Hari ini aku berangkat lebih pagi dari sebelumnya. Tak lupa juga aku menyiapkan tiga bekal hari ini. Bekal pertama pastinya untukku dan sisanya buat para lelaki itu. Aku juga harus meminta maaf ke Luffy karena aku tidak pergi ke ruangannya. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang akan dia lakukan.
"Ma, aku pamit duluan ya!" Aku berlari-lari kecil di sepanjang trotoar pinggir jalan. Udaranya sejuk sekali pagi hari ini. Tidak seperti saat aku naik bus sekolah. Mungkin hari ini aku akan lebih tenang.
Aku merentangkan kedua tanganku, merasakan udara dipagi hari yang masih sejuk. Ingin rasanya mengosongkan pikiran yang penat ini. Belum lagi urusan kerja kelompok itu yang sebentar lagi harus dikumpulkan.
"Marsha?" Aku menolehkan kepalaku kepada seseorang yang memanggilku. "Kamu melupakanku?" lanjutnya.
Aku menggeleng cepat. Lalu aku memeluknya dengan erat. "Aku masih ingat denganmu, Martha," ucapku sambil terkekeh. "Kamu sekolah dimana?" tanyaku.
"Aku sekolah di kota, Sha. Maaf, aku jarang memberimu kabar." Aku mengangguk dan tersenyum, tahu keadaannya yang memang sangat sibuk dengan sekolahnya di sana. "Kamu sekolah dimana?" tanyanya balik.
"Err.. aku di SGS, Martha." Aku menunjuk bangunan yang letaknya tidak seberapa jauh dari tempatnya berdiri. "Aku duluan ya, kalo ada waktu hubungin aku," lanjutku dengan senyuman yang kumiliki dan melanjutkan perjalanan seraya melambaikan tangan ke Martha. Martha membalas lambaan tanganku dan membalas senyumku.
Setibanya di kelas, aku tak menemukan Arya di bangkunya seperti biasa. Mungkin saja telat, pikirku. Tak lama kemudian Miko datang. "Hai," sapanya.
"Hai juga," sapaku balik. "Hari ini melanjutkannya dimana? Aku malas sekali jika di sekolah," lanjutku.
"Di rumahku saja, orang tuaku lagi ke luar negeri." Miko menaruh tasnya di bangku sebelahku. "Aku sini ya?" pintanya.
Aku mengangguk menyetujuinya dan melanjutkan pembicaraanku dengannya hingga waktu menunjukkan lima menit lagi sebelum bel. "Arya kemana ya, Mik?" tanyaku akhirnya.
"Iya, tumben enggak masuk hari ini."
"Dia tak memberi kabar apapun ke kamu?" tanyaku. Miko hanya mengedikkan bahunya.
"Sepertinya kita harus fokus belajar dulu karena gurunya sudah datang, Marsha."
***
"Selamat pagi! Saya di sini untuk menggantikan Mr. Terry selama sebulan karena beliau ada urusan penting. Panggil saya Mr. Rei," ucap seorang lelaki berwajah tampan bak artis hollywood berpostur tubuh tinggi dan berbadan kekar itu yang sedang duduk di atas meja sambil melipat tangan. "Sekarang, gantilah pakaian kalian dengan pakaian olahraga, saya tunggu di lapangan utara dalam waktu 7 menit." Mr. Rei pergi meninggalkan ruangan.
Aku sedikit kaget karena guru yang mengajar kali ini Mr. Rei. Dan betapa tampannya beliau sekarang ini. Kenapa aku tak menyadarinya sejak test penempatan itu? Sepertinya otakku sedikit geser setelah melihat wajah bak malaikatnya itu.
Miko menggamit tanganku menuju ke toilet dengan sedikit berlari karena waktu yang disediakan cuma sedikit. Aku hanya mendengus karena dia mengacaukan fantasi liar yang sedang diluncurkan di dalam otakku.
***
"Seperti yang saya duga, kalian telat satu menit. Untuk hukumannya silahkan lari sepuluh kali lapangan ini. Dilarang berada di dalam ataupun menginjak garis!" suara lantangnya memekikan telingaku. Kudengar siswa-siswa yang lain menggerutu tak jelas dan melanjutkan larinya. Aku dan Miko berlari di belakang siswa yang lain dan melanjutkan perbincangan kami yang sempat tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayaka Gamers School
FantasyMarsha mengikuti ajakan mamanya untuk bersekolah di Sayaka Gamers School (SGS). Sebelum diterima, ia diberikan test untuk menentukan kelasnya. Ternyata Marsha pintar di bidang olahraga. Ia masuk di kelas C. Suatu hari, ia bertemu Luffy. Seorang cow...