memberinya akses untuk dapat melihat keluar jendela.

Selanjutnya, ia melempar pandangan pada the one and onlynya, yang tengah terlelap dengan dengkuran halus yang melolos dari bibir merahnya- bibir yang selalu ia suka.

"Sayang." panggilnya halus. Jemarinya yang semula mengelus puncak kepala lelaki berambut hitam itu, kini berpindah dari telinga, kemudian menuju pipinya.

Pipi lelaki itu memang tiada tandinganya.

"Mhm," racaunya, kemudian membuka kedua mata cokelatnya secara bertahap.

"Selamat pagi, Calum."

"Pagi, Summer."

Dan dengan itu, keduanya menautkan bibir mesra.

What a perfect morning with kisses.

**

"Kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal, Calum?" Summer mendesah panjang, meletakkan ponselnya di meja.

Sementara lelaki yang sudah menjadi kekasih Summer selama dua tahun ini hanya memutar bola mata cepat.

"Aku pergi kapan sajapun, itu bukan urusanmu, Summer." sahut Calum tidak kalah kesalnya dengan Summer.

"Tentu saja itu urusanku. Kau akan pergi tur Calum. Kau akan jauh dariku-"

"Jangan bertingkah seperti ini pertama kalinya aku pergi meninggalkanmu demi tur, goddamnit, Summer!" sahut Calum setengah berteriak. Dengan kasar ia mendorong piring berisikan pancake menjauh dari wajahnya. "Aku jadi tidak lapar lagi karena kau."

"Cal." Summer mengalah, menatap kekasihnya dengan pilu. "Aku hanya- aku hanya tidak ingin kau melakukan kesalahan yang sama."

Calum tidak menjawab, namun hanya menaikkan kedua alisnya yang bertautan.

"Kau tahu, siapa aku dulu. Dan, aku tidak ingin kau menemukan aku yang lain." Summer meletakkan pisaunya kemudian meraih tangan Calum untuk digenggam, ia meremasnya halus. "Aku tidak ingin kehilanganmu."

"Apa maksudmu?"

"When you put four young dudes on a tour bus, playing theatres, then arenas, you're going to have sex with a lot of girls, I guess."
(if youre wondering, ini gue kutip dari kata-kata luke di interview rollingstone magazine:))

Calum segera menarik tangannya dari Summer, rahangnya mengeras. "Jadi maksudmu? Aku akan bermain grupi lagi? Iya?"

"Calum, aku hanya-"

"Kau tidak percaya padaku, Summer Vivian Gold?"

Summer menggeleng kecil, "Bukan begitu maksudku-"

"Lalu apa! Jelaskan!" Calum Hood, si pemotong pembicaraan orang lain berkata lagi.

"Calum, aku tidak ingin kehilangan kau! Di luar sana ada banyak gadis cantik yang mengantrikan tiket to ride your dick! Apakah kau lupa, dulunya aku juga grupi yang kebetulan nasibnya mujur karena bisa berpacaran denganmu? Hah?

Ada banyak sekali- mereka, gadis diluar sana yang siap menggantikan posisiku kapanpun!"

Sembari mengusap air matanya yang berlinang, Summer masih menunggu respons Calum yang belum mengucapkan sepatah pun.

"Jadi, kau tidak mempercayaiku?" ucap Calum setelah cukup lama bungkam.

"A- aku.." air mata Summer kembali deras, "Aku ingin kau membuktikan padaku bahwa kau PATUT dipercaya."

"Baiklah, baiklah!" Calum berdiri dari tempatnya, menendang kursi di hadapannya kemudian berlalu.

**

Sepanjang perjalanan menuju bandara, hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Baik Calum, maupun Summer, tidak ingin membuka percakapan semenjak kejadian tadi pagi.

Bagi Summer, bentakan dan jawaban-jawaban sarkas dari Calum sudah bagai nasi dan garam, makanan sehari-harinya.

Namun, tadi pagi, Calum benar-benar sudah kelewat menyebalkan.

Keduanya turun dari mobil, ketika Summer hendak membantu Calum dengan bawaannya, Calum justru mendorong tubuh Summer kemudian berjalan melewatinya.

"The fuck, Calum." desis Summer menatap punggung Calum yang semakin berjalan menjauh.

Summer kemudian mengekor Calum dari belakang yang berjalan makin cepat. Tak lama kemudian, keduanya menangkap ketiga sosok kawan Calum yang sudah menunggu di salah satu lobi.

"Hei, dude." sapa Luke, kemudian melempar pandangan ke Summer.

"Hei, Summer, kau ini pacar yang baik ya. Arzaylea saja tidak mau mengantarku ke bandara." ujar Luke dengan nada sedih dibuat-buat.

"Ha, biasa saja." jawab Calum memutar bola mata. Summer yang berdiri di sampingnya pun segera memukul lengan Calum gemas.

"Kau ini, sudah diantar malah tidak berterimakasih."

Calum menoleh pada Summer yang berdiri setinggi bahunya, kemudian tersenyum selebar mungkin. "Yayaya. Thanks."

"Baiklah, bukankah kita harus berangkat?" tanya Michael sambil menarik kopernya. "Aku tahu kau tidak bisa jauh-jauh dari Calum, Sum. Namun kami harus tur untuk promosi album-"

"Ya, ya. Aku mengerti, red head." ledek Summer mengacak rambut Michael.

Dan dengan itu, keempatnya memberikan salam perpisahan pada Summer dan berjalan menuju pesawat.

Summer menatap Calum dari kejauhan, berharap ia tak harus pergi lagi. Berharap agar Calum dapat membuktikan bahwa ia dapat dipercaya.

Berharap, Calum tidak menemukan another groupie.

Bak kesetanan, Summer segera membuka tasnya dengan tergesa dan mengaduk isi tas untuk mencari ponselnya.

To: Ashtund

Aku tak tau harus menitipkan Calum pada siapa bila bukan engkau.

***

a/n

jadi tadi gua lagi baca ulang story groupie gua, dan tiba-tiba dapet ide HAHAHA /tawa bejad/

vote, maybe?;)

-cac

Another Groupie (sequel to Groupie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang