Chapter 4

136 12 3
                                    

Ia terbangun dari tidurnya. Ia mencoba mengerjapkan kedua matanya agar lebih jelas dan ketika ia pandangi sekitarnya, akhirnya ia mrngetahui bahwa dirinya telah berada di rumah sakit. Kedua matanya menangkap sesosok tubuh yang ia kenal benar siapa pemiliknya. Yaotome Hikaru.

Eh?

Sebenarnya apa yang telah terjadi?

Mengapa pria ini tidur di dekatku?, pikirnya.

Ia mencoba untuk bangun namun seluruh tubuhnya terasa sakit dan kaku. Ia meringis kesakitan dan suaranya sukses membuat Yaotome terbangun dari tidurnya.

"Kau tidak apa-apa?", tanya pria bergigi gingsul itu. Dilihatnya Keito menggelengkan kepalanya.

"Ah kau mau duduk? Mari kubantu", katanya lagi menawarkan bantuan. Keito bingung. Baginya ini tidak biasanya melihat Hikaru seperti itu. Bukankah Hikaru yang biasanya amat keras padanya? Bukankah Hikaru yang biasanya tak pernah ingin dekat-dekat padanya?

Lalu apa ini? Bahkan Hikaru yang ini memeluk kedua bahunya untuk membantunya duduk dan bersandar pada tumpukan bantal di belakangnya. Apa dia benar-benar Yaotome Hikaru? Apakah kepalanya terkena pukulan keras dari Yabu?

"A..apa yang sebenarnya telah terjadi?", tanya Keito lirih. Suaranya terdengar lebih parau dari biasanya. Hikaru dengan sigap memberikannya segelas air untuknya sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Yuto menemukanmu pingsan di konser kita dan kami segera melarikanmu ke rumah sakit dan kau baru bangun setelah tiga hari", jelasnya.

"Eh? Selama itu?"

"Kata dokter kau kelelahan dan butuh istirahat. Mungkin karena itu tubuhmu sadar dan beristirahat dengan cukup."

Keito mengangguk mengerti. Ia menatap gelas yang dipegangnya sambil melirik beberapa kali pada Hikaru. Pria di depannya itu entah kenapa memilih diam sambil menggaruk belakang kepalanya seperti canggung dan tak tahu hendak membicarakan topik apa lagi.

Kalau boleh jujur, sebenarnya ada banyak sekali pertanyaan di kepala Keito dan ingin menanyakannya langsung pada Hikaru, tetapi ia tidak ingin mengacaukan suasana. Untuk saat ini ia tidak ingin melihat "si Hikaru yang pemarah".

"Nng.. apa kau lapar? Aku akan menyuruh suster untuk.."

"Tidak, kak. Aku belum ingin makan", ucapnya cepat memotong perkataan Hikaru.

Lagi-lagi suasana berubah hening. Keito menghela napas. Ia tak tahan lagi. Semua pertanyaan yang berada di dalam otaknya hampir membuat kepalanya meledak.

"Kak, aku ingin bertanya sesuatu tapi aku takut kau... nng..", ia kembali melirik Hikaru sekali lagi namun dengan takut-takut.

"Bicaralah. Sepertinya aku tahu apa yang kau maksud."

Keito menggigit bibir bawahnya. Bukannya melanjutkan, malah memilih untuk diam saja. Akhirnya Hikaru yang angkat bicara.

"Dengar. Tampaknya kau telah berusaha keras agar tampil baik saat konser kemarin. Sebenarnya aku sangat senang karena kau bisa menari dengan baik saat kita membawakan Beat Line."

"Kau senang?", tanya Keito. Dilihatnya Hikaru menganggukkan kepala. Tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, pria berusia 22 tahun itu tersenyum lebar. Namun tidak untuk Hikaru. Keningnya terlihat berkerut.

"Memang, tapi gara-gara kau terlalu memaksakan diri akhirnya kau jadi sakit kan? Aku jadi merasa bersalah. Malam itu aku kemari dan bermaksud untuk sekadar menengok keadaanmu, tapi kau tampak kesakitan dalam tidurmu. Melihat tak ada sesiapapun berada di dalam ruangan itu, aku jadi tergerak untuk..."

Your Love ~光のために~ / Cintamu ~Demi Secercah Cahaya~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang