Chapter 2

195 10 3
                                    

Okamoto Keito mendudukkan pantat di atas bangku taman yang menghadap ke arah kolam kecil sekitar rumahnya. Ini adalah tempat yang indah, nyaman, sejuk dan tenang. Jarang orang-orang datang ke sini. Mungkin karena letaknya yang ketutupan oleh pepohonan berdaun lebat dan cukup jauh dari jalan raya. Karena itulah sejak ia pindah dari rumah yang dulu ia memutuskan bahwa tempat ini adalah markas rahasianya.

Ia mendesah panjang dan sedikit meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ia baru selesai mengantarkan paket berisi baju milik teman-temannya ke kurir untuk mengantarkan paket-paket itu ke alamat mereka. Ada waktu libur seminggu setelah insiden terlambatnya ia ke studio waktu itu sehingga membuatnya cukup lega untuk membagi waktu antara mengurus rumah dan menyuci pakaian kawan-kawan segrupnya.

Ayahnya masih belum pulang dari tur konsernya. Mau tak mau ia harus menjadi anak yang baik untuk bersih-bersih rumah, membuat makan malam, hingga memberi makan Pablo dengan rutin.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang lebih penting daripada apapun. Dari kantong celananya, ia mengeluarkan kertas kosong dengan motif hati yang manis dan sebuah pena bertinta hitam.

Otaknya mulai berpikir dan mencerna apa yang hendak ia tulis ke atas kertas. Kemudian kotak memorinya tak sengaja membuka kenangan yang lalu...

Bulan februari sebelum audisi Johnnys

Keito kecil menggenggam erat tangan Kennichi. Bibir kecilnya menyunggingkan senyum yang manis sambil kedua kakinya melompat-lompat kecil di tengah acara jalan-jalan bersama ayahnya. Hari itu musim panas di mana cuaca rasanya sudah berada tepat sejengkal di atas kepala. Kennichi yang tak tahan dengan cuaca sepanas itu segera pergi ke minimarket dekat situ. Tadinya ia ingin mengajak Keito untuk ikut pergi namun anak itu menolak karena ia ingin berjalan-jalan sendirian tak jauh dari sana. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Keito pun berjalan-jalan kecil sambil menundukkan kepala. Kedua matanya tajam mencari serangga kecil di atas tanah yang barangkali saja bisa ia ajak main bersama.

Tiba-tiba terdengar suara tangis anak kecil dari kejauhan dan membuatnya tak sabar untuk segera mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ia pun mengintip dari balik pohon. Dilihatnya seorang gadis kecil yang berusia beberapa tahun lebih muda darinya sedang menangis tersedu sambil memegangi lutut kanannya yang terluka.

Ia merasa iba dan hendak segera berlari ke arahnya namun langkahnya terhenti tatkala seorang anak lelaki yang tampaknya berumur lebih tua darinya berlari ke arah anak itu.

Ah.. mungkin itu kenalannya karena ia memanggil nama anak perempuan itu.

"..kau tak apa-apa?", tanya anak laki-laki itu. Gadis kecil itu tak menjawab karena sibuk menangis dan menghapus ingusnya.

Anak laki-laki itu segera berdiri dari jongkoknya dan berlari menuju suatu tempat. Tak berapa lama kemudian tampak anak itu sedang membawa sebuah kotak PPPK. Ia berjongkok dan mulai merawat luka anak itu.

"Sudah selesai. Lain kali mainnya hati-hati ya", ucap anak laki-laki itu tersenyum lembut sambil menepuk-nepuk sayang kepala anak perempuan itu.

Mendapat perlakuan sayang tersebut membuat si anak perempuan tersenyum dan memeluk anak laki-laki tersebut.

"Terima kasih, kak Hikka", kata anak itu.

"Sama-sama!", balas anak itu tersenyum lebar hingga menampakkan gigi gingsulnya.

Kemudian anak laki-laki itu menggandeng tangan anak perempuan tersebut sambil berjalan berdampingan entah pergi ke mana.

Keito tersenyum menatap moment manis tersebut. Dirinya dikejutkan oleh tepukan pada bahunya. Ketika ia berbalik, ia menemukan wajah ayahnya yang kesal padanya.

Your Love ~光のために~ / Cintamu ~Demi Secercah Cahaya~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang