Out From City

115 11 0
                                    

"Silauuu, siapa yang menyalakan lampu seterang ini ? Ini terlalu terang" ucapku

Tunggu, lampu apa itu ? Mengapa sangat besar ? Aku tidak bisa menatapnya terlalu lama, itu membuat mataku sakit.

Ahh, aku baru saja merebahi tanaman kecil ini, gawat. Apakah tanaman ini bisa dimakan ? Aku mencobanya dan...

Aku tidak akan mengatakan bagaimana rasanya, sangat buruk. Bagaimana bisa orang menanam tanaman itu ? Pasti orang itu punya selera makan yang buruk.

Aku berjalan-jalan sambil melihat tanaman-tanaman yang belum pernah kulihat. Sampai aku melihat ada 2 orang sedang bermain pasir, langsung kuhampiri mereka.

"Halooo" sapaku ramah

"........." mereka berbalik menghadapku dan menatapku.

"K-kenapa ? Apa ada yg salah ?"

"Tidak, namamu... siapa ?" Suara mereka datar

"Aku azura, kalian ?"

"kehidupan, kematian, masa lalu, masa depan, baik, buruk, kau bisa memanggil kami apapun" ucap mereka bersamaan

"E-eh ? Apa maksud kalian ?

"Apa yang kau inginkan ?" Si laki-laki bertanya.

"A-aku ? Mungkin aku ingin hidup, pergi keluar kota dan kekota lain, melihat cahaya matahari, mengalahkan orang jahat, jadi pacar triza, dan membuat bumi seperti dulu lagi. Bersih, sejuk, nyaman." Ucapku bercanda

"Baik, tapi ingat saat kau meminta sesuatu maka kau akan kehilangan sesuatu yang lain" ucap si perempuan

"Tunggu, apa maksu__"

Belum sempatku menyelesaikan protesku, cahaya yg menyilaukan keluar dari mereka. Sangat terang, aku tidak bisa melihat apa-apa.

"Zur, zuraaa" aku merasa ada yg memanggilku

"Zuraaa, kau sudah sadar ?" Ahh ternyata triza.

"I-iya, apa yang terjadi ?" Kepalaku sedikit pusing

"Kaca pelindung kotamu pecah..." ucap triza lirih

"Ba-bagaimana dengan keluargaku ?" Aku sangat terkejut mendengarnya...

"Mereka tertimpa kaca, semua orang tewas kecuali kamu"

Aku mematung.

Kejadian ini membuat 9 orang morgo tewas dan seluruh penghuni kota kecuali aku. Morgo memakai baju besi mirip zirah yg tentu saja keras, sehingga hanya sedikit dari mereka yg tewas.

Aku tidak bisa menahan tangisku mengingat orang tuaku, teman-temanku, tetanggaku. Aku memang sedikit anti-sosial tapi mereka semua orang baik.

Aku berteriak, menangis keras. Dadaku terasa sangat sesak, sangat sakit. Rasa sedih menyelimuti diriku, badanku lemas tak bergerak.

Triza memelukku erat.

Kami berpelukan tanpa ada obrolan, hanya terdengar suaraku yang menangis.

"Keluarkan semuanya" ucap triza pelan, membuatku semakin menangis keras.

Kemudian aku tertidur dalam pelukan triza, nyaman...

"Hallo, zura..."

Mereka 2 orang yg kutemui di pasir waktu itu.

"H-hallo juga, dimana ini ?" Tanyaku saat melihat air begitu banyak.

"Ini namanya lautan"

Entah kenapa mereka selalu mengatakan secara bersamaan. Lautan ? Aku pernah mendengarnya dari guruku.

"Apa yang kalian mau ? Kenapa membawaku kesini ?" Ini mulai menakutkan

"Kami hanya mau mengatakan..."
"Permintaan pertamamu -keinginan untuk hidup- sudah dipenuhi"

"Tunggu, apa maksud kalian ? Apakah tentang apa yang kuucapkan waktu itu ? Aku hanya bercanda" suaraku meninggi

"Sebagai ganti keinginanmu untuk hidup kami mengambil kehidupan orang di kotamu"

APA ?





2064Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang