Chap 6

26 4 0
                                    

"Kak, sadar kak" Farah dan Reno menguncang-guncangkan tubuh Kak Frans. Sedangkan aku mengolesi minyak kayu putih tepat di hidungnya. Tadinya dia memang kejang-kejang, tapi sekarang kondisinya sudah mulai membaik. Tak lama, Pica dan Vino datang membawa obat dan beberapa makanan. Aku memperkirakan kalau sekarang sudah jam tujuh malam, dan aku pergi ke pinggiran danau untuk merenungkan sesuatu, sedangkan mereka kutinggal begitu saja.

"Bryan, gue rindu sama lo, rindu dengan semua canda dan tawa lo. Maafin gue, gue gak bisa ngelindungin lo, maafin gue, Yan"

"Bryan, gue janji, gue gak akan pernah melupakan semua kenangan kita, kenangan kelas sepuluh, kenangan bersama Farah dan teman-teman, kenangan membuat dreamcatcher sama lo. Dan gue janji gue gak bakal sayang sama orang lain selain elo"

Aku rindu dengannya, rindu dengan semua tingkah konyolnya. Sayangnya, dia tak bersamaku, dan selamanya tak akan pernah lagi bersamaku.

-☆-

"Gwen, lo ngapain disini sendirian? Kak Frans udah sadar tuh, dia nyariin lo" Farah menghampiriku. Kak Frans sadar? Apakah itu suatu berita besar? Apakah itu seperti aku menjadi pemenang Miss Universe? Apakah aku harus bergembira sambil berpesta? Big no! Jawabanku hanya sebuah kata.

"Oh!"

"Ayolah, Gwen. Dia nyariin elo, lo harus bisa ngebuka hati lo buat orang lain, jangan cuma terpaku dengan Bryan, sadar Gwen, dia udah pergi jauh dari dunia ini dan dia juga udah ninggalin lo"

"Stop! Bryan gak pernah pergi dari gue, dia selalu ada di hati gue, dia gak akan pernah ninggalin gue. Dan gue gak bakalan buka hati gue buat orang lain selain dia. Jadi, jangan pernah bilang yang nggak-nggak tentang dia! Lo tau kan dia? Dia temen lo, lo gak boleh kayak gitu Far. Lo..tega..Far"

"Bu-bukan itu maksud gue, Gwen. Gue juga terluka ngelihat lo terluka, kita sahabatan Gwen. Gua gak akan pernah berniat jahat sama lo. Gue minta maaf kalau soal Bryan, tapi gue cuma ngebantuin lo buat keluar dari semua keterpurukan ini. Gue mau Gwen yang dulu, ceria, periang, enjoy dan selalu tersenyum. Gue pengen lo kembali, kembali menjadi Gwen yang sebenarnya, Gwen yang ada di kelas sepuluh. Gwen Byanca yang selalu bersama Bryan Dirgantara. Gue..udah nganggap..lo kayak adek gue sendiri. Gue sayang sama lo"
Farah langsung memelukku, aku tak sadar, ternyata air mata sudah membanjiri wajahku. Farah memang sahabatku, sahabat terbaikku.

"Gue juga minta maaf sama lo, Far. Mungkin gue udah kalut banget, sorry ya Far" Aku memeluknya makin erat.

Aku dan Farah masih terlarut dengan suasana hingga kami tak menyadari sepasang mata yang sudah memperhatikan kami sedari tadi.

"Maafin gue Yan, gue gak yakin kalau bisa nepatin janji gue sama lo. Mungkin sekarang saatnya, gue minta maaf"

-☆-

"Lho, mata kalian kok sembap? Kalian habis nangis?" Pica memeriksa mataku seperti dokter mata saja.

"Enggak, tadi gue sama Farah ke tepi danau, terus angin agak kenceng, jadi banyak debu yang terbang terus masuk ke mata kita. Jadi, kita ngucek mata deh, perih. Ya jadi gini akhirnya. Ya nggak, Far?" Aku menyenggol lengan Farah memberi tanda.

"Eh? I-Iya kok"

Aku melihat ke sekitar, mencari seseorang.

"Ren, Vin, Pic, Kak Frans mana?" Reno, Vino dan Pica yang sedang memakan mie instan langsung tersedak dan langsung meneguk air mineral yang sudah dibeli Pica dan Vino.

"Kalian ngapain sih?"

"Uhuk..sumpah, gue gak mimpi kan? Sejak kapan seorang Gwen Byanca..uhuk..bertanya tentang Frans Prakeshwara?"

"Emang kenapa sih?" Aku mengernyitkan dahi.

"Biasanya lo kan jutek plus cuek sama Kak Frans, tumben nanyain dia. Atau jangan-jangan lo kesambet ya? Far, tadi si Gwen melakukan hal-hal yang aneh gak?"
Reno langsung meneguk sebotol air mineral.

"Emang tiap hari dia aneh" jawaban Farah yang singkat.

"Et dah, gue lurusin ya semuanya, yang pertama, gue gak ada kesambet apapun tadi dan yang kedua, gue itu nyariin Kak Frans karena tadi kata Farah dia nyariin gue, kucrut"

"Oke-oke Gwen, sorry" Reno tersenyum dan memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Nah, ntu die"

"Hai semuanya" Kak Frans menghampiri kami sambil memasukkan tangan ke saku celananya.

"Oh, hai kak"

"Hmm..Gwen, gue mau ngomong sama lo, penting banget"

"Tentang apa?"

"Pokoknya penting banget"

"Gak ah, pasti gak penting. Paling cuma mau tentang-"

"Tentang Bryan Dirgantara"

Aku langsung terpaku, begitu juga Farah, Pica, Reno, Vino. Aku langsung menggigit jariku.

"Di-dia ke-kenapa?"

Deaanfi :)

DreamcatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang