Epilog

45 5 0
                                    

Aku mengedipkan mataku berulang kali sambil sesekali memukul pelan pipiku.

"Astaga Gwen, saking kepikiran,
Lo sampe ngebayangin dia"

"Ngebayangin siapa? Ini gue"

Aku perlahan-lahan mengulur tanganku ke tangannya, dan secara ragu-ragu mulai menyentuh tangannya.

Deg!

Tangan hangat ini yang sudah sangat ku rindukan.

"Lo beneran Bryan? Tapi lo kan udah..."

"Iya, gue hidup lagi, karena lo, karena ketulusan lo yang selalu bermimpi dan ingin gue kembali. Gue tau, kalau lo selalu menatap dreamcatcher yang kita buat, sambil mikirin gue. Dan, masalah gue sama Kak Frans, lo gak usah marah sama dia, oke?"

"Ta-tapi, dia udah nyelakain lo"

"Gak masalah, Gwen"

"Tapi, kenapa lo bisa hidup lagi?"

"Gue hidup lagi, karena ada seorang wanita di bumi yang setia sayang sama gue"

Aku menatapnya dalam-dalam, kini tersirat kebahagiaan di wajahku.

"Udah, gak usah nangis"

"Siapa yang nang-is?"

"Tuh, lihat ya bentar lagi nangis tuh"

"Huaaaaaaa....Gue seneng lo kembali Bryan"

"Hmm.."

-☆-

"Hei, Gwen. Lo kenapa sih?"

"Ke-kenapa? Mana Bryan?"

"Ha? Bryan? Dia tapi udah.."

"Gak, tadi dia ada disini kok, gue tadi aja bicara sama dia"

"Lo sakit ya?"

"Gak! Tadi dia disini, sumpah! Gue gak bohong"

"Udah, lo gak usah terlalu mikirin dia, kayak gini kan jadinya"

"Kenapa sih kalian gak percaya sama gue? Tadi dia ada disini!"

"Lo tadi pingsan, Gwen!"

Aku diam membisu..

"Ja-jadi itu gak be-nar? Gue cuma mimpi doang?"

"Mu-mungkin"

Aku langsung terduduk di tanah, menatap langit yang makin kelam dan juga bintang-bintang yang saling bertebaran.

Lo kayak bintang bisa gue lihat, tapi lo gak bisa gue raih, karena lo terlalu jauh ninggalin gue.

Hi, guys.
Dreamcatcher udah siap nih, ceritanya agak-agak gitu ya? Hehehe...emang abal-abal sih.

Tapi, bisa kasih vomments gak?

Salam penulis,

Deaanfi:)

DreamcatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang