THREE

10.6K 1.6K 215
                                    

Sial.

Sial betul.

Pagi ini Kim Yerim benar-benar sial. Mengapa? Alasannya adalah sebagai berikut;

Pertama, ia bangun kesiangan. Gara-gara asyik membaca webtoon. Ditambah lagi kegiatan fangirling-nya. Oppa-oppa tercintanya baru saja menerbitkan musik vidio terbaru dan Yerim tidak boleh melewatkannya.

Kedua, Kim Yugyeom berangkat sekolah lebih dulu. Menginggalkannya. Abangnya yang jenius dan tampan namun somplak itu dengan teganya pergi lebih dulu tanpa membangunkannya.

Ketiga, kepalanya benjol. Padahal Yerim sudah mencoba berbagai cara agar sakit di dahi bagian atasnya dengan mengompresnya dan meminum obat anti nyeri. Ia bahkan melakukan hand stand. Gadis itu berteori bahwa jika darahnya terkumpul di kepala, maka darah kotor yang menumpuk dan menjadi benjolan itu akan luruh bersamaan dengan mengalirnya darah dari kepalanya tersebut. Teori tertolol yang pernah ada. Tentu saja tidak berhasil menghilangkan benjolannya.

Yerim terus berlari. Seratus meter lagi ia akan tiba di sekolahnya. Ayo ayo ayo, semangat, Kim Yerim!

"Pak! Bapak! Pak! Bentar, Pak!"

Yerim dengan seluruh kekuatan di tenggorokannya berteriak dengan suara cemprengnya. Dengan terus memaksa kakinya, Kim Yerim akhirnya tiba di gerbang yang hampir saja ditutup security.

"Duh, Neng. Udah telat, Neng." Kata Bapak security seraya menutup pagar raksasa SMA Gangnam 01.

Dengan napas ngos-ngosan Yerim menangkup kedua tangannya di hadapan Bapak security, memohon agar si Bapak mau memberinya kesempatan. "Pak, please, Bapak, saya cuma telat dua detik, Pak, tolong."

Siapa yang tidak tega melihat wajah memelas gadis manis seperti Kim Yerim? Si Bapak mulai luluh. Yerim segera menyusupkan tubuh mungilnya, masuk ke sela-sela pagar yang terbuka sedikit.

"Makasih banyak, Pak." Kata Yerim seraya membungkukkan tubuhnya.

Si Bapak tersenyum ramah. "Lain kali jangan telat lagi ya, neng. Nanti saya yang repot kalo ketahuan sama guru piket. Neng buruan masuk gih, entar keburu guru piketnya datang."

Yerim membungkukkan tubuhnya sekali lagi seraya berlari kecil, masuk ke dalam kawasan sekolah, menuju koridor. Gadis itu menghela napas lega. Dalam hatinya, Yerim terus-menerus mengutuk abangnya yang kejam.

'Lihat aja entar, Kim Yugyeom! Lihat aja pembalasan gue!' batin Yerim.

Betapa murkanya Yerim pada abangnya itu. Mengapa tidak? Ia benar-benar telat dan hampir saja tidak diperbolehkan masuk dan dihukum karena terlambat. Untung saja guru piket jaga pagi ini sedang menghilang entah kemana.

Koridor sudah sangat sepi. Yerim makin mempercepat langkahnya hingga akhirnya ia tiba di kelasnya. Seluruh mata tertuju padanya saat Yerim memasuki kelas dengan napas ngos-ngosan.

Belum sempat Yerim mengucapkan kata maaf pada Guru Matematika di depannya, sang Guru tiba-tiba berucap, "Kamu terlambat. Ikut saya."

Sial.

Jelas saja, Yerim akan di hukum.

Tanpa diberi kesempatan untuk menaruh tas ke mejanya, Yerim terpaksa mengikuti langkah si Bapak Guru. Mereka berhenti di tengah lapangan sepak bola. Pak Guru berkacak pinggang dengan wajah sangarnya.

"Saya tidak suka ada yang datang terlambat ke kelas dan mengganggu proses belajar-mengajar. Sebagai hukuman, kamu berdiri hingga mata pelajaran saya berakhir." Tegas Pak Guru dan beranjak meninggalkan sendiri.

Catch His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang