ONE

15.3K 1.6K 163
                                    

"Kak, pulangnya bareng ya?" kata Yerim pada abangnya. Saat berjalan beriringan menuju sekolah.

Hari ini adalah hari pertama Kim Yerim menjadi siswa SMA. Siswa SMA Gangnam 01 yang bergengsi. Dengan susah payah banting kepala, banting otak, mengikuti bimbel, memaksa abangnya untuk mengajarinya, bahkan berani menyogok abangnya dengan berbagai cara agar mau menolongnya. Berbeda dengan abangnya, Kim Yugyeom yang memang terlahir sebagai jenius, sedangkan otak Kim Yerim memang agak lambat dalam masalah pelajaran. Selambat siput. Anak siput. Namun berkat usaha yang menyiksanya, finally, Yerim berhasil dan lolos. Impian pertamanya terwujud.

One step closer to be Koo Junheo's girlfriend.

Benar. Koo Junheo, teman kental manis, sohib karib abangnya yang sering datang berkunjung ke rumah keluarga Kim.

Kim Yerim jatuh cinta pada pandangan pertama pada sabahat abangnya itu satu tahun lalu. Saat Yerim masih duduk di kelas tiga SMP. Sejak bertemu dengan Junheo, Yerim bertekad bulat untuk mengikuti jejak abangnya, sekolah di SMA Gangnam 01, SMA paling top seantero Seoul.

"Tuh kan, ngerepotin. Sms aja entar kalo udah selesai. Gue ada sparing basket sama anak-anak. Tungguin aja."


Yerim mengangguk patuh. Terpaksa. Harus patuh. Ini adalah syarat pertama dari abangnya. Yerim harus patuh pada Yugyeom. Apapun yang diinginkan oleh Yugyeom, Yerim harus menurut dan melaksanakannya sebagai imbalan mengajar adiknya.

'Nyebelin! Emangnya gue babu?' sungut Yerim dalam hatinya.

"Apa lo liatin gue kayak gitu? Hah?"

Yugyeom segera merangkul leher adik semata wayangnya dan mulai mencekiknya. Membuat gadis mungil itu sulit bernapas.

Ini tidak adil bagi Kim Yerim. Mengapa Kim Yugyeom, abang kandungnya, mempunyai tubuh yang tinggi jangkung sedangkan dirinya berperawakan mungil seperti ini? Hanya setinggi dada Yugyeom. Ini tidak adil. Mengapa Yerim harus mewarisi perawakan ibunya? Bukan ayahnya yang tinggi jangkung, sama seperti Yugyeom.

Sekali lagi, ini tidak adil bagi Yerim.

"Ohok! Kak! Kakak! Ampun! Ampun!" Yerim terbatuk-batuk karena cekikan yang Yugyeom berikan padanya.

"Nyaho lo! Ngelawan mulu sih!" Kata Yugyeom gregetan pada adiknya yang mungil.

"Ngelawan apaan?" Yerim memukul-mukul tangan kanan abangnya yang masih melingkar di lehernya.

"Ngapain lo barusan melototin gue? Apa namanya kalo nggak ngelawan?"

Akhirnya Yerim dapat bernapas dengan lega. Namun cekikan abangnya itu berganti dengan cubitan di pipi kanannya.

"Khak, mwelwar ewntawr piwpiw guwwe!"

Kak, melar entar pipi gue.

Setelah puas membuat pipi adiknya memerah, Yugyeom mengambil langkah cepat dan panjang. Membuat adiknya harus melangkah lebih cepat untuk menyusulnya.

Masih mengusap-usap pipinya yang memerah. Yerim memekik, "Kak, tungguin! Barengan!"

Yugyeom tetap berjalan cepat. "Udah! Lo jangan nempel-nempel gue! Udah deket sekolah juga! Jangan gangguin gue! Ingat pesan gue, jangan makan di kantin C, banyak anak kelas tiga. Bahaya."

"Bahaya kenapa? Tapi kan kakak makannya disitu?"

Yugyeom berhenti. Memutar tubuhnya, menatap adiknya. "Dibilangin ngeyel! Bahaya! Lo cari temen dong, makan di kantin B khusus anak-anak kelas satu. Jangan nyariin gue! Awas lo kalo malu-maluin gue!"

Dengan begitu Yugyeom pun berjalan lagi. Lebih cepat memasuki gerbang SMA Gangnam 01. Abangnya segera disambut oleh teman-temannya. Disana ada Koo Junheo yang merangkul Yugyeom.

Catch His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang