Seven

132 6 2
                                    

Aku menunggu lift naik sampai ke lantai 5, dimana apartemen Harry berada. Aku memainkan permainan candy crush di ponselku.

Ting....

Lift terbuka, aku melangkahkan kaki keluar dengan mata yang masih tertuju pada permainan yang mengasyikkan ini.

"Brie!!" Seseorang memanggilku, akupun menengok ke sumber suara.

Binggo. Itu Niall, aku harus jawab apa jika dia bertanya ' apa yang kau lakukan di sini? ' atau 'kau mau menemui Harry? Mengapa kau tak mengatakannya padaku.'

Well, aku tidak mengatakan pada Niall mengenai perjanjian baru kami. Ia hanya sebatas tahu bahwa aku harus menemuinya di apartemen. Aku hanya mengatakan pada Louis, semalam saat ia mengantarku pulang dari apartemen Harry. Aku tidak---

"Brie?" Niall sudah berada di hadapanku dan melambaikan tangan di depan muka ku.

"Ehh--hmm...mm ya?" Jawabku gugup.

"Mengapa kau bengong? Ada apa?" Ia menatapku heran.

"Tidak, tidak ada apa-apa. Hmm.. Apa yang kau lakukan di sini?" Kegugupanku mulai mereda.

"Aku dari apartemen Harry. Oh ya, Harry sudah menunggumu sedari tadi. Kau ini kebiasaan terlambat."

Mulutku sedikit terbuka. Mataku masih menatap lurus dan kaku. Aku menjadi kikuk.

"Kau ini kenapa sih? Dari tadi diam." Niall menyelidik, mencari-cari sesuatu di mataku.

"Eh.. Hmm.. Tidak. Ya, tadi aku baru bangun pukul 7. Jadi.. Yah.." Aku mengalihkan pandangan ke sekitar dan mengelus punggung leherku.

Niall mengangguk-anggukan kepalanya. "Untung saja Harry tidak menyeretmu ke pekerjaan nya. Aku tidak percaya gadis sepertimu bisa memasak dan bersih-bersih."

Apa yang Niall katakan sih? Apakah dia sudah tahu? Tapi kok dia berbicara yang macam-macam sih?

"Maksudmu?" Aku bertanya sembari menyedekapkan kedua tangan di dada.

"Kau jadi asisten rumah tangga Harry, kan? Barusan Harry menceritakannya padaku." Laki-laki pirang ini menaikkan sebelah alisnya.

Lagi-lagi aku dibuat bingung oleh keadaan. Bisa-bisanya Harry tidak berbicara dahulu denganku. Dia kan bisa menelpon atau apalah. Dasar. Berbohong lagi kan.

Mata Niall mulai menyelidik lagi.
"Iya. Hmm..---"

"BRIETHANY..." Seseorang menginterupsi dengan berteriak memanggil namaku. Kuyakin 100% itu adalah suara Si Bajingan Keriting. Untungnya dia menyelamatkanku dari pertanyaan Niall.

"Hmm..Niall maaf aku harus pergi. Bye." Aku mengecup pipi Niall lalu berlalu pergi ke apartemen milik Harry.

Harry membuka lemari besar di ruangan kemarin dan mengambil sebuah wig pirang pendek, kira-kira sebahu. Dia mengajukan padaku.Aku mengernyit, "untuk apa?"

Ia memutar bola matanya, "kau. Siapa lagi memang?" Aku menghela napas sembari menarik kursi untuk aku duduki. "Ya, aku tahu. Tapi untuk apa?" Aku menaikkan nada bicara di akhir kalimat.

Ia hanya menatap datar. Mulutnya yang tadi terbuka mengatup dan mulutnya terbuka lagi untuk mengucapkan " ya untukmu. Kau menyamar, jadi.." Ia mengangkat bahunya.

"Rambut palsu? Sungguh? Haruskah? Lagipula mereka tidak tahu siapa aku." Aku menatap wajahnya dari bawah. Sampai ia menarik kursi juga untuk duduk. Ia menyenderkan punggungnya, " kau yakin ayahmu tidak pernah menunjukkan fotomu kepada siapapun?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Boyfriend is Uncle HarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang